Sebelum mulai pembahasan, marilah kita perhatikan beberapa istilah berikut:
Shodaqoh: Pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Cenderung diberikan kepada orang miskin atau orang yang sedang membutuhkan. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik, termasuk ilmu yang bermanfaat. Karena sedekah itu merupakan bukti pembenaran keimanan seseorang terhadap Allah dan RasulNya untuk mendapatkan keridloan Allah.
Hadiah: Pemberian sesuatu tidak hanya kepada si miskin, bisa juga ke yg lebih kaya. Merupakan perintah agama, untuk menjaga silaturahmi dan kekerabatan.
Suap: Pemberian sesuatu kepada yg lain, supaya mendapatkan keinginannya ttg dunia. Cenderung kepada kecurangan dan perbuatan telikung-meneli kung. Dilarang dan diharamkan.
-------------------------------
QS.4. An Nisaa':
لاَّ خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَـٰحٍ بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذٰلِكَ ٱبْتَغَآءَ مَرْضَـٰتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً
114. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
QS. 23.Al Mu'minuun:
وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءاتَواْ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ
60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[karena mereka sadar, akan kembali kepada Allah untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan],
Jangan Sampai Menyesal karena Terlambat Bersedekah:
Surat Al-Munafiqun Ayat 10
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
10. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"
Sedekah harta yang paling baik adalah dari harta yang berlebih (setelah cukup untuk kebutuhan pokok dirinya, sehingga dirinya tidak sampai meminta-minta atau berhutang).
Setelah itu, Sedekah adalah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu, misalnya: Ibu, Ayah, Istri, dan Anak-anaknya.
Jika semua tanggungan sudah terpenuhi maka, sedekah adalah untuk orang lain.
Sehingga ==> Sedekah harta itu mulai diberikan kepada orang-orang terdekat kita, baru setelah itu orang lain.
Akan mendapatkan 2 pahala, yakni pahala memelihara kekerabatan dan pahala sedekah, bagi orang yg menyedekahkan kepada orang/keluarga terdekat. Dan akan mendapatkan 1 pahala, yakni pahala sedekah, bagi orang yg memberikan hartanya ke orang lain.
Telah menceritakan kepada kami 'Abdan telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah dari Yunus dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada saya Sa'id bin Al Musayyab bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata,: "Shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu".(No. Hadist: 1337 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah mengabarkan kepada saya Zaid dia adalah putra Aslam dari 'Iyadh bin 'Abdullah dari Abu Sa'id Al Khurdri radliallahu 'anhu; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam keluar menuju lapangan tempat shalat untuk melaksanakan shalat 'Iedul Adhha atau 'Iedul Fithri. Setelah selesai Beliau memberi nasehat kepada manusia dan memerintahkan mereka untuk menunaikan zakat seraya bersabda: "Wahai manusia, bershadaqahlah". Kemudian Beliau mendatangi jama'ah wanita lalu bersabda: "Wahai kaum wanita, bershadaqahlah. Sungguh aku melihat kalian adalah yang paling banyak akan menjadi penghuni neraka". Mereka bertanya: "Mengapa begitu, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan mengingkari pemberian (suami). Tidaklah aku melihat orang yang lebih kurang akal dan agamanya melebihi seorang dari kalian, wahai para wanita". Kemudian Beliau mengakhiri khuthbahnya lalu pergi. Sesampainya Beliau di tempat tinggalnya, datanglah Zainab, isteri Ibnu Mas'ud meminta izin kepada Beliau, lalu dikatakan kepada Beliau; "Wahai Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, ini adalah Zainab". Beliau bertanya: "Zainab siapa?". Dikatakan: "Zainab isteri dari Ibnu Mas'ud". Beliau berkata,: "Oh ya, persilakanlah dia". Maka dia diizinkan kemudian berkata,: "Wahai Nabi Allah, sungguh anda hari ini sudah memerintahkan shadaqah sedangkan aku memiliki emas yang aku berkendak mensedekahkannya namun Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini dibandingkan mereka (mustahiq). Maka Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ibnu Mas'ud benar, suamimu dan anak-anakmu lebih barhak kamu berikan shadaqah dari pada mereka".(No. Hadist: 1369 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Bab: Sodaqoh dng memperoleh dua pahala
Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy telah menceritakan kepada saya Syaqiq dari 'Amru bin Al Harits dari Zainab isteri 'Abdullah radliallahu 'anhuma berkata,, lalu dia menceritakannya kepada Ibrahim. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada saya Ibrahim dari Abu 'Ubaidah dari 'Amru bin Al Harits dari Zainab isteri 'Abdullah radliallahu 'anhua sama seperti ini, berkata,: "Aku pernah berada di masjid lalu aku melihat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam. Kemudian Beliau bersabda: "Bershadaqahlah kalian walau dari perhiasan kalian". Pada saat itu Zainab berinfaq untuk 'Abdullah dan anak-anak yatim di rumahnya. Dia ('Amru bin Al Harits) berkata,:; Zainab berkata, kepada 'Abdullah: "Tanyakanlah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam apakah aku akan mendapat pahala bila aku menginfaqkan shadaqahku kepadamu dan kepada anak-anak yatim dalam rumahku". Maka 'Abdullah berkata,: "Tanyakanlah sendiri kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam ". Maka aku berangkat untuk menemui Nabi Shallallahu'alaihi wasallam dan aku mendapatkan seorang wanita Anshar di depan pintu yang sedang menyampaikan keperluannya seperti keperluanku. Kemudian Bilal lewat di hadapan kami maka kami berkata: "Tolong tanyakan kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, apakah aku akan mendapat pahala bila aku menginfaqkan shadaqahku kepada suamiku dan kepada anak-anak yatim yang aku tanggung dalam rumahku?". Dan kami tambahkan agar dia (Bilal) tidak menceritakan siapa kami. Maka Bilal masuk lalu bertanya kepada Beliau. Lalu Beliau bertanya: "Siapa kedua wanita itu?". Bilal berkata,: "Zainab". Beliau bertanya lagi: "Zainab yang mana?". Dikatakan: "Zainab isteri 'Abdullah". Maka Beliau bersabda: "Ya benar, baginya dua pahala, yaitu pahala (menyambung) kekerabatan dan pahala shadaqahnya".(No. Hadist: 1373 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Abdah dari Hisyam dari bapaknya dari Zainab binti Ummu Salalah dari Ummu Salamah berkata; Aku berkata,: "Wahai Rasulullah, apakah bagiku pahala bila aku menginfaqkan harta untuk anak-anak Abu Salamah padahal mereka itu anak-anakku?". Maka Beliau bersabda: "Berinfaqlah untuk mereka dan kamu akan mendapatkan pahala dari apa yang kamu infaqkan buat mereka".(No. Hadist: 1374 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Bab: Bagaimana dengan Infak (Apakah itu Infak?)
Infak dari akar kata : Nafaqa (Nun, Fa’, dan Qaf), yang mempunyai arti keluar. Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang yang keluar dari ajaran Islam.
Maka, Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman Allah yang menyebutkan bahwa orang-orang kafirpun meng "infak" kan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (Qs. Al Anfal : 36)
Bab: Tidak semua mengeluarkan Harta itu baik
Ada beberapa yg hendaknya diperhatikan, karena tidak semua pengeluaran Harta itu baik. Bahkan bisa dilarang, yakni:
1. Mengeluarkan harta untuk membelikan Narkoba anaknya
2. Memberikan sodaqoh untuk membelikan sesuatu yg sia-sia, walaupun harganya hanya 500 perak.
3. Menginfakkan harta untuk dugem ke diskotik
4. Menginfakkan harta untuk memerangi agama Allah
5. Dan masih banyak lagi, yg pada intinya, perhatikan baik-baik dalam hal mengeluarkan Harta kita, untuk apakah harta itu akan digunakan. Apabila nyata-nyata akan digunakan untuk hal-hal yg sia-sia atau malah yg dilarang, maka sebaiknya janganlah mengeluarkan Harta, walaupun hanya 500 perak.
Bab: Janji Palsu Orang Munafik untuk menjadi Sholih dan Bersedekah jika Sudah Kaya
Tidak usah menunggu kaya untuk bersedekah ...
Karena ada sebagian manusia yang berdo'a supaya menjadi kaya, dan berjanji untuk bersedekah jika sudah kaya ...
Kemudian Allah menjadikannya kaya, namun manusia itu lupa akan janjinya dan merasa bakhil untuk bersedekah ...
Atau ia bersedekah, namun sedekahnya hanya sedikit lagi dipilih yang buruk-buruk pula ...
Dan akhirnya ia menjadi orang yang munafik ...
Sungguh rugilah ia dan rugilah ia ...
QS.9. At Taubah:
وَمِنْهُمْ مَّنْ عَـٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنْ ءاتَـٰنَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ
75. Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.
Dalam tafsir Jalalain disebutkan:
Orang yang dimaksud ialah Sa’labah ibnu Hatib; pada suatu hari ia meminta kepada Nabi s.a.w. supaya mendoakannya, kemudian Nabi s.a.w. pun mendoakannya sesuai dengan permintaannya itu; akhirnya Allah memberinya harta yang banyak, sehingga ia lupa akan sholat Jum’at dan solat berjamaah yang biasa dilakukannya karena sibuk dengan hartanya yang banyak itu, dan lebih parah lagi ia tidak menunaikan zakatnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah s.w.t. dalam ayat berikutnya, yaitu:
فَلَمَّآ ءَاتَاهُمْ مِّن فَضْلِهِ بَخِلُواْ بِهِ وَتَوَلَّواْ وَّهُمْ مُّعْرِضُونَ
76. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).
فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِى قُلُوبِهِمْ إِلَىٰ يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَآ أَخْلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكْذِبُونَ
77. Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.
Setelah itu Sa’labah ibnu Hatib datang menghadap Nabi s.a.w. sambil membawa zakatnya, tetapi Nabi s.a.w. berkata kepadanya: “Sesungguhnya Allah telah melarang aku menerima zakatmu”. Setelah itu Rasulullah s.a.w. menaburkan tanah di atas kepalanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Abu Bakar r.a. ia datang membawa zakatnya kepada Kholifah Abu Bakar r.a., tetapi Kholifah Abu Bakar r.a. tidak mau menerimanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Umar r.a. ia pun datang membawa zakatnya tetapi Kholifah Umar r.a. juga tidak mau menerimanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Usman r.a. ia pun datang lagi membawa zakatnya, tetapi ternyata Kholifah Usman r.a. sama saja, juga tidak mau menerimanya. Ia mati pada masa pemerintahan Kholifah Usman r.a.
Menurut Hamka di dalam segala tafsir lama, senantiasa bertemu ceritera Sa’labah ini. Tetapi pada tafsir Al-Manar cerita ini diragukan karena menurut Sayid Roshid Ridho Nabi tidak mungkin menolak taubatnya seseorang.
أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ ٱللَّهَ عَلَّـٰمُ ٱلْغُيُوبِ
78. Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib.
Macam-macam sedekah
1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid (berdzikir dan sholat dhuha)
2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
3. Hubungan intim suami istri dalam ikatan pernikahan yang sah
4. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya
5. Ilmu yang Bermanfaat
6. Membantu urusan orang lain
7. Mendamaikan dua pihak yang berselisih
8. Menjenguk orang sakit
9. Berwajah manis atau memberikan senyuman
10. Berlomba-lomba dalam amalan baik sehari-hari
11. Berkata yang benar atau kalau tidak bisa sebaiknya diam
Namun terbanyak sedekah adalah dengan harta. Karena mengeluarkan harta itu jauh lebih berat bagi orang2 yang dasarnya memang bakhil/pelit. Beda dengan jenis sedekah lainnya yang mudah dilakukan.
Berdasarkan Surat At-Taubah Ayat 81
فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ ۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا ۚ لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ
81. Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.
---> Dengan harta, hal ini disebutkan pertamakali, baru kemudian dilanjutkan dengan jiwa ...
Wa Allahu 'alam ...
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda, "Tidaklah ada satu hari pun yang dilalui oleh setiap hamba pada pagi harinya, melainkan ada dua malaikat yang turun dari langit. Salah satu dari keduanya berkata, "Ya Allah, berilah orang yang suka menginfakkan hartanya berupa ganti (dari harta yang diinfakkan tsb), dan (malaikat) yang lain berkata, "Ya Allah, berilah orang yang kikir kebinasaan (terhadap hartanya)." (HR. Al Bukhary dan Muslim)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Harta tidaklah berkurang karena sedekah dan tidaklah Allah menambahkah kepada orang yang bersedekah kecuali kemuliaan. Dan barangsiapa yang merendahkan dirinya kepada Allah, niscaya Allah menaikkan (derajat)nya. (HR. Muslim, IV/2001).
Sesungguhnya sudah jelas harta kita pasti berkurang apabila bersedekah, lalu makna apa yang dimaksud dengan "Harta yang diinfakkan yang tidak berkurang"? Yakni harta yang berhemat dalam menginfakkan harta, dan tidak boros.
Seperti disebutkan sbb:
Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Tidaklah akan melarat orang yang berhemat". (HR. Ahmad, II/159).
Dalam tafsir Ibnu Katsir:
"Sungguh, diantara hamba-Ku ada orang yang tidak pantas baginya kecuali kefakiran, sekiranya Aku membuatnya kaya, tentu Aku membuat agamanya rusak. Dan sungguh, diantara hamba-Ku ada yang tidak pantas baginya kecuali kekayaan. Sekiranya Aku membuatnya miskin, tentu Aku membuat agamanya rusak. (HR Ibnu Asakir)
---------------
Bab. Pahala Sedekah Tetap Mengalir Meskipun Pemiliknya Meninggal
Umar Bin Khatab memperoleh bagian tanah di Khaibar. Lalu dia datang menemui Nabi saw dan berkata, “Aku telah mendapatkan bagian tanah, yang mana saya tidak memperoleh harta yang paling berharga bagiku selain sebidang tanah ini. Maka apa yang akan engkau perintahkan kepadaku dengan sebidang tanah ini?”
Lalu Nabi saw. bersabda, “Jika engkau menghendaki wakafkanlah tanah tersebut (engkau tahan tanahnya) dan sedekahkan hasilnya.”
Lalu Umar menyedekahkan hasilnya.
“Sungguh tanah ini tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan, tetapi diinfakkan hasilnya untuk fakir, kerabat, untuk membebaskan budak, untuk kepentingan di jalan Allah swt. untuk menjamu tamu dan untuk ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan). Tidak ada dosa bagi yang mengurusinya, apabila dia memakan sebagian hasilnya secara ma’ruf, atau memberi makan temannya tanpa menimbun hasilnya” (HR. al-Bukhari no. 2565 dan Muslim no. 3085).
Bab. Nikmatnya Mukmin yang Ikhlas, Harta yang Dicuri, yang Dimakan Sendiri, Dimakan Burung dsb, Semuanya Bernilai Sedekah
Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya pun merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah” (HR. Muslim). Dalam lafal lain, “...Merupakan sedekah sampai akhir kiamat.”
Seseorang pernah bertemu Abu Darda’ yang sedang menanam pohon. Kemudian, laki-laki itu bertanya kepadanya, “Wahai Abu Darda’, mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah tua sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya?” Abu Darda’ menjawab, “Bukankah aku yang akan memetik pahalanya di samping untuk di makan orang lain?”
Keutamaan Sedekah (tambahan dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sedekah - diEdit)
1). Sedekah dapat menghapus dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)
2). Orang yang bersedekah secara sembunyi2 akan mendapatkan naungan di hari akhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:
رجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)
3). Sedekah memberi keberkahan pada harta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”
4). Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
5). Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
من أنفق زوجين في سبيل الله، نودي في الجنة يا عبد الله، هذا خير: فمن كان من أهل الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)
6). Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة برهان
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”
7). Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)
8). Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يا معشر التجار ! إن الشيطان والإثم يحضران البيع . فشوبوا بيعكم بالصدقة
“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)
9). Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:
مثل البخيل والمنفق ، كمثل رجلين ، عليهما جبتان من حديد ، من ثديهما إلى تراقيهما ، فأما المنفق : فلا ينفق إلا سبغت ، أو وفرت على جلده ، حتى تخفي بنانه ، وتعفو أثره . وأما البخيل : فلا يريد أن ينفق شيئا إلا لزقت كل حلقة مكانها ، فهو يوسعها ولا تتسع
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
10). Pahala sedekah terus berkembang
Pahala sedekah walaupun hanya sedikit itu akan terus berkembang pahalanya hingga menjadi besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ اللهَ يقبلُ الصدقةَ ، ويأخذُها بيمينِه ، فيُرَبِّيها لِأَحَدِكم ، كما يُرَبِّي أحدُكم مُهْرَه ، حتى إنَّ اللُّقْمَةَ لَتَصِيرُ مِثْلَ أُحُدٍ
“sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang hingga sebesar gunung Uhud” (HR. At Tirmidzi 662, ia berkata: “hasan shahih”)
11). Sedekah menjauhkan diri dari api neraka
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan kita dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita darinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
اتَّقوا النَّارَ ولو بشقِّ تمرةٍ ، فمن لم يجِدْ فبكلمةٍ طيِّبةٍ
“jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Al Bukhari 6539, Muslim 1016)
12). Boleh iri kepada orang yang dermawan dijalan Allah
Iri atau hasad adalah akhlak yang tercela, namun iri kepada orang yang suka bersedekah, ingin menyaingi kedermawanan dia, ini adalah akhlak yang terpuji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
لا حسدَ إلا في اثنتين : رجلٌ آتاه اللهُ مالًا؛ فسلَّطَ على هَلَكَتِه في الحقِّ ، ورجلٌ آتاه اللهُ الحكمةَ؛ فهو يَقضي بها ويُعلمُها
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan harta oleh Allah, kemudian ia belanjakan di jalan yang haq, dan seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia mengamalkannya dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816)
Bab: Sebaiknya Berapa Banyak Maksimal Sedekah ke Orang Lain?
Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari ayahnya, Sa’ad, ia adalah salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga- berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku ketika haji Wada’, karena sakit keras. Aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sakitku sangat keras sebagaimana yang engkau lihat. Sedangkan aku mempunyai harta yang cukup banyak dan yang mewarisi hanyalah seorang anak perempuan. Bolehkah saya sedekahkan 2/3 dari harta itu?” Beliau menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Bagaimana kalau separuhnya?” Beliau menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Bagaimana kalau sepertiganya?” Beliau menjawab, “Sepertiga itu banyak (atau cukup besar). Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka terpaksa meminta-minta kepada sesama manusia. Sesungguhnya apa yang kamu nafkahkan dengan maksud untuk mencari ridha Alah pasti kamu diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh istrimu.” (HR. Bukhari, no. 4409; Muslim, no. 1628).
>> Bagaimana Jika Sedekah tapi Salah Sasaran? Atau Telah Ditipu? ---> http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2016/10/bagaimana-jika-sedekah-tapi-salah.html
>> Sedekah Paling Utama ---> http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2016/12/sedekah-paling-utama.html
>> Larangan Meminta-minta kepada Sesama Makhluq Dan Sedekah itu Lebih Baik ---> http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2016/10/larangan-meminta-minta-kepada-sesama.html
>> Ada beberapa artikel yg berkaitan dengan Sedekah (bisa dicari di Tombol menu CARI), seperti misalnya: http://tausyiahaditya.blogspot.com/2012/08/janganlah-menghamburkan-harta-secara.html
Shodaqoh: Pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Cenderung diberikan kepada orang miskin atau orang yang sedang membutuhkan. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik, termasuk ilmu yang bermanfaat. Karena sedekah itu merupakan bukti pembenaran keimanan seseorang terhadap Allah dan RasulNya untuk mendapatkan keridloan Allah.
Hadiah: Pemberian sesuatu tidak hanya kepada si miskin, bisa juga ke yg lebih kaya. Merupakan perintah agama, untuk menjaga silaturahmi dan kekerabatan.
Suap: Pemberian sesuatu kepada yg lain, supaya mendapatkan keinginannya ttg dunia. Cenderung kepada kecurangan dan perbuatan telikung-meneli
-------------------------------
QS.4. An Nisaa':
لاَّ خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَـٰحٍ بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذٰلِكَ ٱبْتَغَآءَ مَرْضَـٰتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً
114. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
QS. 23.Al Mu'minuun:
وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءاتَواْ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ
60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[karena mereka sadar, akan kembali kepada Allah untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan],
Jangan Sampai Menyesal karena Terlambat Bersedekah:
Surat Al-Munafiqun Ayat 10
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
10. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"
Sedekah harta yang paling baik adalah dari harta yang berlebih (setelah cukup untuk kebutuhan pokok dirinya, sehingga dirinya tidak sampai meminta-minta atau berhutang).
Setelah itu, Sedekah adalah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu, misalnya: Ibu, Ayah, Istri, dan Anak-anaknya.
Jika semua tanggungan sudah terpenuhi maka, sedekah adalah untuk orang lain.
Sehingga ==> Sedekah harta itu mulai diberikan kepada orang-orang terdekat kita, baru setelah itu orang lain.
Akan mendapatkan 2 pahala, yakni pahala memelihara kekerabatan dan pahala sedekah, bagi orang yg menyedekahkan kepada orang/keluarga terdekat. Dan akan mendapatkan 1 pahala, yakni pahala sedekah, bagi orang yg memberikan hartanya ke orang lain.
Telah menceritakan kepada kami 'Abdan telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah dari Yunus dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada saya Sa'id bin Al Musayyab bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata,: "Shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu".(No. Hadist: 1337 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah mengabarkan kepada saya Zaid dia adalah putra Aslam dari 'Iyadh bin 'Abdullah dari Abu Sa'id Al Khurdri radliallahu 'anhu; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam keluar menuju lapangan tempat shalat untuk melaksanakan shalat 'Iedul Adhha atau 'Iedul Fithri. Setelah selesai Beliau memberi nasehat kepada manusia dan memerintahkan mereka untuk menunaikan zakat seraya bersabda: "Wahai manusia, bershadaqahlah". Kemudian Beliau mendatangi jama'ah wanita lalu bersabda: "Wahai kaum wanita, bershadaqahlah. Sungguh aku melihat kalian adalah yang paling banyak akan menjadi penghuni neraka". Mereka bertanya: "Mengapa begitu, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan mengingkari pemberian (suami). Tidaklah aku melihat orang yang lebih kurang akal dan agamanya melebihi seorang dari kalian, wahai para wanita". Kemudian Beliau mengakhiri khuthbahnya lalu pergi. Sesampainya Beliau di tempat tinggalnya, datanglah Zainab, isteri Ibnu Mas'ud meminta izin kepada Beliau, lalu dikatakan kepada Beliau; "Wahai Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, ini adalah Zainab". Beliau bertanya: "Zainab siapa?". Dikatakan: "Zainab isteri dari Ibnu Mas'ud". Beliau berkata,: "Oh ya, persilakanlah dia". Maka dia diizinkan kemudian berkata,: "Wahai Nabi Allah, sungguh anda hari ini sudah memerintahkan shadaqah sedangkan aku memiliki emas yang aku berkendak mensedekahkannya namun Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini dibandingkan mereka (mustahiq). Maka Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ibnu Mas'ud benar, suamimu dan anak-anakmu lebih barhak kamu berikan shadaqah dari pada mereka".(No. Hadist: 1369 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Bab: Sodaqoh dng memperoleh dua pahala
Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy telah menceritakan kepada saya Syaqiq dari 'Amru bin Al Harits dari Zainab isteri 'Abdullah radliallahu 'anhuma berkata,, lalu dia menceritakannya kepada Ibrahim. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada saya Ibrahim dari Abu 'Ubaidah dari 'Amru bin Al Harits dari Zainab isteri 'Abdullah radliallahu 'anhua sama seperti ini, berkata,: "Aku pernah berada di masjid lalu aku melihat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam. Kemudian Beliau bersabda: "Bershadaqahlah kalian walau dari perhiasan kalian". Pada saat itu Zainab berinfaq untuk 'Abdullah dan anak-anak yatim di rumahnya. Dia ('Amru bin Al Harits) berkata,:; Zainab berkata, kepada 'Abdullah: "Tanyakanlah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam apakah aku akan mendapat pahala bila aku menginfaqkan shadaqahku kepadamu dan kepada anak-anak yatim dalam rumahku". Maka 'Abdullah berkata,: "Tanyakanlah sendiri kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam ". Maka aku berangkat untuk menemui Nabi Shallallahu'alaihi wasallam dan aku mendapatkan seorang wanita Anshar di depan pintu yang sedang menyampaikan keperluannya seperti keperluanku. Kemudian Bilal lewat di hadapan kami maka kami berkata: "Tolong tanyakan kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, apakah aku akan mendapat pahala bila aku menginfaqkan shadaqahku kepada suamiku dan kepada anak-anak yatim yang aku tanggung dalam rumahku?". Dan kami tambahkan agar dia (Bilal) tidak menceritakan siapa kami. Maka Bilal masuk lalu bertanya kepada Beliau. Lalu Beliau bertanya: "Siapa kedua wanita itu?". Bilal berkata,: "Zainab". Beliau bertanya lagi: "Zainab yang mana?". Dikatakan: "Zainab isteri 'Abdullah". Maka Beliau bersabda: "Ya benar, baginya dua pahala, yaitu pahala (menyambung) kekerabatan dan pahala shadaqahnya".(No. Hadist: 1373 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Abdah dari Hisyam dari bapaknya dari Zainab binti Ummu Salalah dari Ummu Salamah berkata; Aku berkata,: "Wahai Rasulullah, apakah bagiku pahala bila aku menginfaqkan harta untuk anak-anak Abu Salamah padahal mereka itu anak-anakku?". Maka Beliau bersabda: "Berinfaqlah untuk mereka dan kamu akan mendapatkan pahala dari apa yang kamu infaqkan buat mereka".(No. Hadist: 1374 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Bab: Bagaimana dengan Infak (Apakah itu Infak?)
Infak dari akar kata : Nafaqa (Nun, Fa’, dan Qaf), yang mempunyai arti keluar. Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang yang keluar dari ajaran Islam.
Maka, Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman Allah yang menyebutkan bahwa orang-orang kafirpun meng "infak" kan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (Qs. Al Anfal : 36)
Bab: Tidak semua mengeluarkan Harta itu baik
Ada beberapa yg hendaknya diperhatikan, karena tidak semua pengeluaran Harta itu baik. Bahkan bisa dilarang, yakni:
1. Mengeluarkan harta untuk membelikan Narkoba anaknya
2. Memberikan sodaqoh untuk membelikan sesuatu yg sia-sia, walaupun harganya hanya 500 perak.
3. Menginfakkan harta untuk dugem ke diskotik
4. Menginfakkan harta untuk memerangi agama Allah
5. Dan masih banyak lagi, yg pada intinya, perhatikan baik-baik dalam hal mengeluarkan Harta kita, untuk apakah harta itu akan digunakan. Apabila nyata-nyata akan digunakan untuk hal-hal yg sia-sia atau malah yg dilarang, maka sebaiknya janganlah mengeluarkan Harta, walaupun hanya 500 perak.
Bab: Janji Palsu Orang Munafik untuk menjadi Sholih dan Bersedekah jika Sudah Kaya
Tidak usah menunggu kaya untuk bersedekah ...
Karena ada sebagian manusia yang berdo'a supaya menjadi kaya, dan berjanji untuk bersedekah jika sudah kaya ...
Kemudian Allah menjadikannya kaya, namun manusia itu lupa akan janjinya dan merasa bakhil untuk bersedekah ...
Atau ia bersedekah, namun sedekahnya hanya sedikit lagi dipilih yang buruk-buruk pula ...
Dan akhirnya ia menjadi orang yang munafik ...
Sungguh rugilah ia dan rugilah ia ...
QS.9. At Taubah:
وَمِنْهُمْ مَّنْ عَـٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنْ ءاتَـٰنَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ
75. Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.
Dalam tafsir Jalalain disebutkan:
Orang yang dimaksud ialah Sa’labah ibnu Hatib; pada suatu hari ia meminta kepada Nabi s.a.w. supaya mendoakannya, kemudian Nabi s.a.w. pun mendoakannya sesuai dengan permintaannya itu; akhirnya Allah memberinya harta yang banyak, sehingga ia lupa akan sholat Jum’at dan solat berjamaah yang biasa dilakukannya karena sibuk dengan hartanya yang banyak itu, dan lebih parah lagi ia tidak menunaikan zakatnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah s.w.t. dalam ayat berikutnya, yaitu:
فَلَمَّآ ءَاتَاهُمْ مِّن فَضْلِهِ بَخِلُواْ بِهِ وَتَوَلَّواْ وَّهُمْ مُّعْرِضُونَ
76. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).
فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِى قُلُوبِهِمْ إِلَىٰ يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَآ أَخْلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكْذِبُونَ
77. Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.
Setelah itu Sa’labah ibnu Hatib datang menghadap Nabi s.a.w. sambil membawa zakatnya, tetapi Nabi s.a.w. berkata kepadanya: “Sesungguhnya Allah telah melarang aku menerima zakatmu”. Setelah itu Rasulullah s.a.w. menaburkan tanah di atas kepalanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Abu Bakar r.a. ia datang membawa zakatnya kepada Kholifah Abu Bakar r.a., tetapi Kholifah Abu Bakar r.a. tidak mau menerimanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Umar r.a. ia pun datang membawa zakatnya tetapi Kholifah Umar r.a. juga tidak mau menerimanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Usman r.a. ia pun datang lagi membawa zakatnya, tetapi ternyata Kholifah Usman r.a. sama saja, juga tidak mau menerimanya. Ia mati pada masa pemerintahan Kholifah Usman r.a.
Menurut Hamka di dalam segala tafsir lama, senantiasa bertemu ceritera Sa’labah ini. Tetapi pada tafsir Al-Manar cerita ini diragukan karena menurut Sayid Roshid Ridho Nabi tidak mungkin menolak taubatnya seseorang.
أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ ٱللَّهَ عَلَّـٰمُ ٱلْغُيُوبِ
78. Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib.
Macam-macam sedekah
1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid (berdzikir dan sholat dhuha)
2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
3. Hubungan intim suami istri dalam ikatan pernikahan yang sah
4. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya
5. Ilmu yang Bermanfaat
6. Membantu urusan orang lain
7. Mendamaikan dua pihak yang berselisih
8. Menjenguk orang sakit
9. Berwajah manis atau memberikan senyuman
10. Berlomba-lomba dalam amalan baik sehari-hari
11. Berkata yang benar atau kalau tidak bisa sebaiknya diam
Namun terbanyak sedekah adalah dengan harta. Karena mengeluarkan harta itu jauh lebih berat bagi orang2 yang dasarnya memang bakhil/pelit. Beda dengan jenis sedekah lainnya yang mudah dilakukan.
Berdasarkan Surat At-Taubah Ayat 81
فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ ۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا ۚ لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ
81. Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.
---> Dengan harta, hal ini disebutkan pertamakali, baru kemudian dilanjutkan dengan jiwa ...
Wa Allahu 'alam ...
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda, "Tidaklah ada satu hari pun yang dilalui oleh setiap hamba pada pagi harinya, melainkan ada dua malaikat yang turun dari langit. Salah satu dari keduanya berkata, "Ya Allah, berilah orang yang suka menginfakkan hartanya berupa ganti (dari harta yang diinfakkan tsb), dan (malaikat) yang lain berkata, "Ya Allah, berilah orang yang kikir kebinasaan (terhadap hartanya)." (HR. Al Bukhary dan Muslim)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Harta tidaklah berkurang karena sedekah dan tidaklah Allah menambahkah kepada orang yang bersedekah kecuali kemuliaan. Dan barangsiapa yang merendahkan dirinya kepada Allah, niscaya Allah menaikkan (derajat)nya. (HR. Muslim, IV/2001).
Sesungguhnya sudah jelas harta kita pasti berkurang apabila bersedekah, lalu makna apa yang dimaksud dengan "Harta yang diinfakkan yang tidak berkurang"? Yakni harta yang berhemat dalam menginfakkan harta, dan tidak boros.
Seperti disebutkan sbb:
Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Tidaklah akan melarat orang yang berhemat". (HR. Ahmad, II/159).
Dalam tafsir Ibnu Katsir:
"Sungguh, diantara hamba-Ku ada orang yang tidak pantas baginya kecuali kefakiran, sekiranya Aku membuatnya kaya, tentu Aku membuat agamanya rusak. Dan sungguh, diantara hamba-Ku ada yang tidak pantas baginya kecuali kekayaan. Sekiranya Aku membuatnya miskin, tentu Aku membuat agamanya rusak. (HR Ibnu Asakir)
---------------
Bab. Pahala Sedekah Tetap Mengalir Meskipun Pemiliknya Meninggal
Umar Bin Khatab memperoleh bagian tanah di Khaibar. Lalu dia datang menemui Nabi saw dan berkata, “Aku telah mendapatkan bagian tanah, yang mana saya tidak memperoleh harta yang paling berharga bagiku selain sebidang tanah ini. Maka apa yang akan engkau perintahkan kepadaku dengan sebidang tanah ini?”
Lalu Nabi saw. bersabda, “Jika engkau menghendaki wakafkanlah tanah tersebut (engkau tahan tanahnya) dan sedekahkan hasilnya.”
Lalu Umar menyedekahkan hasilnya.
“Sungguh tanah ini tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan, tetapi diinfakkan hasilnya untuk fakir, kerabat, untuk membebaskan budak, untuk kepentingan di jalan Allah swt. untuk menjamu tamu dan untuk ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan). Tidak ada dosa bagi yang mengurusinya, apabila dia memakan sebagian hasilnya secara ma’ruf, atau memberi makan temannya tanpa menimbun hasilnya” (HR. al-Bukhari no. 2565 dan Muslim no. 3085).
Bab. Nikmatnya Mukmin yang Ikhlas, Harta yang Dicuri, yang Dimakan Sendiri, Dimakan Burung dsb, Semuanya Bernilai Sedekah
Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya pun merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah” (HR. Muslim). Dalam lafal lain, “...Merupakan sedekah sampai akhir kiamat.”
Seseorang pernah bertemu Abu Darda’ yang sedang menanam pohon. Kemudian, laki-laki itu bertanya kepadanya, “Wahai Abu Darda’, mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah tua sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya?” Abu Darda’ menjawab, “Bukankah aku yang akan memetik pahalanya di samping untuk di makan orang lain?”
1). Sedekah dapat menghapus dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)
2). Orang yang bersedekah secara sembunyi2 akan mendapatkan naungan di hari akhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:
رجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)
3). Sedekah memberi keberkahan pada harta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”
4). Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
5). Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
من أنفق زوجين في سبيل الله، نودي في الجنة يا عبد الله، هذا خير: فمن كان من أهل الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)
6). Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة برهان
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”
7). Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)
8). Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يا معشر التجار ! إن الشيطان والإثم يحضران البيع . فشوبوا بيعكم بالصدقة
“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)
9). Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:
مثل البخيل والمنفق ، كمثل رجلين ، عليهما جبتان من حديد ، من ثديهما إلى تراقيهما ، فأما المنفق : فلا ينفق إلا سبغت ، أو وفرت على جلده ، حتى تخفي بنانه ، وتعفو أثره . وأما البخيل : فلا يريد أن ينفق شيئا إلا لزقت كل حلقة مكانها ، فهو يوسعها ولا تتسع
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
10). Pahala sedekah terus berkembang
Pahala sedekah walaupun hanya sedikit itu akan terus berkembang pahalanya hingga menjadi besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ اللهَ يقبلُ الصدقةَ ، ويأخذُها بيمينِه ، فيُرَبِّيها لِأَحَدِكم ، كما يُرَبِّي أحدُكم مُهْرَه ، حتى إنَّ اللُّقْمَةَ لَتَصِيرُ مِثْلَ أُحُدٍ
“sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang hingga sebesar gunung Uhud” (HR. At Tirmidzi 662, ia berkata: “hasan shahih”)
11). Sedekah menjauhkan diri dari api neraka
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan kita dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita darinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
اتَّقوا النَّارَ ولو بشقِّ تمرةٍ ، فمن لم يجِدْ فبكلمةٍ طيِّبةٍ
“jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Al Bukhari 6539, Muslim 1016)
12). Boleh iri kepada orang yang dermawan dijalan Allah
Iri atau hasad adalah akhlak yang tercela, namun iri kepada orang yang suka bersedekah, ingin menyaingi kedermawanan dia, ini adalah akhlak yang terpuji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
لا حسدَ إلا في اثنتين : رجلٌ آتاه اللهُ مالًا؛ فسلَّطَ على هَلَكَتِه في الحقِّ ، ورجلٌ آتاه اللهُ الحكمةَ؛ فهو يَقضي بها ويُعلمُها
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan harta oleh Allah, kemudian ia belanjakan di jalan yang haq, dan seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia mengamalkannya dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816)
Bab: Sebaiknya Berapa Banyak Maksimal Sedekah ke Orang Lain?
Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari ayahnya, Sa’ad, ia adalah salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga- berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku ketika haji Wada’, karena sakit keras. Aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sakitku sangat keras sebagaimana yang engkau lihat. Sedangkan aku mempunyai harta yang cukup banyak dan yang mewarisi hanyalah seorang anak perempuan. Bolehkah saya sedekahkan 2/3 dari harta itu?” Beliau menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Bagaimana kalau separuhnya?” Beliau menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Bagaimana kalau sepertiganya?” Beliau menjawab, “Sepertiga itu banyak (atau cukup besar). Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka terpaksa meminta-minta kepada sesama manusia. Sesungguhnya apa yang kamu nafkahkan dengan maksud untuk mencari ridha Alah pasti kamu diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh istrimu.” (HR. Bukhari, no. 4409; Muslim, no. 1628).
---> Sehingga meninggalkan yang 2/3 untuk keluarga (dengan niat mencari ridlo Allah) itu juga termasuk sedekah, bahkan sedekah paling utama!
>> Bagaimana Jika Sedekah tapi Salah Sasaran? Atau Telah Ditipu? ---> http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2016/10/bagaimana-jika-sedekah-tapi-salah.html
>> Sedekah Paling Utama ---> http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2016/12/sedekah-paling-utama.html
>> Larangan Meminta-minta kepada Sesama Makhluq Dan Sedekah itu Lebih Baik ---> http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2016/10/larangan-meminta-minta-kepada-sesama.html
>> Ada beberapa artikel yg berkaitan dengan Sedekah (bisa dicari di Tombol menu CARI), seperti misalnya: http://tausyiahaditya.blogspot.com/2012/08/janganlah-menghamburkan-harta-secara.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar