Senin, 31 Maret 2014

Kitab Tobat / Taubat (Sesungguhnya Allah Maha Pengampun)

Tidak ada manusia yg tidak pernah salah ...
Tidak ada manusia yg tidak pernah berbuat dosa ...
Tidak ada manusia yg tidak pernah berbuat kekhilafan ...

Orang yang beruntung adalah manusia yg segera menyadari kesalahannya ...
Kemudian ia segera bertobat ...
Dan segera memperbaiki diri ...
Dengan melakukan berbagai macam kebaikan ...
Segeralah bertobat, karena Allah Maha Menerima Taubat hamba²Nya ...

Apabila datang ajal menjemput ...
Kemudian (calon mayat itu) mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" ...
Tidaklah diterima tobat seseorang ketika datang ajal menjemput ...
Juga tidaklah diterima tobat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran ... 
Bagi orang-orang itu, telah disediakan siksaan yang pedih, yaitu siksa Api Neraka yg mengerikan ...

Rabu, 26 Maret 2014

Sedekah (shodaqoh)

Sebelum mulai pembahasan, marilah kita perhatikan beberapa istilah berikut:
Shodaqoh: Pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Cenderung diberikan kepada orang miskin atau orang yang sedang membutuhkan. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik, termasuk ilmu yang bermanfaat. Karena sedekah itu merupakan bukti pembenaran keimanan seseorang terhadap Allah dan RasulNya untuk mendapatkan keridloan Allah.
Hadiah: Pemberian sesuatu tidak hanya kepada si miskin, bisa juga ke yg lebih kaya. Merupakan perintah agama, untuk menjaga silaturahmi dan kekerabatan.
Suap: Pemberian sesuatu kepada yg lain, supaya mendapatkan keinginannya ttg dunia. Cenderung kepada kecurangan dan perbuatan telikung-menelikung. Dilarang dan diharamkan.

-------------------------------

QS.4. An Nisaa':

لاَّ خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَـٰحٍ بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذٰلِكَ ٱبْتَغَآءَ مَرْضَـٰتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً

114. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. 

QS. 23.Al Mu'minuun:

وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءاتَواْ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ

60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[karena mereka sadar, akan kembali kepada Allah untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan],

Senin, 24 Maret 2014

Bolehkah Membaca al-Qur'an setelah berhadats?

Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Makhramah bin Sulaiman dari Kuraib mantan budak Ibnu 'Abbas, bahwa 'Abdullah bin 'Abbas mengabarkan kepadanya, bahwa ia pada suatu malam pernah bermalam di rumah Maimunah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan bibinya dari pihak ibu. Katanya, "Aku berbaring di sisi bantal sementara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan isterinya berbaring pada bagian panjang (tengahnya). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu tidur hingga pada tengah malam, atau kurang sedikit, atau lewat sedikit, beliau bangun dan duduk sambil mengusap sisa-sisa kantuk yang ada di wajahnya dengan tangan. Beliau kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari Surah Ali 'Imran. Kemudian berdiri menuju tempat wudlu, beliau lalu berwudlu dengan memperbagus wudlunya, lalu shalat." Ibnu 'Abbas berkata, "Maka akupun ikut dan melakukan sebagaimana yang beliau lakukan, aku lalu berdiri di sampingnya. Beliau kemudian meletakkan tangan kanannya di kepalaku seraya memegang telingaku hingga menggeserku ke sebelah kanannya. Kemudian beliau shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian witir. Setelah itu beliau tidur berbaring hingga tukang adzan mendatanginya, beliau lalu berdiri dan shalat dua rakaat ringan, kemudian keluar untuk menunaikan shalat Subuh." (No. Hadist: 177 dalam KITAB SHAHIH BUKHARI)

Senin, 17 Maret 2014

Siapakah yang dapat Menolong Kita

Siapakah yang dapat menolong kita ...?

Seorang yang memiliki kekuatan, dan jenius serta angkuh tentu berkata,"Hanya kitalah yang dapat menolong diri kita sendiri"

Namun seorang mukmin, baik yang memiliki kelebihan ataupun tidak, hendaknya mengatakan,"Hanya Allah yang dapat menolong kita".
Mengapa demikian?
Karena:
1. Bagi seseorang yg memiliki kemampuan, sesungguhnya kemampuan itu milik Allah, dan pemberian dariNya. Sehingga dengan kemampuan dirinya sendiri itu ia dapat mengatasi masalahnya sendiri. Dan setelah ia ingat, kalau kemampuan itu adalah milik Allah dan pemberian dariNya, maka ia segera sadar, berarti yg menolong ia, bukanlah dirinya sendiri, namun Allah, karena Allah-lah yg telah memberikan karunia kemampuan itu. Sehingga selayaknya ia mengatakan,"Hanya Allah yang dapat menolong kita".

Senin, 10 Maret 2014

Suara Rakyat adalah Suara Tuhan ???

Akhir² ini ada sekelompok orang yg mengatakan "SUARA RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN".
Sebaiknya jika ia seorang mukmin, maka jng mengatakan hal yg demikian. Mengapa?
Karena mengatakan seperti ini berarti:
1. Meragukan Kerasulan Muhammad SAW
2. Meragukan bahwa Allah adalah Tuhan yg disebut Nabi SAW.
3, Meragukan Al Qur'an sebagai firman Allah (karena menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan sedangkan Al Qur'an bukan. Al Qur'an bukanlah perkataan rakyat sehingga dapat disebut bukan firman Tuhan)

Minggu, 09 Maret 2014

Waktu-Waktu Sholat Fardlu

Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui waktu² sholat fardlu. Ada 2 alasan penting, mengapa kita wajib mengetahui kapan datangnya sholat fardlu. 
Sebagaimana telah diketahui, bahwa waktu-waktu sholat fardlu ditentukan oleh peredaran matahari mengelilingi Bumi dipandang dari sudut pandang kita, dan ditempat kita berada saat itu.

Alasan ke 1 adalah: 
Pada saat normal, atau saat kita bermukim pada suatu tempat tertentu, maka cukuplah dengan melihat jadwal waktu sholat atau menunggu suara adzan dari Masjid.
Namun bagaimana jika kita bepergian pada suatu tempat yg jauh dan sulit untuk melihat jadwal sholat? Maka jawabannya adalah, pergunakan sarana visual kita (mata) untuk melihat waktu sholat dari tanda² alam (misalnya dari pergerakan matahari). Untuk mengetahui waktu sholat dari tanda² alam tentunya perlu ilmu supaya kita bisa mengetahui awal dan akhir dari waktu suatu sholat fardlu. 

Alasan ke 2:
Adzan itu menandakan masuknya waktu tertentu, dan bukan waktu tertentu itu ditentukan dengan adzan. Sehingga bisa jadi, seorang muadzin keliru menentukan waktu, ketika mengumandangkan adzan. 
Kok bisa muadzin keliru? Banyak sebabnya, diantaranya muadzin yg kurang konsentrasi melihat jam, ngantuk, jamnya telat atau terlalu cepat, hingga perlu dicocokkan lagi dengan jam yang tepat (misal jam di HaPe yang aktif/online),  atau karena yang lain.
Karena itu, kita harus berhati-hati, dan selayaknya sedikit tahu, bagaimana cara menentukan waktu adzan untuk sholat fardlu. 

   إِنَّ بِلَالًا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ، فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى تَسْمَعُوا تَأْذِينَ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ   

 “Sesungguhnya Bilal beradzan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian sampai mendengar adzannya Ibnu Ummu Maktum” (HR. Imam Muslim).

sabda Rasulullah dalam hadits yang lain sebagai berikut:

   لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ - أَوْ قَالَ نِدَاءُ بِلَالٍ - مِنْ سُحُورِهِ، فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ - أَوْ قَالَ يُنَادِي - بِلَيْلٍ، لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَيُوقِظَ نَائِمَكُمْ

 “Janganlah adzannya Bilal—atau Rasul berkata ‘panggilannya Bilal’—mencegah seorang di antara kalian dari santap sahurnya. Sesungguhnya Bilal beradzan—atau Rasul berkata ‘Bilal memanggil’—di malam hari agar orang yang sedang shalat malam di antara kalian pulang dan membangunkan orang yang tidur di antara kalian.” (HR. Imam Muslim)

Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa adzan bisa diluar waktu sholat fardlu, yakni adzan malam sebelum waktu subuh. Karena itu perlu ilmu supaya bisa mengetahui waktu² sholat fardlu. Tidak boleh mengumandangkan adzan diluar waktu sholat fardlu kecuali adzan dimalam hari sebelum waktu subuh.

Imam As-Syairazi di dalam kitabnya Al-Muhadzdzab menuturkan:
   ولا يَجُوزُ الْأَذَانُ لِغَيْرِ الصُّبْحِ قَبْلَ دُخُولِ الْوَقْتِ لِأَنَّهُ يُرَادُ لِلْإِعْلَامِ بِالْوَقْتِ فَلَا يَجُوزُ قَبْلَهُ واما الصبح فيجوز ان يؤذن له بَعْدَ نِصْفِ اللَّيْلِ   

Artinya: “Tidak diperbolehkan untuk selain shalat subuh adzan sebelum masuk waktunya. Karena adzan itu dimaksudkan untuk memberitahu masuknya waktu shalat, maka tidak boleh adzan dilakukan sebelum waktunya. Kecuali shalat subuh maka diperbolehkan adzan dilakukan setelah lewat tengah malam” (Abu Ishak As-Syairazi, Al-Muhadzdzab, [Beirut: Darul Fikr, 2005], juz I, hal. 78).

Berikut ini adalah sedikit uraian mengenai waktu sholat fardlu, yg dilihat dari tanda² alam/matahari.

QS. 4. An Nisaa':

فَإِذَا قَضَيْتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذْكُرُواْ ٱللَّهَ قِيَـٰماً وَقُعُوداً وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ فَإِذَا ٱطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَـٰباً مَّوْقُوتاً

"103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

Senin, 03 Maret 2014

Minta Kaya atau Miskin?

Q.S. 17.Al Israa':18

مَّن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعَـٰجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَـٰهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir tertulis sebagai berikut:
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Q.S. 17:18) Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan Akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah Mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Q.S. 17:18).