Senin, 29 April 2013

Macam-macam Israiliyyat serta Hukum Periwayatannya (bag.6 dari 7)



Dilihat dari kesesuaian Israilliyyat dengan syariat Islam, para ulama mengklasifikasikannya ke dalam tiga bagian. Yaitu;
1.      Israiliyyat yang sesuai dengan syariat
Contohnya adalah sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dengan reedaksi Imam Bukhari, ia berkata: "telah meceritakan kapada kami Yahya ibn Bukhair, dari Lais dari Khalid dari Said bin Abu Hilal dari Zaid ibn Aslam dari Ata ibn Yasir dari Abu Sa'id al-Khudri ia berkata; bahwa Rasulullah telah bersabda ; "adalah bumi itu pada hari kiamat nanti seperti segenggam roti. Allah memegangnya dengan kekuasaa-Nya, sebagaimana seseorang menggenggam sebuah roti di perjalanan. Ia merupakan tempat bagi ahli surga. Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Yahudi berkata; semoga Allah mengagungkan engkau wahai Abu al-Qasim, tidaklah aku ingin menceritakan kepadamu tempat ahli surga pada hari kiamat nanti? Rasul menjawab, ya tentu. Kemudian laki-laki tadi menyatakan bahwasannya bumi ini seperti segenggam roti sebagaimana dinyatakan Nabi, kemudian Rasul melihat kepada kami semua sampai terlihat geraham giginya".
Terkait dengan kriteria yang pertama ini, Nabi bersabda;
قالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ اَيَةً, وَحَدِّثُوْاعَنْ بَنِي اِسْرَائِيْلَ وَلَاحَرَجْ, وَمَنْ كَذَّبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًافَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya; sampaikannlah dariku walau satu ayat. Ceritakanlah dari Bani Israil karena yang demikian ini kalian tidak berdosa. Barang siapa yang berdusta kepadaku dengan sengaja, maka sungguh tempatnya berada di neraka".

Senin, 22 April 2013

Masuknya cerita-cerita Israiliyyat ke dalam tafsir dan hadith (bag.5 dari 7)



Masuknya cerita-cerita Israiliyyat ke dalam tafsir dan hadith pada awalnya didahului oleh masuknya kebudayaaan Israiliyyat (Yahudi) ke dalam peradaban Arab Jahiliyah. Pada waktu itu di tengah-tengah kehidupan bangsa Arab hiduplah sekelompok Ahl al-Kitab, yaitu kaum Yahudi yang pindah ke Jazirah Arab di waktu yang silam. Perpindahan besar-besaran itu terjadi sekitar tahun 70 M. Hal ini dikarenakan mereka lari menghindar dari ancaman dan siksaan dari kekuasaan Titus.[1]
Mereka pindah ke Jazirah Arab bersama dengan kebudayaan yang mereka ambil dari kitab-kitab agama mereka. Uraian-uraian kitab itu mereka terima sebagai warisan dari Nabi atau ulama mereka, dan mereka wariskan dari generasi ke genarsi. Madras merupakan sebuah tempat yang dijadikan sebagai pusat pengkajian kebudayaan warisan yang mereka terima. Di tempat yang lain mereka juga menentukan beberapa tempat tertentu sebagai sarana untuk beribadah dan menyiarkan agama.[2]

Senin, 15 April 2013

Israiliyyat (bag.4 dari 7)



Israiliyyat (الاء سرائيليات) secara lafad, merupakan bentuk jamak dari kata إ سرائيلية.[1] Israiliyyat diartikan sebagai cerita-cerita atau perkataaan yang dikisahkan dari sumber israily (إسرائلي).[2] Term israily dinisbatkan kepada Ya'qub ibn Ishaq ibn Ibrahim. Adapun Bani Israil, merupakan anak turun Nabi Ya'qub serta orang-orang berikutnya yang memiliki silsilah keturunan dengan beliau. Silsilah keturunan ini menyebar mulai zaman Nabi Ya'qub, Nabi Musa, Nabi Isa, dan sampai pada masa Nabi Muhammad SAW. Sejak dahulu kala, orang-orang ini dikenal dengan sebutan Yahudi (اليهود). Sedangkan orang-orang yang beriman kepada Nabi Isa AS dikenal dengan istilah Nasrani (النصارى). Sementara itu orang-orang yang beriman kepada sang Nabi penutup (yang menjadi penutup para Nabi), yaitu Nabi agung Muhammad SAW, dinamakan Muslim Ahl al-Kitab.[3]
Dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang menyebut dan bercerita tentang keberadaaan Bani Israil misalnya surat al-Maidah ayat 78:
لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ بَنِي اِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَوَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَالِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَا نُوْا يَعْتَدُوْنَ
Artinya; "telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan (kaum) Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan karena mereka telah durhaka dan melampaui batas".

Senin, 08 April 2013

Contoh Kitab Tafsir Dan Metodologi Penulisannya (bag.3 dari 7)



1.  Tafsir Al Tabary[1]
Nama Kitab : جامع البيان في تفسير أي القران atau yang lebih dikenal dengan
tafsir al-Tabary.
Pengarangnya : Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thobary (224 – 310 H)
Jumlah jilid : 12 jilid besar.
Keistimewaannya : Tafsir ini merupakan referensi bagi para mufassirin terutama penafsiran binnaqli/biiriwayah. Tafsir bil aqli karena istinbath hukum, penjabaran berbagai pendapat dengan dan mengupasnya secara detail disertai analisa yang tajam. Ia merupakan tafsir tertua dan terbagus.
Metodologi Penulisannya:
Penulis menafsirkan ayat al-Qur’an dengan jelas dan ringkas dengan menukil pendapat para sahabat dan tabi’in disertai sanadnya. Jikalau dalam ayat tersebut ada dua pendapat atau lebih, di sebutkan satu persatu dengan dalil dan riwayat dari sahabat maupun tabi’in yang mendukung dari tiap-tiap pendapat kemudian mentarjih (memilih) diantara pendapat tersebut yang lebih kuat dari segi dalilnya. Beliau juga mengii’rob (menyebut harakat akhir), mengistimbat hukum jikalau ayat tersebut berkaitan dengan masalah hukum. Ad-Dawudy dalam bukunya “Thobaqah al-Mufassirin“ mengomentari metode ini dengan ungkapannya:“ Ibnu jarir telah menyempurnakan tafsirnya dengan menjabarkan tentang hukum-hukum, nasih wal mansuh, menerangkan mufrodat (kata-kata) sekaligus maknanya, menyebutkan perbedaaan ulama’ tafsir dalam masalah hukum dan tafsir kemudian memilih diantara pendapat yang terkuat, mengi’rob kata-kata, mengkonter pendapat orang-orang sesat, menulis kisah ,berita dan kejadian hari kiamat dan lain-lainnya yang terkandung didalamnya penuh dengan hikmah dan keajaiban tak terkira kata demi kata, ayat demi ayat dari isti’adzah sampai abi jad (akhir ayat). Bahkan jikalau seorang ulama’ mengaku mengarang sepuluh kitab yang diambil dari tafsir ini, dan setiap kitab mengandung satu disiplin keilmuan dengan keajaiban yang mengagungkan akan diakuinya (karangan tersebut).