Selasa, 04 Desember 2012

Hati-hati dalam Membaca Al Qur'an

Sesungguhnya Al Qur'an adalah sesuatu yang Terbaca dan bukan berupa tulisan. 
Sedangkan Mushaf adalah tulisan yang menampung Al Qur'an.

Dasar hukum:
Dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”  (Hadis dalam Kitab SHAHIH BUKHARI)

Telah menceritakan kepada kami Amru bin 'Ashim Telah menceritakan kepada kami Hammam dari Qatadah ia berkata; Anas pernah ditanya, "Bagaimanakah bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia pun menjawab, "Bacaan beliau adalah panjang." Lalu ia pun membaca: "BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM." Anas menjelaskan, "Beliau memanjangkan bacaan, 'BISMILLAAH' dan juga memanjangkan bacaan, 'ARRAHMAAN' serta bacaan, 'ARRAHIIM.'" (No. Hadist: 4658 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

--> Maksudnya, dipanjangkan 2 harokat atau 1 alif.
Beliau (Nabi SAW) selalu memanjangkan bacaan yg memang harus dibaca panjang dan akan memendekkan bacaan yg memang harus dibaca pendek.
Atau dng kata lain, Nabi SAW. dalam membaca Al Qur'an tidaklah ngawur, dan juga tidak seperti bahasa percakapan sehari-hari. Bacaan Al Qur'an beliau sangatlah indah, khas, unik dan konsisten.

Berhati²lah dalam membaca Al Qur'an, perhatikan dengan sungguh² panjang-pendeknya, variasinya (sesuai dengan imam Qiro'ah yang dianutnya), tajwidnya dan Makhrojnya (tempat keluarnya huruf), dan ini tidak bisa dipelajari sendiri melainkan harus bertemu dengan guru qiro'ah sab'ah ...

Atau guru yang memang dapat secara konsisten menjaga qiro'ahnya, walaupun hanya ahli satu bacaan saja ...
Dan guru² itu harus memiliki sanad yang sampai kepada Rasulullah SAW ...
Tidak gampang menyesuaikan lidah kita dengan lidah Arab yang fasih (kebanyakan dalam dialek bahasa Quraisy -menurut Utsman ra., Al Qur'an diturunkan dalam dialek Quraisy-, sebagian dialek lainnya adalah Hudzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Al Yaman yg kesemuanya merupakan rumpun dari bahasa Arab), sehingga butuh waktu yang cukup lama supaya dapat melafazhkan Al Qur'an dengan baik dan benar ...

Sesungguhnya Al Qur'an diturunkan dalam tujuh huruf (tujuh dialek bahasa arab) ...
Tiap² sahabat diajari bacaan yang kadang sama, kadang pula berbeda, (sesuai dengan dialek yang mereka biasa pergunakan) oleh Rasulullah SAW ...
Namun tidak ada diantara sahabat mencampur bacaan yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW, sehingga masing² bacaan sahabat Nabi SAW memiliki karakteristik dan pola yang unik namun konsisten ...

Dasar Hukum Al Qur'an diturunkan dalam Tujuh Huruf :
Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri ia berkata; Telah mengabarkan kepadaku Urwah bin Zubair dari hadits Al Miswar bin Makhzamah dan Abdurrahman bin Abd Al Qari` bahwa keduanya mendengar Umar bin Al Khaththab berkata, Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku pernah mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membacakan surat Al Furqan, maka aku pun mendengarkan bacaannya dengan seksama. Dan ternyata ia membacanya dengan Huruf (cara bacaan) yang begitu banyak (terdengar aneh dan tidak biasa ia dengar cara bacaan seperti itu), yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri belum membacakan bacaan seperti itu padaku, maka aku pun ingin segera menyergapnya di dalam shalat, namun aku menunggunya hingga selesai salam dan langsung meninting lengan bajunya seraya bertanya, "Siapa yang membacakan surat ini padamu?" Ia menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang membacakannya padaku." Maka kukatakan padanya, "Kamu telah berdusta. Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah membacakan surat -yang telah aku dengar ini darimu- padaku." Maka aku pun segera membawanya menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aku berkata, "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku mendengar orang ini membaca surat Al Furqan dengan cara baca yang belum pernah Anda ajarkan padaku. Dan sungguh, Anda telah membacakan surat Al Furqan padaku." Akhirnya beliau bersabda: "Wahai Hisyam, bacalah surat itu." Maka Hisyam pun membacanya bacaan yang telah aku dengar sebelumnya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seperti inilah surat itu diturunkan." Kemudian beliau bersabda lagi: "Bacalah wahai Umar." Lalu aku pun membacanya sebagaimana yang telah diajarkan beliau. Kemudian beliau bersabda: "Seperti ini pulalah ia diturunkan." Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda lagi: "Al Qur`an diturunkan dengan Sab'atu Ahruf (tujuh dialek) karena itu bacalah sesuai kemampuan kalian." (No. Hadist: 4653 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Diriwayatkan oleh Imam Bukhory dan Imam Muslim dari kitab Shohih mereka, dari Ibnu Abbas ra., dia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW, "Jibril telah membacakan kepadaku satu huruf (satu model bacaan), maka kukembalikan ia kepadanya. Aku tidak henti meminta tambah kepadanya dan ia menambahiku sehingga sampai tujuh huruf (tujuh dialek bahasa arab/qiro'ah sab'ah)."
Imam Muslim menambahkan, "Telah berkata Ibnu Syihab,"Telah sampai kepadaku tujuh huruf itu adalah sama. Tidak berbeda dalam halal dan haram."

Bacaan imam siapa sajakah yang digunakan dibeberapa wilayah ...?
1. Orang² Makkah memakai Qiro'ah Imam Ibnu Katsir al-Makki (perawinya Al-Bazzi dan Qunbul).
2. Orang² Syam memakai Qiro'ah Imam Ibnu 'Amir asy-Syammi (perawinya Hisyam bin Ammar dan Ibnu Dzakwan).
3. Orang² Asia (termasuk Indonesia) memakai Qiro'ah Imam 'Ashim bin Abi an-Najud (perawinya Syu'bah bin Ayyasy dan Hafs bin Sulaiman al-Kufi) dan Orang² Indonesia pada umumnya menggunakan riwayat Hafsh.
4. Orang² Basroh memakai Qiro'ah Imam Abi 'Amru al-Bashri (perawinya Hafs ad-Duri dan As-Susi)  dan Yaqub.
5. Orang² Kufah memakai Qiro'ah Imam Hamzah al-Kufi (perawinya Khalaf bin Hisyam dan Khallad) dan Imam 'Ashim.
6. Orang² Madinah memakai Qiro'ah Imam Nafi' al-Madani (perawinya Qalun dan Warasy).
7. Al-Kisa'i (perawinya Abu al-Harits al-Laits bin Khalid dan Hafs ad-Duri).

---------------------------------------
Mengenal Imam-Imam Qori'ah yang Digunakan di Indonesia dan Asia:
(sumber:Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Tentang Ashim bin Bahdalah Abi an-Najud al-Kufi
Lebih dikenal sebagai Ashim bin Abi an-Najud (Wafat pada tahun 120/127 H) adalah seorang ulama dibidang Qira'at al-Qur'an (bukan ulama ahli hadits, sehingga tidak boleh menyandarkan suatu hadits kepada Beliau, karena kelemahannya. Selanjutnya baca: Dua Muqaddimah dlm 'Ulumul Quran hal 83 dan Tahzib At Tahdzib jilid 5 hal 38-40).
Ia adalah salah satu Imam Qira'at Sepuluh, dan ahli qira'at di Kufah. Sebagian besar sanad-sanad qira'at berakhir kepadanya.
Qira'at al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas perbedaan lafaz wahyu, baik dari segi menulisnya maupun membacanya.

>> Guru-gurunya:
1. Zar bin Habisy, yang mempelajari al-Qur'an dari Abdullah bin Mas'ud
2. Abu Abdirrahman as-Sulami, yang mempelajari al-Qur'an dari Ali bin Abi Thalib
3. Abu Amru Sa'ad bin Iyyas asy-Syaibani al-Kufi, yang mempelajari al-Qur'an dari Abdullah bin Mas'ud

>> Murid-muridnya:
1. Al-A'masy
2. Al-Mufadhdhal bin Muhammad adh-Dhabbi
3. Hammad bin Syu'aib
4. Syu'bah bin Ayyasy
5. Hafs bin Sulaiman al-Kufi
6. Nu'aim bin Maisarah
7. Abu Amru al-Bashri

>> Qira'atnya:
Sanadnya adalah sanad yang tertinggi setelah Ibnu Katsir al-Makki dan Ibnu Amir, dalam sanadnya antara Ashim dengan Nabi Muhammad ada dua orang. Ia meriwayatkan qira'at Ali bin Abi Thalib melalui jalan Abu Abdirrahman as-Sulami kepada Hafs bin Sulaiman al-Kufi, dan meriwayatkan qira'at Abdullah bin Mas'ud melalui jalan Zar bin Habisy kepada Syu'bah bin Ayyasy.

>> Perkataan ulama tentangnya:
Ahmad bin Abdullah al-Bajali berkata: Ashim bin Bahdalah adalah seorang yang menjalankan sunnah dan ahli qira'at, yang paling pandai dibidang al-Qur'an, dan yang paling tsiqah riwayatnya.
Abu Hatim berkata: Ia adalah seorang yang tsiqah.

Tentang Hafs bin Sulaiman al-Kufi:

Abu 'Umar Hafs bin Sulaiman bin al-Mughirah bin al-Bazzar al-Asadi al-Kufi (bahasa Arab: أبو عمر حفص بن سليمان بن المغيرة بن البزاز الأسدي الكوفي), atau lebih dikenal sebagai Hafs bin Sulaiman al-Kufi (Lahir pada tahun 90 H, wafat pada tahun 180 H) adalah seorang ulama dibidang Qira'at al-Qur'an. Ia merupakan perawi qira'at Ashim al-Kufi, yang juga merupakan ayah tirinya. Ia merupakan murid istimewa dibandingkan murid-murid lainnya yang mempelajari al-Qur'an dari Ashim, ia merupakan guru para qari' di Kufah, kemudian ia pindah ke Bagdad dan menjadi guru qira'at disana, kemudian pindah ke Mekkah dan menjadi guru qira'at disana. Ia meriwayatkan qira'at kepada banyak murid. Sebagian besar mushaf al-Qur'an yang ada didunia sekarang ini adalah qira'at riwayat Hafs dari Ashim.
---------------------------------------

Pentingnya Sanad
Beberapa kesalahan fatal yang sering terjadi jika tidak belajar ke guru atau Syaikh yang memiliki sanad hingga Nabi Muhammad saw: 
1. Pengucapan salah, hingga merubah arti secara total.
Biasanya salah dalam pengucapan huruf, tempat keluarnya huruf beserta sifat²nya, dan panjang-pendeknya.
2. Membaca Al-Quran tidak merubah arti, namun dia membacanya tidak sesuai dengan yang diajarkan Nabi saw. Al Qur'an itu Kalamullah, bukan perkataan makhluq, sehingga  cara membacanya jangan disamakan dengan perkataan bahasa Arab apalagi bahasa Indonesia, tambah jangan. Namun harus sesuai dengan yang di wahyukan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. 
Biasanya kesalahan meliputi panjang pendek bacaan, masalah  tajwid dan yang lainnya. Terkesan ngawur dan dianggap sama dengan perkataan manusia.
Apakah layak Kalamullah disamakan dengan perkataan Makhluq? 
3. Tidak belajar semestinya, lalu mancampur beberapa bacaan Imam Qiroah yang masyhur, hingga dia membacanya tidak sesuai dengan bacaan yang diturunkan kepada Nabi saw karena variasi bacaan yang berbeda dengan variasi bacaan yang diajarkan Nabi saw hingga ke para Imam Qiroah yang masyhur.
Sehingga apabila Anda menggunakan mushaf al-Qur'an qira'at riwayat Hafs dari Ashim, maka untuk seterusnya, tetap memakai qira'at riwayat Hafs dari Ashim,  secara konsisten. Jangan mencampurnya dengan bacaan qiroat Imam lainnya tanpa ilmu yang memadai. 

Demikianlah pentingnya sanad, sehingga dapat dikatakan, sanad itu bagian dari Agama. 
Dan artikel berikut ini semua penjelasannya, in Syaa Allah, berdasarkan jalan assyathibiyah.


Yang perlu diperhatikan ketika membaca Al Qur'an, dengan mengikuti aturan dari Imam yg dianut (konsisten):
1. Mad: Panjang pendeknya suatu bacaan, baik ketika waqof, washol ataupun ketika waqof-ibtida'
2. Tahqiq atau tashil (dibaca antara hamzah -tahqiq- dng alif, shg lebih mudah membacanya)
3. Idghom
4. Ghunnah atau tidak
5. Iqlab
6. Idzhar
7. Ikhfa
8. Qolqolah (sughra, kubra, dan akbar)
9. Hurufnya
10. Syiddah ataukah tidak
11. Naql (memindahkan)
12. Laam, ada dua: Laam Qomariyah dan Laam Syamsiyah
13. Bacaan ketika washol atau ketika waqof
14. Saktah: berhenti sekitar 2 harokat, tanpa ambil/lepas nafas (tahan nafas), kemudian segera melanjutkan bacaan berikutnya
15. Imalah, ada dua: Imalah kubra (satu tempat, menurut Imam 'Ashim riwayat Hafsh) dan Imalah sughra (taklil)
16. Isymam: hanya isyarat, bibir mecucu (satu tempat, menurut Imam 'Ashim riwayat Hafsh) atau dlommahnya dibaca sedikit ataukah mencampur antara Shod dng Zai (dibanyak tempat, menurut Imam Hamzah riwayat Kholaf)
17. Waqof. Dibaca waqaf Sukun, waqaf Rum(memperdengarkan bunyi harakat lemah, kira² 1/3 tekanan suara, dan hanya ada pada "dlommah" dan "kasroh")  ataukah waqaf Isymam(bibir mecucu, tanpa ada suara -dlommah-, segera setelah huruf disukunkan, mecucunya tidak boleh terpisah dari sukun)

Jangan sembarangan meniru bacaan² Al Qur'an tanpa ilmu (perhatikan bacaan² diatas yang digunakan berbeda-beda), karena pasti keliru ...
Asal meniru pasti salah, bagaimanakah pendapat anda jika membaca Al Qur'an -asal tiru-, padahal bacaan Al Qur'an tidak diturunkan seperti itu ...? Berarti mengarang bacaan Al Qur'an sendiri ...? Subhanallah ...
Marilah kita belajar mengenai bacaan Al Qur'an dan Ilmu Al Qur'an ...
Kita mau belajar mengenai ilmu dunia yang tidak abadi, namun malah mengabaikan mengenai Al Qur'an ...?
Padahal Al Qur'an merupakan warisan Nabi SAW yang memiliki tingkatan tertinggi ...

Kita tidak perlu mempelajari ketujuh bacaan Al Qur'an, cukup satu saja, namun harus konsisten terhadap Imam Qiro'ah yang digunakan (di wilayahnya sendiri), untuk menjaga kesucian Al Qur'an ...

Ada contoh ayat Al Qur'an yang apabila dibaca tanpa ilmu akan menjadi salah (namun tidak dapat disuarakan melalui tulisan ini), yakni:

QS 88. Al Ghaasyiyah:17

أَفَلاَ يَنظُرُونَ إِلَى ٱلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan"
Jika keliru membacanya (perhatikan huruf Al Qur'an yang memiliki arti 'diciptakan') maka akan berubah artinya menjadi:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia dicukur"

Juga:
QS 1. Al Faatihah:5

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan"
Jika "iiyaaka" dibaca pendek (1 harokat) artinya menjadi:
"Kepada berhala iyaka kami menyembah, dan kepada berhala iyaka kami meminta pertolongan"

Subhanallah, jauh sekali artinya dengan yang sebenarnya ...
Akankah kita tidak mau belajar Al Qur'an ...?
Akankah kita akan meninggalkan Al Qur'an yang merupakan petunjuk yang benar dan membawa kepada kebenaran (menuju cahaya kebenaran) ...?
Akankah kita mengorbankan yang abadi dengan yang tidak kekal ini (dunia) ...?
Subhanallah ...

Jangan manunggu kalau sudah tua atau kalau sudah pensiun untuk mempelajari agama ...
Sudah biasa bagi orang yang sudah tua untuk mempelajari agama, bahkan pada beberapa kasus, malah terhitung sudah terlambat ...
Menurut pengalaman, bagi orang yg sudah tua akan sangat kesulitan untuk bisa membaca Al Qur'an dengan baik dan benar ...
Walaupun tiap hari belajar, tetap saja masih sulit dan jauh dari kebenaran ...
Hal ini disebabkan karena lidah² mereka sudah kelu karena usia yang tua dan daya ingat mereka melemah ...

Sebenarnya sangat disayangkan, mestinya dari kecil sudah bisa membaca Al Qur'an dengan benar, sehingga kalau sudah tua tinggal melanjutkan mengaji secara istiqomah, dengan melafazh-kan Al Qur'an secara benar ...

Supaya terpacu dan mau untuk belajar Al Qur'an >>
Keutamaan yang didapatkan ketika seseorang bisa lancar membaca Al Qur'an secara benar, adalah diberikan kepadanya kedudukan di akhirat dengan ditemani oleh para Malaikat yang mulia, seperti terdapat dalam Kitab Hadits Shahih Muslim dibawah ini:

1329. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Muhammad bin ubaid Al Ghubari semuanya dari Abu 'Awanah - Ibnu Ubaid - berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur'an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur'an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala." Dalam jalur lain; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi dari Sa'id dan diganti dengan jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Hisyam Ad Dastawa'i keduanya dari Qatadah dengan isnad ini. Dan ia berkata dalam haditsnya Waki'; "Dan orang yang membaca Al Qur'an sedang ia kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala." (Hadits Shahih Muslim)

Jangan Karena Manusia dan Lomba, namun Jadikanlah Karena Allah

عَنْ عَبْدِ اللهِ بن مسعود رضى الله عنه ، أنه قَالَ: ” مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ “

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi)

“Bacalah Al-Quran karena Al-Quran  akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para ahlinya atau para pembacanya,” (HR. Muslim).

Bersabda Rasulullah SAW yang maksudnya: Dikatakan kepada pembaca al-Qur,an: “Bacalah (al-Qur’an), naiklah (pada derajat-derajat syurga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil didunia. Sesungguhnya kedudukan derajatmu sehingga kadar akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad).


Bab: Adab-Adab Tilawah dalam Membaca Al-Qur'an

Perintah membaca Isti'adzah, ketika mulai membaca Al Qur'an
QS. An Nahl:98

فَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ ٱلرَّجِيمِ

"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk"

>> Mengapa harus membaca Isti'adzah?
Karena sesungguhnya Al Qur'an itu adalah Firman Allah, yg terbaca, dan untuk menjaga kesucian dari hati yg diganggu syaitan, maka hendaknya membaca Isti'adzah, kemudian beriman dan bertawakkal kepada Allah. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya

Menghadirkan Hati Saat Membaca Ayat-Ayat Allah SWT.

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَحْسَنُ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ ؟ قَالَ : مَنْ إِذَا سَمِعْتَ قِرَاءَتَهُ رَأَيْتَ أَنَّهُ يَخْشَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya: "Siapa yang paling bagus suaranya dengan Al-Qur'an?" Beliau bersabda: "Orang yang apabila kalian mendengar ia membaca Al-Qur'an, kalian lihat ia takut kepada Allah Azza Wa Jalla"
(HR. Thabrani, hadits semakna diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dan Ibnu Abi Syaibah)

Di antara indikasi "takut" adalah menangis saat membaca Al-Qur'an, terlebih ketika menjumpai ayat-ayat adzab. Karenanya kita tidak saja dianjurkan menangis, bahkan bagi yang tidak mampu menangis supaya berusaha menangis; tangis-tangiskanlah.

اتْلُوُا الْقُرْآنَ وَابْكُوْا، فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا

"Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, jika kalian tidak dapat menangis, maka tangis-tangiskanlah (berusahalah untuk menangis)".
(HR. Abu Iwanah, Hadits semakna diriwayatkan oleh Hakim dan Ibnu Majah)

Imam as-Suyuthi berkata, “Dianjurkan menangis ketika membaca al-Qur’an dan berupaya untuk menangis bagi yang tidak mampu, merasa sedih dan khusyu’.” (al-Itqan, Jld.I, hal.302)


Bab:Khataman Al Qur'an
1. Sunnah mengucapkan "Takbir" pada waktu kita sampai pada akhir surat Ad-Dhuhaa:
 وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ, dan terus mengucapkan "Takbir" pada setiap akhir surat, hingga Surat An-Naas.
2. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka'ab ra. Bahwasanya Nabi SAW apabila selesai membaca Surat An-Naas (khataman Al Qur'an):
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ , Beliau lantas membaca Surah Al Fatihah hingga (5 ayat diawal Al Baqarah), yakni hingga ayat:
أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Perintah mengkhatamkan Al Qur'an dalam sebulan:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Mughirah berkata, aku mendengar Mujahid dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Puasalah dalam sebulan sebanyak tiga hari". Dia berkata: "Aku sanggup yang lebih banyak dari itu". Dia terus saja mengatakan kemampuanya itu hingga akhirnya Beliau berkata: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbuka sehari". Beliau juga berkata, kepadanya: "Bacalah (khatam) Al Qur'an dalam sebulan". Dia berkata: "Aku sanggup yang lebih banyak dari itu". Dia terus saja mengatakan kemampuannya itu hingga akhirnya Beliau berkata: "Kalau begitu kamu khatamkan dalam tiga hari". (HR. BUKHARI)

Subhanallah ... masihkah kita menunda-nunda untuk belajar Al Qur'an, baik dengan belajar melafazhkan secara benar (seperti penjelasan sebelumnya) dan memikirkan kandungan Al Qur'an, juga meng-imaninya dengan sebenar²nya ...?
 --------------------

Silahkan membaca juga (penting):
http://tausyiahaditya.blogspot.com/2013/09/pengumpulan-al-quran.html



------------------------------------------------------------------------
 Artikel dibawah ini dilengkapi contoh Suara (mp3)
 Silahkan klik Link Warna Biru untuk membunyikannya
------------------------------------------------------------------------

Bacaan Tujuh yang berbeda ("tujuh" dalam bahasa Arab, berarti banyak)

>> Mohon jangan meniru-niru bacaan berikut, tanpa seorang Guru yg memang ahli <<

Contoh 10 qiraat yg berbeda oleh Qari Mishary Al-Rashid Al Afasy:
1. Surah Al-Fatihah
2. Surah Al Ikhlaas
3. Ayat Al-Kursi

Silahkan dibandingkan dengan yang berikut ini:

Contoh bacaan yg biasa kita gunakan, yakni bacaan Imam 'Ashim riwayat Hafsh, dari Abdullah Basfar:
1. Surah Al-Fatihah
2. Surah Al Ikhlash
3. Ayat Kursy

Sedikit tentang bacaan Imam 'Ashim riwayat Hafsh thariqoh Assyathibiyah,

__________________________________
Bacaan Imam 'Ashim riwayat Hafsh thariqoh Assyathibiyah lengkap 30 Juz (Mishary Al-Afasy)
__________________________________


Perhatikan panjang-pendek bacaannya!. Terutama mad thobi'y atau mad ashly, dibaca TETAP 2 harakat atau 1 mad, baik saat waqaf ataupun tidak. 
Silahkan simak: QS.1.Al-Fatihah dan QS.20.Thaahaa   atau   QS.20.Thaahaa



Surat Al-Fatihah 
》Bacaan Imam 'Ashim riwayat Hafsh, Basmallah adalah termasuk dari surat Al Fatihah, karena itu wajib dibaca keras seperti ayat selanjutnya:
Al-Fatihah 1:1

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 

Al-Fatihah 1:2

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 

Al-Fatihah 1:3

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 

Al-Fatihah 1:4

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ 

Al-Fatihah 1:5

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 

Al-Fatihah 1:6

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ 

Al-Fatihah 1:7

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ 

》Contoh satu bacaan selain dari Imam 'Ashim riwayat Hafsh:
Al-Fatihah 1:1

 ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 

Al-Fatihah 1:2

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Al-Fatihah 1:3

 مَلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

Al-Fatihah 1:4

 إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 

Al-Fatihah 1:5

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Al-Fatihah 1:6

 صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

Al-Fatihah 1:7

 غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمُ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ 


Catatan Khusus

>>> Qolqolah:
Ada 3 macam, yakni:
1. Sughra --> Apabila huruf qalqalah itu mati (sukun) pada umumnya terletak ditengah-tengah kata. Cara membaca Qalqalah tersebut yaitu dengan pantulan tidak terlalu kuat. [perhatikan huruf ba' (dengan pantulan) ditengah kata, QS.AL LAHAB ayat 5
2. Kubra -->  Apabila huruf qalqalah yang mati (dibaca sukun). Huruf itu mati karena dihentikan atau diwaqafkan dan berada pada akhir kata. Cara membacanya harus lebih mantap dengan memantulkan suara dengan pantulan yang kuat. [perhatikan huruf ba' (dengan pantulan) diakhir kata, QS.AL LAHAB ayat 2]

3. Akbar -->  Apabila huruf qalqalah yang mati itu syiddah (dibaca sukun). Huruf itu mati karena dihentikan atau diwaqafkan dan berada pada akhir kata. Cara membacanya seolah-olah terdapat jedah yang cukup sebelum memantulkan suara dengan pantulan yang kuat. [perhatikan huruf ba' (dengan pantulan) diakhir kata, QS.AL LAHAB ayat 1]



>>> Izhhar:


>>> Idghom:


>>> Ikhfa: 


>>> HURUF BERTASYDID ADA 3, YAITU :
1. Huruf bertasydid Tanpa Ghunnah, 
Contoh وَالَّيْلِ 
2. Huruf bertasydid yg disertai dengung dengan idghom kamil, 
Contoh : مِنْ مَّسَدٍ  ، مِمَّا dll.
3. Huruf bertasydid yg ada pd huruf wawu & ya' pd hukum idghom bighunnah. 
Contoh : مِنْ وَّالٍ  
(Ref. Attamhid Fi 'ilmi At-tajwid : Imam Ibnul Jazary).


Admin tidak memberikan contohnya, sebab sudah banyak yang membahasnya. Apalagi admin pikir akan lebih baik jika langsung bertanya ke guru atau syaikh yang memang ahlinya. Sedangkan bacaan gharib dan beberapa yang lainnya, admin tampilkan contohnya, ada yang dengan suara dan ada yang dengan tulisan, dengan maksud menjaga ingatan apabila lupa. Jadi, sebelumnya admin anggap paham masalah tajwid lalu artikel ini sebagai pengingatnya.


>>> Beberapa contoh bacaan ghorib, juga bacaan sewaktu waqof/washol. Selengkapnya, silahkan bertanya ke guru yg memang ahli:


>> Dibaca Imalah (Kubra):
    QS.11.Hud ayat 41

>> Dibaca Isymam (Karena hanya isyarat, maka tidak akan terdengar jelas bacaan Isymamnya)
    QS. 12. Yusuf ayat 11


>> Dibaca Tashil
    QS. 41.Fushshilat ayat 44   atau selengkapnya   QS. 41.Fushshilat ayat 44
(Perhatikan pada Hamzah kedua ---> dibaca Tashil)
 أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ


>> Dibaca Tahqiq
    QS. Albaqoroh ayat 31
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ



>>> Alif Pertama yang Tidak ada harokatnya
>> Pada Mushaf Al Qur'an, kalau kita perhatikan ada huruf alif pertama yg tidak ada harokatnya. Perhatikan ayat² berikut ini:
1. QS. 12. Yusuf ayat 9 - Perhatikan huruf pertama dibaca dlommah (uqtuluu)
اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ

2. QS. 15. Al Hijr ayat 46 - Perhatikan huruf pertama dibaca dlommah (udkhuluuhaa)
ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ

3. QS.16.AnNahl:125  - Perhatikan huruf pertama dibaca dlommah (ud'u)
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
   
4. QS. 1. Al Fatihah Ayat 2 -  Perhatikan huruf pertama dibaca Fathah (Alhamdu)
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

5. QS. 55. Arrahman Ayat 1 -  Perhatikan huruf pertama dibaca Fathah (Arrohman)  
الرَّحْمَٰنُ

6. QS. 55. Arrahman Ayat 5 -  Perhatikan huruf pertama dibaca Fathah (Assyamsu)
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
 
7. QS. 12. Yusuf ayat 81 - Perhatikan huruf pertama dibaca kasroh (irji'uu)
ارْجِعُوا إِلَىٰ أَبِيكُمْ فَقُولُوا يَا أَبَانَا إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَا إِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ

8. QS. 12. Yusuf ayat 93 - Perhatikan huruf pertama dibaca kasroh (idzhabuu)
اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَٰذَا فَأَلْقُوهُ عَلَىٰ وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ

9. QS.16.AnNahl:121  - Perhatikan huruf pertama dibaca kasroh (ijtabaahu)   
شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Kesimpulannya: Secara default, setelah waqof (berhenti) kemudian ibtida' (memulai) atau langsung ibtida' (memulai), alif pertama, tanpa harokat, dibaca kasroh.
Dan apabila  huruf berikutnya (ketiga) dibaca dlommah, maka alif pertama dibaca dlommah.
Namun jika huruf kedua adalah "lam", maka alif pertama dibaca fathah.


>>> Mad Lazim
>> Dibaca 6 harokat atau 3 mad:
1. QS.10.Yunus: 51



2. QS.10.Yunus: 91




3. QS.1.AlFatihah ayat 7. Perhatikan, setelah tanda baca alis, diikuti dng tanda baca syiddah.

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ 

Wajib dibaca 6 harokat, bahkan ada riwayat yang lemah, dibaca hingga 12 harokat(sebaiknya tidak digunakan).
Bagaimana jika tidak kuat nafasnya?
Jika tidak kuat nafasnya, bisa dibaca seperti dibawah:

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ 

Dilanjutkan, dengan sedikit mengulang:
غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

Bagaimana jika dibaca selain diatas? 
Jika dibaca selain diatas, berarti tidak menggunakan Qiro'ah dari Imam 'Ashim bin Abi an-Najud (perawinya Syu'bah bin Ayyasy dan Hafs bin Sulaiman al-Kufi) alias menggunakan Qiroah dengan riwayat yang tidak diketahui.







>> Ayat Fawatihus Shuwar (menyebutkan nama-nama dr setiap huruf), untuk tanda baca alis, dibaca 6 harokat atau 3 mad, dan berlaku hukum tajwid.  


Jika disusun huruf² ini dibaca panjangnya 6 harokat atau 3 mad. Ada 8 huruf (KAF, MIM, 'AIN, SIN, LAM, NUN, QOF, SHOD. 
Yang tujuh huruf (selain 'AIN), wajib dibaca 6 harokat atau 3 mad. Huruf² nya adalah: 

Dan  berikut ini dibaca 2 harokat atau 1 mad. huruf²nya (ada 5 huruf. HA, YA, THO, ha, RO):
Sedangkan Huruf alif, tidak memiliki hukum. Sehingga tetap dibaca "Alif".



Contoh Ayat Fawatihus Shuwar seperti berikut ini:
1. Alif(tetap dibaca "Alif" pendek) Lam(3 mad) mim(3 mad)  dan  Kaf(3 mad) Ha(1 mad) Ya(1 mad) 'Ain(3 mad) Shod(3 mad)
الم
كهيعص

2. Ya(1 mad) sin(3 mad) dan Tha(1 mad) ha(1 mad) dan Nun(3 mad)
يس
طه
ن

>> Namun harap hati-hati, sebab yg tanda baca alis juga ada yg dibaca 4 atau 5 harokat ketika washol dan dibaca 2 harokat ketika waqof-ibtida', untuk bacaan Imam 'Ashim riwayat Hafsh. Seperti pada contoh berikut ini (dibaca 2 harokat karena waqof, dan dilanjutkan dng 6 harokat pada lafal Aaallah):
    QS.27.An Naml ayat 59




>> Contoh tanda baca alis yg dibaca 4 atau 5 harokat ketika washol. Berikut ini dibaca 5 harokat, karena dipilih yg 5 harokat, maka semua yg bertanda baca alis seperti itu (semua mad yg bertemu hamzah) tetap dibaca 5 harokat terus (konsisten):
    QS.2. Al Baqarah ayat 29
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ





>>>> Bab: Waqof-Washol. 
Dibaca seperti tertulis dalam Mushhaf Al Qur'an ketika washol, namun ketika waqof, dari ayat sebelumnya, ayat selanjutnya dibaca seperti berikut ini:
Q.S. 46. Al Ahqaaf 4:

قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ۖ ائْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَٰذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Jika waqaf (berhenti) pada kalimat
   السَّمَاوَاتِ kemudian memulai lagi dari kata ائتونى maka cara membaca adalah:

ائْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَٰذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

"... fis-samaawaaat, iitunii bi-kitabin ...". Huruf 'alif' , hamzah, 'ya', pada kata ائتونى dibaca kasroh sepanjang 2 harokat atau hamzah di baca kasrah dengan panjang 2 harakat. Mendengarkan Bacaannya  atau   Bacaan Qori lainnya

Sebenarnya kata (ائْتُوْنِيْ) ada 2 kata yang diketahui, yang satu terdapat di surah Al-Ahqof ayat 4, seperti yang dijelaskan sebelumnya:

قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ائْتُوْنِيْ بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ 

 Dan yang kedua ada di surah  Al-‘Araf ayat 77.

فَعَقَرُواْ النَّاقَةَ وَعَتَوْاْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُواْ يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِن كُنتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ 

 Pada ayat  diatas. ketika washal dibaca seperti pada tulisannya, namun apabila memulai bacaan dari kata tersebut pada surah Al-Ahqof ayat 4 maka menjadi (اِيْتُوْنِيْ) atau kalau  memulai bacaan dari kata tersebut dalam Al-‘Araf ayat 77 dibaca  اِيْتِنَا

Kaidah: 
اَلْهمزتان اذاالتقتا فى كلمة واحدة ثانيهماساكنةوجب ابدال الثانىة بحرف ناسب الى حركة الاولى نحو: ءامن واومل وايدم اصلها اامن, واؤم ,وئدمو
(sumber kaida: Kitab: Qowidul I’lal halaman 16-17 Karya Syikh Munzir Nazir)


>> Perhatikan bacaan berikut ini ketika waqof:
1. QS.12.Yusuf:23 Perhatikan ketika waqof: Matswaai --> "i" dibaca 1/3-nya saja
 قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ

2. QS.16.AnNahl:90 Perhatikan ketika waqof: Baghi --> "i" dibaca 1/3-nya saja  
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

3. QS.2.Al-baqoroh:196 Perhatikan ketika waqof: Hadi --> "i" dibaca 1/3-nya saja
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
 
4. QS.2.Al-baqoroh:205 Perhatikan ketika waqof: Wannasl --> "l" dibaca 1/3-nya saja  
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ

5. QS.2.Al-baqoroh:219 Perhatikan ketika waqof: Qulil 'afw --> "u" dibaca 1/3-nya saja  
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا ۗ وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ

6. QS.2.Al-baqoroh:222 Perhatikan ketika waqof: Yathhurn --> "n" dibaca 1/3-nya saja  
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ


>>> Catatan Khusus untuk Mushaf cetakan Indonesia
>> Pada tanda waqof "mim" kita wajib berhenti (waqof - karena berkaitan dengan arti/makna ayat -).
Khusus untuk Mushaf cetakan Indonesia, harus hati-hati dalam membacanya, terutama ketika ada tanda waqof "jim", "qof-lam-ya" dan pada akhir ayat, sebaiknya berhenti untuk meminimalkan kesalahan baca. Seperti contoh ini: QS.5.Al-Maidah: 8 (oleh narator)
Coba dibandingkan dengan Mushaf Internasional atau yg cetakan Arab berikut ini:
 



>>> Tebal dan Tipis pada pengucapan Lafal "Allah" 
 >> Berikut ini contoh perbedaan cara baca, ketika washol dan ketika waqof pada akhir ayat (perhatikan akhir ayat 1 kemudian dilanjutkan ayat 2 -washol-, terdapat tambahan "ni" dan lafal Allah dibaca tipis -kasroh-) :
Surah Al Ikhlash (waqof tiap akhir ayat)  dan  Surah Al Ikhlas (washol)


>> Disini ada tambahan keterangan, yakni lafal "Allah" akan dibaca tebal jika didahului dng Fathah (misal:Allah) atau dlommah (misal: QS.16.AnNahl: 33). Namun akan dibaca tipis jika didahului kasroh. Contoh lagi untuk keduanya: QS.9. At Taubah ayat 2

Perhatikan huruf Ro' ketika waqof!. Dibaca tipis jika didahului kasroh (i) namun dibaca tebal jika didahului Fathah (a) atau Dlommah (u).
Contoh Dibaca tipis jika didahului kasroh (i) ---> QS.67. Al Mulk ayat 9
             Dibaca tebal jika didahului Dlommah (u) atau Fathah (a).
             ---> QS.67. Al Mulk ayat 15 dan QS. 88. Al Ghaasyiyah ayat 24

Kiri dibaca tipis, kanan tebal dan dipisahkan garis ungu


>>> LAFAZH  'ALLAH' MENGAPA DIPANJANGKAN PADAHAL BUKAN TANDA MAD?

Pertanyaan: 
Ustadz, saya selama ini saya memahami, kadar panjang dua harakat akan terjadi pada mad asli secara umum serta perkataan yang bertanda ’alif, wau dan ya’ kecil. 

Soalnya ustadz, mengapa kita memanjangkan lafazh ’Allah’ dalam Al-Quran sedangkan tidak ada ’alif kecil’ di atas lam & ia bukannya huruf mad?

Jawab: 

Masalah ini seringkali ditanya ketika saya memberikan kuliah talaqqi Al-Quran karena jawabannya agak sulit ditemui dan tidak banyak buku tajwid membahasnya. 

Lafzul Jalalah atau kalimah nama Tuhan, (Allah) dalam Al-Quran ditulis begini. 



Huruf lam pada perkataan ini diberi tanda sabdu serta baris atas.

Jika perkataan ’Allah’ dibaca berdasarkan ilmu tajwid umum, tidak sepatutnya dipanjangkan 2 harakat. Karena, panjang 2 harakat hanya ada pada mad asli (juga beberapa mad lain) serta perkataan yang bertanda alif, wau dan ya’ kecil disampingnya.

Tetapi pada lafazh ’Allah’, hanya ada tanda fathah dan tidak ada huruf mad asli. Tidak ada tanda alif-wau-ya kecil. Lalu, mengapa kita memanjangkannya? Apakah bacaan kita sekarang menyalahi tajwid?

Para pembaca dihormati,

Bacaan kita tidak salah. Lafzul Jalalah memang dibaca begitu, panjang 2 harakat. Cuma kita yang masih kurang jelas alasan, mengapa dibaca demikian, dengan huruf tanpa tanda mad. Meskipun sebenarnya ia adalah Mad Asli. Ulama tajwid & para Qurra’ bersepakat untuk tidak meletakkan sebarang tanda mad pada lafaz Allah karena mereka ingin membedakannya dengan lafaz ’Al-Laat’ (nama tuhan berhala orang kafir) dalam Surah An-Najm, ayat 19 :


Huruf Lam pada perkataan ini ditanda dengan 'alif kecil' disamping atau di atasnya. 

Seorang ulama Al-Quran terkemuka, Dr. Muhammad Salim Muhaysin menjelaskan dalam kitabnya, ’Irsyad al-Tolibin ila Dobth al-Kitab al-Mubin’ :

Walaupun lafaz ini (perkataan ’Al-Laat’) hanya ada pada satu tempat saja dalam Al-Quran, perbedaan penulisan tetap dilakukan dengan meletakkan ’alif kecil’ pada ’Al-Laat’, tetapi tidak meletakkannya pada perkataan ’Allah’. Ini untuk menghindari kekeliruan yang mungkin timbul pada kedua bacaan itu.

Sekarang kita faham satu perkara : perkataan ’Allah’ tidak diletakkan tanda ’alif kecil’ di atas huruf Lam walaupun bacaannya dipanjangkan 2 harakat. Adalah untuk membedakannya secara tulisan dengan perkataan ’Al-Laat’ yang ditandakan ’alif kecil’ di atas huruf Lam-nya.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa ia dibedakan?

Untuk menjawabnya, kita akan memasuki ruang-lingkup ilmu Qiraat.

Jika bacaan diwaqafkan pada perkataan ’Al-Laat’, kesemua Qurra’ termasuk Qiraat Hafs An’ A’sim yang kita amalkan bersepakat untuk mewaqafkannya dengan Ta’ Maftuhah, sama seperti yang ditulis. Maka bunyinya begini : ’Afaro’aitumul Laat’ (dengan bunyi huruf ’T’ di ujung).

Kecuali Kisa'i dan Riwayah Ruwais mewaqafkan dg Ta' yg disukun pd lafadz AL-LAAT. Krn Kisai mewaqafkan dg HA' KASAR sdgkn Riwayah Ruwais mewaqafkan dg Ta' di tasydid dan disertai panjang 6 harakat.  
Kisai bukan mewaqafkan dg Ta' marbuthoh tapi dg HA' KASAR.

Tetapi ada pendapat Qiraat lain. Mereka mewaqafkannya dengan bunyi Ta’ marbuthoh (Ta’ simpul). Dalam keadaan ini, bunyinya : ’Afaro’aitumul Laah’.

Jika anda perhatikan, bunyi Qiraat ketika waqaf (Al-Laah) lebih kurang sama dengan bunyi perkataan ’Allah’ bukan?
 Sehingga untuk menghindari kekeliruan, ulama Al-Quran mengambil inisiatif membedakannya secara penulisan. 

Tuhan kita adalah ’Allah’ bukannya ’Al-Laat’, nama berhala dalam ayat 19 Surah Najm di atas


>>> Ni atau Nil
>> Dibaca dengan tambahan "ni" (nun-dikasroh) ketika tanwin bertemu dng hamzah washol
   1. QS.11.Hud ayat 42  - "ni"
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ

   2. QS. 15. Al Hijr ayat 61 - "nil"   atau supaya lebih jelas QS. 15.Al Hijr ayat 61 (Qori lain)
فَلَمَّا جَاءَ آلَ لُوطٍ الْمُرْسَلُونَ

   3. QS. 2. Albaqoroh  ayat 180 - "nil"
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ

   4. QS.18. Al Kahfi ayat 77 - Disini terdapat hukum waqof dan washol. Dimana ketika dibaca washol, maka ada tambahan "ni". Dan ketika waqof, kemudian ibtida', harokat alif yg tdk ada harokatnya dibaca "i" 
فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا



>>> "Ta" Mabsutoh dan Marbutoh


"Ta" Mabsutoh selalu dibaca "Ta" ketika Waqof maupun Washol.
Ketika waqof dibaca:
Wa Jannaaat

Ketika washol dibaca: 
Wa Jannaatillahum


"Ta" Marbutoh dibaca "Ha" (ه) ketika waqof dan dibaca "Ta" ketika washol.
Ketika waqof dibaca:
Ash haabul Jannah

Ketika washol dibaca:
Ash haabul Jannati hum



>>> Didalam Mushhaf Al Qur'an terdapat Tulisan yg Berbeda namun Cara Membacanya Sama. Yakni:


dengarkan bacaannya di: QS.10.103


dan


dengarkan bacaannya di: QS.21.88



>>> Tata Cara  Pengucapan Iqlab dan Ikhfa Syafawi.
>> Ketika "nun mati" atau "mim mati" bertemu huruf ba, maka cara mendengungkan adalah dengan mengatupkan kedua bibir, namun kerapatannya harus dikurangi (sumber: KH.Dzulhilmi, Lc, MA.):
      QS. Albaqoroh ayat 33
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ




Keterangan tambahan: 
Kebanyakan CATATAN KHUSUS diatas adalah membahas mengenai ilmu cara membaca Mushaf yg cetakan Internasional atau yg cetakan Arab, sebab pada kenyataannya Mushaf AlQuran yg cetakan Arab membutuhkan ilmu yang jauh lebih banyak, supaya bisa membacanya. Namun keunggulannya, dalam hal salah baca, bisa sangat sedikit dibandingkan dengan Mushaf cetakan Indonesia. Dan juga huruf-hurufnya dapat digunakan untuk membaca AlQuran dengan tujuh logat bacaan.
Mushaf cetakan Indonesia memang memudahkan, terutama untuk satu model bacaan/qira'at, namun kemungkinan salah baca bisa sangat banyak dan fatal (salah satu contohnya, coba bandingkan antara Mushaf cetakan Arab dng yg cetakan Indonesia pada QS.5.AlMaidah: 8, pada penjelasan diatas)

Bacaan yg sampai ke kita sekarang ini (wilayah Asia/Indonesia) adalah: Dari Qiraat Imam 'Ashim yg diriwayatkan oleh Hafsh, dengan sanad para sahabat, yakni dari (Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit dan Ubay bin Ka'ab) dan langsung mendapatkannya dari Rosulullah SAW (Sumber:Mushhaf Al Qur'an cetakan Madinah) ---> Sehingga sampai pada derajat Mutawatir (qiraat yang dinukil oleh sejumlah besar periwayat yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta, dan sanadnya bersambung hingga penghabisannya, yakni Rasulullah Saw. Juga sesuai dengan kaidah bahasa arab dan rasam Utsmani).


Keutamaan Ubay bin Ka'ab:
Telah bercerita kepada kami Hafsh bin 'Umar telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Sulaiman berkata, aku mendengar Abu Wa'il berkata, aku mendengar Masruq berkata; " 'Abdullah bin 'Amr berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bukanlah orang yang suka berbicara kotor (keji) juga tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya'. Dan beliau juga bersabda: "Ambillah bacaan Al Qur'an dari empat orang. Yaitu dari 'Abdullah bin Mas'ud, kemudian Salim, maula Abu Hudzaifah, lalu Ubay bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal". (No. Hadist: 3476 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Ghundar berkata, aku mendengar Syu'bah, aku mendengar Qatadah dari Anas bin Maik radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Ubbay: " Allah memerintahkanku agar membacakan "lam yakunil ladziina kafaruu min ahlil kitaab".. -al-Qur'an Surah al-Bayyinah--. Ubay bertanya; "Apakah Allah menyebut namaku?". Beliau mejawab: "Ya". Ubbay pun menangis. (No. Hadist: 3525 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

*****************


Gambar Makhrojul Huruf


Gambar Makhorijul Huruf




Iqlab  yakni NUN MATI ketika bertemu huruf BA, cara bacanya sama dengan Ikhfa syafawi,  (MIM MATI bertemu huruf BA). Cara mendengungkan "nun mati" dan "mim mati", dengan cara mengatupkan tidak sempurna kedua bibir ketika bertemu huruf ba, seperti keterangan berikut ini.
---> Tanpa Sabdu yakni membacanya tidak dengan menekan atau dapat dikatakan mirip samar (Ikhfa), dimana  "nun mati" atau "mim mati" bertemu huruf ba, maka cara mendengungkan adalah dengan mengatupkan kedua bibir, namun kerapatannya harus dikurangi (sumber: KH.Dzulhilmi, Lc, MA.)

Pendapat  lain:
Tatacara Pengucapan Ikhfa Syafawi dan Iqlab.
Pertama : Saya tanya pada kalian, apakah membaca (Ikhfa syafawi dan Iqlab) dengan merenggangkan sedikit bibir adalah harom sedangkan membaca (Ikhfa syafawi dan Iqlab) dengan merapatkan bibir adalah halal ?!
Atau sebaliknya?

Bertaqwalah anda kepada Allah عز وجل

Kedua : Kami belajar dengan dua cara (renggang dan rapat) kepada Syekh-syekh kami yg mulia, oleh karena itu tidak boleh kita membid'ahkan, mengatakan sesat kepada salah satu kelompok orang yang membaca (renggang atau rapat) 
Kita mengajarkan apa yang kita pelajari.

Syekh Kuraim Rojih, Syekhnya para qori di Syam -semoga Allah menjaganya- beliau berkata :

Yang kami pelajari dari guru-guru kami sebagaimana guru-guru kami mempelajarinya dari guru-guru mereka yaitu bahwa Ikhfa syafawi cara membacanya adalah dengan merapatkan kedua bibir (atas dan bawah) tanpa merenggangkannya ketika membaca ikhfa.

Dan Syekh Jamal Al Qursy berkata : Syekh Allamah Ahmad Zayyat -semoga Allah merahmatinya- beliau menyampaikan kepadaku dan berkata :
Pendapat yang kuat dalam ikhfa syafawi adalah menyisakan renggang.

 Saya katakan pada kalian, dan hanya Allah lah pemberi petunjuk : 
1. Membaca (ikhfa syafawi dan iqlab) dengan renggang adalah benar.
2. Membaca dengan merapatkan bibir adalah benar.

Masing-masing mengajarkan sesuai yang ia pelajari.

Wallahu A'lam.
oleh Pelayan Kitabullah Abdurrozzaq Limbarki Al Jazairy.


SEPUTAR AL-QURAN

*Tahukah Anda?
   Dulu Mushaf Al-Quran tidak memiliki:
   1️⃣ Titik sebagai pembeda antar huruf
   2️⃣ Tanda baca atau dhabat
   3️⃣ Juz, hizib dan rubu'.

   *Lantas!* Siapa yang memberi titik dan tanda baca?

   Ulama yang berjasa memberi titik dan tanda baca adalah : Abu Aswad Adu'ali. Dan kemudian diteruskan oleh murid-muridnya, diantaranya _Nashr bin Ashim_ dan _Yahya bin Ya'mur Al-Adwani_. Dan disempurnakan oleh _Imam Kholil bin Ahmad Al-Farahidi_ (Guru dari Imam Sibawaih).

   Sedangkan ulama yang membagi al-Quran menjadi 30 juz, 60 Hizib, tiap hizib terdiri dari 4 rubu' adalah : _Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi_ (gubenur Iraq kala itu).

   Berikut ini ibarohnya :

ترتيب السور القرآنية أمر توقيفي من عند الله تعالى .أما تقسيم المصحف إلى أجزاء وأحزاب فهذا أمر إجتهادي بشري .

والراجح أن الذي وضعه هو : ( الحجاج بن يوسف الثقفي المتوفى سنة (110هـ) ) حيث جعل القرآن ( 30 ) جزء ، بواقع ( 20 ) صفحة والجزء عبارة : حزبين بواقع ( 60 ) حزب في القرآن الكريم .

والحزب : مكون من أربع أرباع  وذلك تسهيلا على المسلمين عند قراءتهم لكتاب الله تعالى ، كم قرأ ؟ وإلى أين وصل؟ 


SEPUTAR ILMU QIRAAT

Kemasyhuran Thoriq Syathibiyah

   Thoriq Syathibiyah adalah paket aturan cara baca al-quran yang disandarkan pada uraian-uraian yang ada pada kitab _Hirzul Amani Wa Wajhut Tahani_ karya Imam Syathibi.

✅ *Pertanyaan*
       Mengapa pada saat ini _*Thoriq Syathibiyyah*_ lebih terkenal dan paling banyak digunakan dalam pembacaan al-Quran dibanding thoriq yang lain?

✅ *Jawaban*
       Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemasyhurannya diantaranya:
       1️⃣ Thoriq Syathibiyah bersumber dari kitab _At-Taisir_ karya Imam Abu Amr Ad-Dani, Kemudian kitab tersebut di _Nadhom_ kan dengan beberapa tambahan _Wajah_ bacaan yang terhimpun dalam _Ziyadatul Qoshid_, hal ini beliau lakukan dalam rangka mempermudah seorang qori' untuk menghafal kaidah-kaidah qiraat, baik yang usul maupun yang farsy.

           Karena kitab _At-Taisir_ saat itu paling terkenal dibanding kitab-kitab qiraat yang lain, maka tidak heran ketika diringkas dan dijadikan _Nadhom_ oleh _Imam Syathibi_ maka secara otomatis thoriq Syathibiyah juga ikut masyhur.

          Sampai Imam Ibnu Jazari mengatakan _"Sebagaian kaum menganggap bacaan di luar thoriq At-Taisir dan Syathibi adalah bacaan yang syadz."_

       2️⃣ Kebanyakan _Thoriq_ hanya menggunakan satu atau dua wajah bacaan dalam sebuah riwayat, sedangkan _Syathibiyah_ hampir mencakup semua wajah bacaan dalam riwayat sehingga pembaca lebih banyak pilihan _Awjuh_ dalam membaca al-quran.

       3️⃣ Sebuah anugerah dari Allah SWT kepada hamba-Nya yang telah mengabdikan diri menjaga varian bacaan Al-Qur'an dan melestarikannya.

       4️⃣ Diriwayatkan bahwa _Imam Syathibi_ tidak hanya ahli dalam ilmu qiraat tapi juga ahli dalam gramatika bahasa Arab yang meliputi ilmu _Nahwu, Sharaf, balanghah serta Arudh Khowafi_ dll.

           Sehingga tidak heran karya _Nadhom_ nya sangat fenomenal dan ada yang mengatakan nyaris sempurna dalam isi dan keindahan bahasannya.

           Selain itu banyak ulama yang berlomba-lomba untuk men _Syarahi_ (mengomentari dan menjabarkan) nadhom tersebut, tidak kurang dari 40 kitab syarahnya, bahkan para ulama abad 20 dan 21 juga ikut ambil bagian dlm _mensyarahnya._

✅ Diantara kitab _syarah_ yang terkenal adalah:
      ➡️ Fathul Washid karya _Imam As-Sakhowi_ murid Imam Asy-Syathibi.

      ➡️ Sirojul Qori' karangan _Ibnu Qoshih_ (Kitab ini merujuk dr banyak kitab syarah ulama pendahulunya, sehingga sangat lengkap penjelasannya)

      ➡️ Al-Wafi karangan _Abdul Fattah Al-Qadhi_ (Kitab ini cukup sistematis dan mudah dipahami)

        Dan masih banyak kitab Syarah yg lain.


10 Mutiara Berharga

1️⃣ Hati-hati dalam melafazkan lafadz إيَّاكَ pada :

إيَّاكَ نعبد وإيَّاكَ نستعين

       Jangan sampai tasydidnya hilang sehingga menjadi seperti Mad Thobi'i إيْيَاكَ karena kurang ditekan.

2️⃣ Lafadz مٰلِكِ dan مَلِكِ keduanya adalah bacaan yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Dengan rincian :
       🅰️ Imam Nafi Al-Madani, Imam Ibnu Katsir Al-Makki, Imam Abu 'Amr, Imam Ibnu Amir dan Imam Hamzah, membaca *Ma* pendek yakni : مَلِكِ.
       🅱️ Imam Ashim dan Imam Ali Kisa'i membaca *Ma* panjang, yakni : مٰلِكِ.

       ✅ Karena umumnya kita membaca dengan qiraat Ashim riwayat Hafsh, maka yang utama membaca dengan *panjang*, yakni : مٰلِكِ

3️⃣ Semua huruf Isti'la yang jumlahnya ada 7, yakni :

خ - ص - ض - ط - ظ - غ - ق

       Baik dalam keadaan apapun tetap dibaca *tebal*, hanya saja ketebalannya kadarnya berbeda antara berharakat _fathah, dhummah, sukun dan kasrah,_ yang paling tebal ketika berharakat fathah.

4️⃣ Ketika kita mewasholkan surat Al-Haqqoh ayat 28 dan 28

مَآأَغْنٰى عَنِّي مَالِيَهْ (٢٨) هَلَكَ عَنِّيْ سُلطٰنِيْهْ

       Maka boleh dibaca 2 wajah, yakni :
       🅰️ Idghom
 مَالِيَهَّلَكَ 

       🅱️ Idhzar disertai saktah lathifah
مَالِيَهْ ~ هَلَكَ
       ✅ Lebih utama dibaca *waqof perayat.*

5️⃣ *Sifat Khofa'* adalah sifat tambahan yang sulit ditentukan. Seperti kadar ukuran _Hams_ pada huruf Ha' dan kadar panjang huruf Mad.

6️⃣ Bacaan ghunnah hanya terdapat pada huruf م dan ن, yang terbagi menjadi 2 yakni :
       🅰️ Wajibul ghunnah (wajib ghunnah) pada Nun tasydid dan Mim tasydid ( مّ - نّ ).
       🅱️ Idzharul ghunnah (menampakkan ghunnah) seperti pada ikhfa, iqlab dan hukum bacaan yang ada ghunnahnya.

7️⃣ Kadar panjang Mad Jaiz Munfashil
       ❤️ *Thoriq Syathibiyah* membaca dengan kadar panjang 4 atau 5 harakat.
       💚 *Thoriq Raudhatul Mu'addil* membaca dengan kadar mad 2 harakat. (Untuk memakai thoriq ini harus talaqqi terlebih dahulu pada guru yang ahli)

8️⃣ Nun sukun yang bertemu huruf-huruf isti'la maka Ikhfa'nya dibaca tebal. 
       Contoh :
مِن قَبْل - عَن صَارَا

       Huruf mad yang didahului huruf isti'la juga ikut dibaca tebal.

9️⃣ Huruf ظ dan ض sama-sama huruf _*isti'la dan ithbaq*_ namun beda makhraj, dan huruf ض punya sifat istitholah (memanjang).

🔟 Huruf yang terpengaruh dengan harakat sebelumnya hanya huruf ل dan ر. Dalam tebal dan tipisnya.
       Huruf yang menempel pada langit-langit lidah (Ithbaq) ada 4 yakni :

ص - ض - ط - ظ


PERBEDAAN WAJAH BACAAN ANTARA THORIQ SYATHIBIYAH DAN THORIQ MISHBAH

✅. *Mad Wajib Muttashil*
      ➡️ Syathibiyah kadar panjangnya 4 atau 5 harakat
      ➡️ Mishbah kadar panjangnya 4 harakat.

✅. *Mad Jaiz Munfashil*
      ➡️ Syathibiyah kadar panjangnya 4 atau 5 harakat
      ➡️ Mishbah kadar panjangnya 2 harakat.  (Untuk memakai thoriq ini harus talaqqi terlebih dahulu pada guru yang ahli)

✅. *Lafat يَبْصُطُ dan بَصْطَةً*
      ➡️ Syathibiyah menganti dengan huruf Sin ( س )
      ➡️ Mishbah tetap membaca dengan Shod ( ص ).

✅. *Lafat أَمْ هُمُ الْمُصَيْطِرُوْنَ*
      ➡️ Syathibiyah membaca dengan 2 cara, yakni : boleh dengan س dan boleh dengan ص.
      ➡️ Mishbah hanya membaca dengan س.

✅. *Lafat لَا تَأْمَنَّا*
      ➡️ Syathibiyah membaca dengan 2 cara yakni _Isymam_ dan _Roum_.
      ➡️ Mishbah hanya membaca dengan _Isymam._

✅. *Mad Farqi ءآلذَّكَرَيْنِ*
      ➡️ Syathibiyah membaca dengan 2 cara yakni : _Ibdal_ dengan panjang 6 harakat dan _Tashil_.
      ➡️ Mishbah membaca dengan _Ibdal_ saja.

✅. *Lafat فِرْقٍ*
      ➡️ Syathibiyah membaca dengan 2 cara yakni : _Tafkhim_ (tebal) dan _Tarqiq_ (tipis).
      ➡️ Mishbah membaca dengan _Tafkhim_ saja.

✅. *Lafat سَلٰسِلَا jika waqof*
      ➡️ Syathibiyah membaca dengan 2 cara yakni : _Itsbat Alif_ (menetapkan alif) dan _Hadzful Alif_ (membuang alif).
      ➡️ Mishbah membaca dengan _Hadzful Alif_ saja.

✅. *Lafat ضَعْفٍ - ضَعْفًا*
      ➡️ Syathibiyah membaca dengan 2 cara yakni : _Fathah ض_ dan _Dhummah ض_
      ➡️ Mishbah membaca dengan _Fathah ض_ saja.

✅. *Lafat فَمَاۤ ءَاتَىٰنِۦَ ٱللَّهُ ketika waqof pada lafat  فَمَاۤ ءَاتَىٰنِۦَ*
      ➡️ Syathibiyah membaca dgn 2 cara yakni :

فَمَاۤ ءَاتَىٰنِيْ
Atau

فَمَاۤ ءَاتَىٰنْ

      ➡️ Mishbah hanya boleh menggunakan 1 wajah yakni :

فَمَاۤ ءَاتَىٰنْ

✅ *NB*
       Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di kitab :
       1️⃣ Shorihun Nash
       2️⃣ Ahsanul Bayan
       3️⃣ Ar-Raudhul Basim


Dhomir Pada Lafadz عَلَیۡهُ

✅ Pertanyaan
       Ketika kita membaca surat Al-Fath ayat 10 yakni :

(إِنَّ ٱلَّذِینَ یُبَایِعُونَكَ إِنَّمَا یُبَایِعُونَ ٱللَّهَ یَدُ ٱللَّهِ فَوۡقَ أَیۡدِیهِمۡۚ فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا یَنكُثُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِمَا عَـٰهَدَ عَلَیۡهُ ٱللَّهَ فَسَیُؤۡتِیهِ أَجۡرًا عَظِیمࣰا)

       Pada lafat  عَلَیۡهُ ٱللَّهَ Ha' Dhomir dibaca Dhummah padahal pada umumnya setelah lafat عَلَى dibaca dengan Kasroh, yakni عَلَيْهِ "apa alasannya Dhomir pada ayat di atas dibaca dhummah?

✅ Jawaban
       Perlu diketahui, diantara 20 riwayat qiraat, hanya Rawi Hafsh dari Qiraat Ashim yang membaca dengan Dhumah pada dhomir di atas, adapun yang menjadi alasannya adalah :
       1️⃣ Li Riwayah
             Maksudnya, bacaan Rawi Hafsh tersebut beliau peroleh berdasarkan hasil meriwayatkan dari bacaan gurunya yakni Imam Ashim. yang Muttashil atau bersambung sampai Rasulullah SAW.

       2️⃣ Alasan lafadz عَلَیۡهُ dengan Ha' Dhomir dibaca dengan Dhumah adalah dalam rangka menjaga keaslihan harakatnya.
             Hal ini dikarenakan Ha' Dhomir sebelum disambung dengan kalimat sebelumnya harakat aslinnya Dhummah. Sebagaimana lafadz مِنْهُ، dan لَهُ. Jadi tidak ada hubungannya dengan huruf Jer.

             Adapun riwayat lain membaca dengan mengkasrohkan Dhomir menjadi عَلَیۡهِ karena disesuaikan dengan huruf  Ya' Sukun yang berada sebelumnya. Sebab harakat yang sesuai dengan ي sukun adalah Kasroh.

             Gambaranya sebagai berikut :
       🅰️ Asalnya 
عَلَى + هُ = عَلَيْهُ
       🅱️ Aturan bacanya
             ✳️ Riwayat Hafsh membaca dengan Dhummah ( عَلَيْهُ ) karena melihat dari asal kalimatnya.
             ❇️ Riwayat lain membaca dengan Kasrah ( عَلَيْهِ ) karena menyesuaikan dengan huruf Ya' sebelumnya.

       3️⃣ Dari segi bahasa pengucapan عَلَیۡهُ sesuai dengan bahasa Quraisy, Hijaz dan Arab Yaman pada umumnya.
              Adapun pengucapan عَلَیۡهِ sesuai dengan bahasa Qiis, Tamim dan Asad.

             Karena kedua pengucapkan diatas tidak keluar dari kaidah bahasa arab yang Fushah serta diperoleh dari hasil periwayatan, maka keduanya Shohih sesuai riwayat masing-masing.

👳‍♂️ Penulis: Imam Safi'i, S.S, M.Pd
والله اعلم ....



Tanda Waqaf

*****************

Saran:

Lagi galau? BeTe? jenuh? sumpek? pusing kepala bagian belakang? 
Jangan pergi ke mall, diskotik, cafe atau warung remang2 untuk menyembuhkannya ...
Namun, segeralah berwudlu lalu bacalah Alquran secara tartil. Rasakan setiap huruf yg dibaca, rasakan dengungnya, ikhfa-nya, rasakan semuanya, niscaya semua kegalauan, pusing, dan jenuh segera lenyap, dan akan diganti dengan ketenangan dan kesejukan hati ...

InsyaAllah .... Rahmat Allah meliputi orang yg mau membaca Alquran dng baik dan benar ...
****************


*) Link software Al Quran untuk HP android: Buka Folder

Kitab Nuraniyah: Buka Folder
Macam2 Kitab Tajwid: Buka Folder

*) Dengarkan Bacaan Al Quran
https://drive.google.com/drive/folders/1qB3K01PiqaKyx9fBJkC7SFQVtvlTar0_?usp=sharing

Isim Nakiroh dan Isim Ma’rifat dan Beberapa Faidahnya Dalam AlQur’an
http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2017/01/isim-nakiroh-dan-isim-marifat-dan.html

============


*** Sanad adalah bagian dari Agama ***

Referensi keilmuan dari Syaikh dan Ustadz
1. KH.Dzulhilmi, Lc, MA., Qiroah Sab'ah, thoriqoh Asyathibiyah.
2. Syekh DR Ahmad Ruba'i Dari KSA.
3. SYEKH Dr Abdurrohman Al Yamani.
4. Ustadz Miftahul Arifin. Lc (Juri Musabaqah Tilawah & Adzan Internasional Saudi Arabia th 2022).
5. Syeikh Dr. Abdurrozzak Al Jazairi, Mudir Ma'had Imam Nafi', Pemilik Sanad Qiroah Al Asyroh Sugro wal Kubro.

Mendapatkan IJAZAH SANAD JAZARIYYAH
(Matan Al-Jazariyah)

6. Syekh Jihad Muhammad Ali (Pemilik Ijazah Sanad Qiroat 10 & Pemilik Ijazah Sanad Hadits Bukhari Muslim).
Mendapatkan IJAZAH SANAD dari Syekh Jihad
(Matan Tuhfatul_Athfal)

7. Matan Al-Wadihah Fi Tajwidil_Fatihah

Mendapatkan IJAZAH SANAD Matan Al-Wadihah Fi Tajwidil_Fatihah

8. Matan Syatibiy Qoidah Qira'at Sab'ah

Mendapatkan IJAZAH SANAD Matan Syatibiy Qoidah Qira'at Sab'ah

9. Beberapa ustadz yang tidak bisa admin sebutkan. 

7 komentar: