Senin, 03 Desember 2012

Panjang Angan-Angan …


QS 4. An Nisaa':120

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمْ ٱلشَّيْطَـٰنُ إِلاَّ غُرُوراً
"Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka."



Dalam suatu hadits, bersabda Nabi saw. : “Sesuatu yang paling mengkhawatirkan dan aku khawatir atas kamu adalah dua hal : Panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Dan sesungguhnya panjang angan-angan membuat lupa kepada akhirat, sedang mengikuti hawa nafsu akan menghalangi dari kebenaran”.

Nabi Adam as memberi wasiat kepada anaknya Syits as dengan lima hal dan memerintahkannya untuk memberi wasiat dengan lima itu kepada anak-anaknya lagi sepeninggalnya. Yaitu :
1. Katakanlah kepada anak-anakmu: “ Janganlah kamu tenang kepada dunia, karena aku pernah tenang dengan surga yang abadi, tetapi lalu Allah mengeluarkan aku dari sana “.
2.  “Janganlah kamu bertindak menurut kesenangan perempuan-perempuan, karena aku pernah bertindak menurut kesenangan isteriku dan aku makan syajarah, lalu penyesalan menyusulku”.
3.  “Setiap perbuatan yang kamu menghendakinya perhatikanlah akibatnya, karena aku seandainya memperhatikan sesuatu hal (akibatnya), tentu tidak menimpaku apa yang menimpaku itu (dikeluarkan dari Surga) “.
4.  “Apabila hatimu terguncang terhadap sesuatu (tertarik terhadap sesuatu yang diharamkan Allah), maka jauhilah. Karena aku ketika makan syajarah tergoncanglah hatiku, tetapi aku tidak mau kembali. Maka penyesalan menyusulku”.
5.  “Musyawarahlah di dalam segala hal (dengan orang-orang yang benar-benar baik), karena aku apabila bermusyawarah dengan para Malaikat, tentu tidak menimpaku apa yang telah menimpaku itu (dikeluarkan dari Surga)”.

Dalam suatu hadits dikatakan kepada sahabat-sahabat Nabi SAW. : “Apakah kalian semua menghendaki Surga ?”. Mereka menjawab :” Ya, ya Rasululloh”. Beliau bersabda : “Pendekkanlah angan-angan dan malulah kepada Allah dengan sepenuh malu “. Mereka berkata :” Semua dari kami malu kepada Allah swt “. Bersabdalah beliau, “Bukan itu yang disebut malu. Tetapi malu kepada Allah swt ialah kamu mengingat kuburan dan binasa, dan menjaga perut beserta isinya, dan kepala beserta yang dikandungnya. “ Orang yang menginginkan kemuliaan akhirat akan meninggalkan perhiasan dunia. Disanalah kemaluan seorang hamba kepada Allah dengan sepenuh rasa malu akan muncul, dan dengan dia pula seorang hamba memperoleh kesayangan Allah swt ”.

Dalam hadits lainnya :” Keshalehan permulaan umat ini berkat mengasingkan duniawi dan yakin, sedang kebinasaan terakhir umat ini akibat kebakhilan (pelit) dan panjang angan-angan “.
Dari Abi Sa’id Al-Khudri dia berkata : “Usamah bin Zaid membeli dari Zaid bin Tsabit budak walidah dengan harga seratus dinar dengan ditangguhkan pembayarannya sampai sebulan (hutang). Lalu aku mendengar Rasululloh saw bersabda: “Tidakkah kamu merasa heran terhadap Usamah yang membeli sampai sebulan (menangguhkan pembayaran sampai sebulan) ?. Sesungguhnya Usamah sungguh orang panjang angan-angan. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam kekuasaanNya, tidak pernah memandang kedua mataku kecuali aku selalu menyangka bahwa kedua tepi pelupuk mataku tidak akan bertemu, sehingga Allah mencabut nyawaku sebelumnya. Tidak pernah aku mengangkat pemandanganku lalu aku menyangka bahwa sesungguhnya aku akan meletakkannya sehingga aku dicabut. Dan tidak pernah aku menyuap sebuah suapan-pun kecuali aku menyangka bahwa sesungguhnya aku tidak akan menelannya sehingga aku tercekik dengannya sampai mati “. Kemudian beliau bersabda : “Wahai anak cucu Adam, kalau kamu dapat berpikir maka hitunglah dirimu di antara orang-orang mati. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaanNya, sesungguhnya apa yang dijanjikan kapada kamu tentu akan datang dan tidaklah kamu dapat membuat lemah (semua yang dijanjikan Allah kepada hambaNya yang beriman pasti datang dan tidak mungkin dapat dihentikan oleh siapapun) “.

Suatu ketika Nabi Isa as sedang duduk, sedang seorang yang sudah sangat tua bekerja dengan cangkul, mengolah tanah dengannya . berkatalah Isa as : “Ya Allah, cabutlah darinya angan-angan”. Orang tua itu lalu meletakkan cangkul dan bertiduran. Dia (Nabi Isa) berdiam diri sesaat. Isa berkata lagi “Ya Allah, kembalikanlah angan-angan padanya”. Berdirilah orang tua itu dan mulai bekerja. Bertanyalah Isa kepadanya tentang semua itu. Dia menjawab : “Pada saat aku bekerja, tiba-tiba berkatalah hatiku pada diriku sendiri :”Sampai kapan engkau harus bekerja, sedang engkau adalah orang tua yang sangat lanjut “. Maka aku melemparkan cangkul dan bertiduran. Kemudian berkata lagi hatiku pada diriku sendiri : “Demi Allah, tidak boleh bagimu tidak bekerja, selama engkau masih tetap hidup “. Maka berdirilah aku dan mengambil cangkulku. 

(Mukasyafatul Qulub) 
--------------------
Silahkan membaca juga: http://tausyiahaditya.blogspot.com/2012/10/ingin-masuk-surga-jangan-berangan2-saja.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar