Senin, 12 Mei 2014

Orang yang tidur tidak perlu berwudlu' lagi kecuali tidur yang berat (lama)

QS.4. An Nisaa':43

يَـٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لاَ تَقْرَبُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنتُمْ سُكَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ وَلاَ جُنُباً إِلاَّ عَابِرِى سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُواْ وَإِنْ كُنتُم مَّرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّن ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَـٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُواْ مَآءً فَتَيَمَّمُواْ صَعِيداً طَيِّباً فَٱمْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَفُوّاً غَفُوراً

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.


Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari isterinya Fatimah dari neneknya Asma` binti Abu Bakar bahwa ia berkata, "Aku pernah menemui 'Aisyah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu orang-orang sedang melaksanakan shalat dan saat itu iapun berdiri shalat. Setelah itu aku katakan kepadanya, "Apa yang dilakukan orang-orang?" Aisyah lalu memberi isyarat dengan tangannya ke arah langit seraya berkata, "Maha suci Allah." Aku lalu berkata, "Satu tanda kekuasaan Allah." Lalu dia mengiyakan dengan memberi isyarat. Maka akupun ikut shalat sementara timbul perkara yang membingungkanku, hingga aku siram kepalaku dengan air. Selesai shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan puja dan puji kepada Allah, kemudian beliau bersabda: "Tidak ada sesuatu yang belum diperlihatkan kepadaku, kecuali aku sudah melihatnya dari tempatku ini hingga surga dan neraka. Dan telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan terkena fitnah dalam qubur kalian seperti, atau hampir serupa dengan fitnah Dajjal yang aku sendiri tidak tahu fitnah apakah itu." Asma` berkata, "Setiap salah seorang dari kalian akan didatangkan (dalam sidang), lalu dikatakan kepadanya, 'Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini (Rasulullah)? ' Adapun orang beriman atau orang yang yakin -aku tidak tahu mana yang Asma' ucapkan-, lalu orang tersebut akan menjawab, 'Dia adalah Muhammad utusan Allah. Ia datang kepada kami membawa penjelasan dan petunjuk. Kami lalu menyambutnya, beriman dan mengikuti seruannya.' Maka kepada orang itu dikatakan, 'Tidurlah kamu dengan baik, sungguh kami telah mengetahui bahwa kamu adalah orang beriman.' Adapun Munafik atau pelaku dosa besar -Aku tidak tahu mana yang diucapkan Asma'- akan menjawab, 'Aku tidak tahu siapa dia, aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu maka aku pun mengikuti ucapan tersebut'." (No. Hadist: 178 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Hadits diatas dapat dibahas hingga beberapa permasalahan, yakni:
1. Hikmah Nabi SAW berpoligami: Nabi SAW adalah seorang utusan Allah, yang sudah barang tentu ilmu dari Nabi SAW adalah ilmu yang langsung dari Allah, yang tentunya ilmu tersebut banyak sekali dan luasnya tidak terbatas. Sehingga dengan banyaknya istri² Nabi SAW, yang semuanya dinikahi dengan hikmah² tertentu (Silahkan baca ke-12 Istri Nabi SAW), maka ilmu tersebut dapat tersebar luas ke masyarakat luas dari berbagai kalangan dan suku/ras. Bisa jadi salah satu istri Nabi SAW meriwayatkan hadits A, kemudian istri lainnya meriwayatkan hadits B, C dan masih banyak lagi. Sehingga hikmah secara umum dari poligami Nabi SAW adalah sebagai sarana Dakwah Islam. Dengan berpoligami, banyak hadits yang tersampaikan, terutama yang berkaitan dengan rumah tangga, yang tidak mungkin diketahui orang lain, kecuali istri² beliau sendiri. Dengan berpoligami, hadits² tersebut akan tersampaikan ke masyarakat luas, sehingga ilmu dari Nabi SAW, yang tentunya ilmu dari Allah SWT, dapat tersebar luas untuk kemaslahatan umat.
2. Bolehnya menerima ilmu/hadits dari pihak perempuan, sehingga ilmu tidak semata-mata dari laki², namun dapat juga dari kaum wanita. Hal ini menjunjung martabat wanita, yang kala itu tidak diperkenankan berbuat lebih seperti laki²
3. Gerhana matahari adalah peristiwa alam biasa, sehingga sudah selayaknya atau disunnahkan bagi kaum muslimin melakukan sholat gerhana, tanpa harus membesar-besarkan bahwa terjadinya gerhana karena masalah A atau B atau karena kesialan dll. Gerhana matahari adalah salah satu tanda kekuasaan Allah, bukan karena hal² yang lain, karena itu disunnahkan bagi kaum muslimin melakukan sholat gerhana matahari.
4. Ketika muncul perkara yang membingungkan, maka boleh menyiram kepala dengan air, supaya terhindar dari was² dan bisikan setan. Setan adalah dari api, sehingga selayaknya menghindarkan bujukan setan dengan menggunakan air (bisa dengan berwudlu atau mengguyur kepala dengan air).
5. Telah diperlihatkan kepada Nabi SAW mengenai Surga dan Neraka, hingga fitnah dalam qubur. Namun fitnah yang dialami tiap² manusia tidak diketahui Nabi SAW (karena memang tidak diperlihatkan seluruhnya oleh Allah SWT kepada NabiNya).
6. Adanya pertanyaan di alam kubur dan siksa atau malah kenikmatan didalamnya. Dan ternyata berbeda-beda jawaban si mayat, ketika diberikan pertanyaan tersebut (oleh para Malaikat), salah satu diantaranya adalah, "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini (Rasulullah SAW)?". Mayat seorang Mukmin tentu berbeda dalam memberikan jawaban dibandingkan dengan mayat seorang munafik atau bahkan mayat seorang zindiq.
7. Seperti dalam pokok permasalahan yang diangkat dalam topik ini, Asma` binti Abu Bakar langsung melakukan sholat (gerhana matahari) tanpa wudlu terlebih dahulu. Karena saat itu Asma` binti Abu Bakar sedang tidur namun tidak tidur nyenyak, sehingga ketika bangun, bisa langsung sholat tanpa berwudlu terlebih dahulu. Dalam hadits diatas Asma` binti Abu Bakar, tidak berwudlu lagi, namun hanya menyiram kepala beliau dengan air.
Untuk lebih jelasnya, silahkan membaca hadits dibawah ini, yakni ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam disibukkan dengan urusan sehingga mengakhirkan shalat 'Isya. Dan karenanya para sahabat tertidur di dalam masjid. Lalu para sahabat terbangun, lalu tertidur, lalu terbangun lagi hingga akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui para sahabat untuk mengerjakan sholat Isya' berjamaah. Pada saat itu para sahabat tidak mengulangi wudlu mereka lagi. Hal ini disebabkan para sahabat dalam tertidur, tidak nyenyak, dan masih dalam posisi duduk di Masjid karena menunggu kedatangan Nabi SAW.

Telah menceritakan kepada kami Mahmud -yaitu Ibnu Ghailan- berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah mengabarkan kepadaku Ibnu Juraij berkata, telah mengabarkan kepadaku Nafi' berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah suatu malam disibukkan dengan urusan sehingga mengakhirkan shalat 'Isya. Dan karenanya kami tertidur di dalam masjid. Lalu kami terbangun, lalu tertidur, lalu terbangun lagi hingga akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui kami seraya bersabda: "Tidak ada seorangpun dari penduduk bumi yang menunggu shalat seperti ini selain kalian." Dan Ibnu 'Umar tidak mempermasalahkan apakah Beliau memajukannya atau mengakhirkan. Pelaksanakaannya. Dan Ibnu Umar tidur dahulu sebelum shalat Isya. Ibnu Juraij berkata, "Aku bertanya kepada 'Atha', lalu dia berkata, "Aku mendengar Ibnu 'Abbas berkata, "Pernah suatu malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengakhirkan shalat 'Isya hingga banyak orang tertidur, kemudian mereka terbangun, lalu tertidur lagi, kemudian terbangun lagi." 'Umar bin Al Khaththab lalu berdiri dan berkata, "Shalat." 'Atha' berkata, Ibnu 'Abbas, "Maka Nabi shallallahu 'alaihi wassalam kemudian keluar dengan meletakkan tangan pada kepala, seakan aku melihat rambut beliau basah meneteskan air. Beliau kemudiaan bersabda: "Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya aku akan perintahkan mereka melaksanakan shalat 'Isya seperti waktu sekarang ini." Aku (Ibnu Juraij) kemudian menanyakan kepada 'Atha untuk memastikan kenapa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan tangannya di kepalanya sebagaimana yang diberitakan oleh Ibnu 'Abbas. Maka 'Atha merenggangkan sedikit jari-jarinya kemudian meletakkan ujung jarinya di atas sisi kepala, kemudian ia menekannya sambil menggerakkan ke sekeliling kepala hingga ibu jarinya menyentuh ujung telinga yang dimulai dari pelipis hingga pangkal jenggot. Dia melakukannya tidak pelan juga tidak cepat, kecuali sedang seperti itu. Lalu Beliau bersabda: "Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya aku akan perintahkan mereka melaksanakan shalat seperti waktu sekarang ini."(No. Hadist: 537 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Bab:Tidak wajib Berwudhu hingga terdengar Suara atau mencium Baunya
Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Suhail bin Abu Shalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian berada di dalam masjid lalu mendapatkan angin di antara dua (belahan) pantatnya, maka janganlah ia keluar dari shalat sehingga ia mendengar suara atau ia mendapatkan (mencium) angin (baunya)." 
Shahih: Shahih Abu Daud (169)

Ada ulama yang mengatakan bahwa ia tidak wajib berwudhu kecuali karena hadats (batal) dengan mendengar suara (kentut) atau mencium baunya. 
Abdullah bin Mubarak berkata, "Jika dia ragu (batal atau tidak) maka ia tidak wajib berwudhu hingga yakin, sehingga ia berani bersumpah dengannya." 
Ia berkata lagi, "Jika ada suara yang keluar dari kemaluan orang perempuan, maka ia wajib wudhu."
Ini adalah pendapat Imam Syafi'i dan Ishak.

Bab:Tidak Wudhu karena Mencium istri
Outaibah, Hannad, Abu Kuraib, Ahmad bin Mani', Mahmud bin Ghailan, dan Abu Amr Al Husain bin Huraits menceritakan kepada kami, mereka berkata, "Waki' menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Habib bin Abu Tsabit, dari Urwah, dari Aisyah, dia berkata, "Nabi SAW pernah mencium sebagian istrinya kemudian beliau keluar untuk shalat tanpa berwudhu. " 
Ia (Urwah) berkata, "Aku berkata, 'Dia bukan siapa-siapa melainkan kamu? "' Dia berkata lagi, "Maka ia (Aisyah) tertawa. " Shahih: Ibnu Majah (502)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar