Senin, 11 Februari 2013

Dunia ini bukan bagian dari DiriNya

Sesungguhnya apa² yang disekitar kita, cepat atau lambat pasti akan lenyap meninggalkan kita ...
Tidak ada yang abadi, apa² yang kita lihat dengan mata kepala, baik itu apa² yang ada dihadapan kita, dibelakang, samping kita atau bahkan kita sendiri, pasti akan lenyap, rusak atau mati ...
Tidak ada yang abadi atau kekal, dan itu pasti kita sadari ...

Namun apa² yang ada disisi Allah, tidak akan lenyap ...
Apa² yang ada disisi Allah akan kekal abadi dan jauh lebih baik dari apa² yang ada disisi kita sekarang ini ...
Dan perkara ini tidak ada manusia yang mengetahui, karena memang manusia tidak pernah menjumpai atau menemui apa² yang ada disisi Allah tersebut (masih ghaib) ...


Tidak pernah satupun dari kita yang telah atau dapat melihat Dzat Allah ...
Tidak ada satupun dari kita yang telah atau melihat apa² yang ada disisi Allah ...
Karena itu, janganlah menukar keridloan Allah dng harga yang murah, yakni menukar agama dengan dunia, dengan menjual agama ini dengan tarif dunia ...
Apakah yang dimaksud dengan tarif dunia? Yakni menghargai dakwah yang kita lakukan dengan setumpuk uang, 1 juta, 1 milyar atau berapapun juga. Kemudian apa yang dimaksud dengan tarif akhirat? yakni untuk mendapatkan keridloan Allah SWT, yang tidak akan bisa tergantikan oleh segala sesuatu yang kita lihat dan yang kita ketahui ...

Walaupun Malaikat² Allah diberi kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, seperti Malaikat Jibril, namun Malaikat Jibril tetaplah hamba Allah ...
Walaupun Malaikat² Allah diberi kekuasaan untuk membagi-bagikan rejeki, seperti Malaikat Mikail, namun Malaikat Mikail tetaplah hamba Allah ...
Walaupun Malaikat² Allah diberi kekuasaan untuk mencabut nyawa² makhluk-Nya, seperti Malaikat Izroil, namun Malaikat Izroil tetaplah hamba Allah ...
Semua adalah hamba Allah, milik Allah, walaupun kedudukannya sangat dekat dengan Allah ...
Namun tidak satupun dari mereka bagian dari Allah ...
Semuanya hanyalah milik-Nya, ciptaan-Nya, makhluk-Nya dan makhluk yang sangat dekat dengan-Nya lagi sangat² patuh terhadap pencipta-Nya ...
Dan semuanya pasti akan merasakan mati, karena mereka semua makluk Allah, dan terakhir dari makhluk-Nya yang merasakan kematian adalah Malaikat Jibril, Malaikat Mikail, Malaikat Isrofil dan Malaikat Izroil (Malaikat Pencabut Nyawa), dan Malaikat Izroil diwafatkan oleh Allah sendiri ...
Hanya Allah, satu²nya Dzat yang Hidup dan yang Maha Hidup ...

Berusahalah untuk kehidupan dunia dengan keahlian dunia yg kita miliki, dan berdakwalah untuk kehidupan abadi (akhirat) secara ikhlas untuk Allah, tanpa meminta imbalan sedikitpun pada manusia ...
Dan ini jauh lebih baik bagi kita ...

Dunia ini bukan bagian dari Allah, namun dunia beserta isinya ini milik Allah ...
Dunia ini hanyalah tempat kunjungan sementara, tempat ujian dan cobaan dari Allah ...
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ...
Semua milikNya pasti akan kembali kepadaNya ...
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan banyak karunia kepada kita ...
Mahasuci Allah dari apa² yang mereka persekutukan ...

QS 16. An Nahl:96

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوۤاْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

QS 16. An Nahl:95

وَلاَ تَشْتَرُواْ بِعَهْدِ ٱللَّهِ ثَمَناً قَلِيلاً إِنَّمَا عِنْدَ ٱللَّهِ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

QS 43. Az Zukhruf:15

وَجَعَلُواْ لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ ٱلإنسَـٰنَ لَكَفُورٌ مُّبِينٌ

"Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian daripada-Nya[orang musyrikin mengatakan bahwa malaikat- malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah padahal malaikat itu sebahagian dari makhluk ciptaan-Nya]. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah)."

Sesungguhnya Allah telah menyatakan, bahwa ada sebagian dari hamba2Nya yang menganggap bahwa dunia ini adalah bagian dari diri-Nya, atau menyatakan bahwa Malaikat2 atau Nabi Isa as, itu adalah bagian dari diri-Nya, atau alam semesta ini adalah bagian dari diri-Nya.
Padahal Allah telah membantah anggapan itu semua. Itu semua adalah anggapan sesat dan menyesatkan.
Karena sesungguhnya, kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ...
Semua milikNya pasti akan kembali kepadaNya ...
Dia-lah pewaris segala sesuatunya ...
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan banyak karunia kepada kita ..

Juga dijelaskan dalam pernyataan Disertasi S3 di Universitas Umm Al Quro oleh seorang tokoh:
“Sejatinya ajaran tasawuf dalam hal “al hulul” (menyatunya Tuhan dengan manusia) berasalkan dari orang-orang Syi’ah aliran keras (ekstrim). Aliran ekstrim Syi’ah meyakini bahwa Tuhan atau bagian dari-Nya telah menyatu dengan para imam mereka, atau yang mewakili mereka. Dan idiologi ini sampai ke pada para pengikut Sekte Syi’ah berawal dari pengaruh ajaran agama Nasrani.” (“Silatullah Bil Kaun Fit Tassawuf Al Falsafy” oleh Said Aqil Siradj 2/605-606).

Dalam beberapa thariqah tasawuf, ideologi menyatunya Tuhan dengan manusia dikatakan Sesat. Bukankah ini berarti penghinaan terhadap dzat Allah yang Maha Mulia, hingga dipersamakan dengan makhluk yang "merasa" sudah dekat kepadaNya?

Namun tidak seluruhnya thariqah tasawuf adalah sesat. Karena mereka mempelajari tasawuf untuk menyucikan jiwa, dan menjernihan akhlaq serta lebih mengenal diri mereka sendiri dan Tuhannya.
Definisi:
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف, ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia. Sufisme merupakan sebuah konsep dalam Islam, yang didefinisikan oleh para ahli sebagai bagian batin, dimensi mistis Islam; yang lain berpendapat bahwa sufisme adalah filosofi perennial yang telah ada sebelum kehadiran agama, ekspresi yang berkembang bersama agama Islam.
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Ada juga yang berpendapat bahwa sufi berasal dari kata saf, yakni barisan dalam sholat. Suatu teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti "kemurnian". Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa.[Shaykh Muhammad Hisham Kabbani, The Naqshbandi Sufi Tradition Guidebook of Daily Practices and Devotions, 2004, hlm. 83].
Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.

Beberapa thariqah tasawuf, ada yang berdasarkan syariat, karena memang ada hadis yang secara tidak langsung mengajarkannya, yakni salah satunya:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
...
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
...
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no.8]

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dikatakan, ilmu tasawuf tanpa syariat akan tertolak, sedangkan ilmu syariat tanpa tasawuf akan hambar. Lo mengapa?
Bagaimana tidak hambar, kalau seseorang sholat namun pikirannya kemana2?
Ia tidak mengenal Allah penciptanya, dan tidak pula berusaha mengenal-Nya?
Kenikmatan dan manisnya iman akan terasa apabila seseorang itu mengamalkan syariatNya dan mengenal diri-Nya.
Dan cobaan itu adalah bagian dari cara pengenalan diri-Nya kepadamu, baik itu cobaan dalam beragama, seperti yang terjadi pada diri Imam Al Ghozali.


QS 29. Al 'Ankabuut:57

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan."

QS 2. Al Baqarah:284

لِّلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَـٰوٰتِ وَمَا فِى ٱلأَْرْضِ

"Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ..."


Bagaimana dengan ayat yg mengatakan bahwasanya Allah adalah dekat?
Sesungguhnya ayat ini berhubungan dengan kekuasaan dan ilmu Allah, dan bukanlah Dzat/Wujud Dia ...
Dia Mahamendengar, Mahamelihat dan Mahamengetahui kita semua walaupun Dzat-Nya tidak di Bumi ...
Seperti seorang direktur yang mengawasi pekerjanya menggunakan CCTV, dimana direktur tersebut tidak bersama pekerjanya, namun di ruangan yang terpisah, bahkan mungkin jauh dari para pekerjanya ...
Walaupun jauh dan tidak berada dalam satu ruangan, direktur itu masih bisa mengawasi pekerjanya ...
Kalau manusia saja (makhluq) mudah mengawasi yang lainnya menggunakan CCTV, apalagi Allah, Sang Pencipta kita semua, tentu jauh lebih mudah mengawasi kita semua, walaupun Dzat-Nya tidak di Bumi ...

Dikatakan Dia adalah dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi atau urat leher kita ...
Karena sesungguhnya kekuasaan dan ilmu Allah meliputi apapun juga, termasuk diri kita, nasib kita, masa depan kita, dekat-jauh-waktu, awal-akhir dan semuanya adalah milikNya ...

Sehingga berdo'alah kita hanya kepadaNya dengan suara yg lembut dan penuh harap, tidak usah dengan mengeraskan suara ...
Karena Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, tidak ada satupun yg luput dari ilmuNya ...
Bahkan semua terjadi hanya karena ijinNya saja ...
Hendaknya semua takut hanya kepadaNya, karena Dia Maha Mendengar segala bisikan, bahkan Maha Mendengar apa² yg tersirat dihati ...
Dan semua itu akan diperhitungkanNya ...

QS.2. Al Baqarah:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِى وَلْيُؤْمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.  

Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya(dengan suara keras apabila berdoa)?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)

QS.2. Al Baqarah:

لِّلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَـٰوٰتِ وَمَا فِى ٱلأَْرْضِ وَإِن تُبْدُواْ مَا فِيۤ أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ ٱللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Ya Allah, Engkau memerintahkan untuk berdoa dan aku bertawakal dalam masalah pengabulannya ...
Kupenuhi seruan-Mu, ya Allah, kupenuhi seruan-Mu, kupenuhi seruan-MU, tiada sekutu bagimu, kupenuhi seruan-Mu ...
Sesungguhnya segala puji dan nikmat hanyalah milik-Mu dan begitu pula semua kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu ...
Aku bersaksi bahwa Engkau tiada tandingan lagi Maha Esa, bergantung kepada-Mu segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tiada seorang pun yang setara dengan-Mu ...
Aku bersaksi bahwa janji-Mu adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, dan hari kiamat pasti akan datang tanpa diragukan lagi, dan Engkaulah yang akan membangkitkan manusia dari kuburnya ...

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan pada kami Al-Hasan ibnu Yahya Al-Azdi dan Muhammad ibnu Yahya AlQat'i; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami AlHajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Mazi, dari Al Hasan, dariAnas, dari Nabi SAW. yg bersabda: Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, satu hal untukmu, dan satu hal untuk-Ku, serta satu hal lagi antara Aku dan kamu. Adapun hal yang untuk-Ku ialah kamu harus menyembah-Ku, janganlah kamu persekutukan Aku dengan sesuatu pun. Dan adapun yang bagimu ialah semua hal yang kamu lakukan atau amal apa pun, maka Aku pasti menunaikan (pahala)nya kepadamu. Dan adapun yang antara Aku dan kamu ialah kamu berdoa dan Aku yang memperkenankan (mengabulkan)."

Bab. Al Quran Surat Qof ayat 16
Qaf 50:16
 وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ

"dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaf: 16)

Allah swt lebih dekat kepada manusia dari urat lehernya sendiri. Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Sa'id bahwa Nabi saw bersabda: Allah dekat kepada manusia (putra Adam) dalam empat keadaan;
Ia lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya.
Ia seolah-olah dinding antara manusia dengan hatinya.
Ia memegang setiap binatang pada ubun-ubunnya, dan
Ia bersama dengan manusia dimana saja ia berada. (Riwayat Ibnu Mardawaih)

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.(Qof:16)

Yakni malaikat-malaikat Allah Swt. lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. Dan menurut pendapat ulama yang menakwilkannya dengan pengertian ilmu Allah, sesungguhnya yang dimaksud hanyalah untuk menghapuskan pengertian dugaan adanya bertempat atau ke­manunggalan, karena kedua sifat tersebut merupakan hal yang mustahil bagi Allah Swt.
Menurut kesepakatan semua ulama, Mahasuci Allah dari keduanya.

Akan tetapi bila ditinjau dari segi teks, ayat tidak menunjukkan ke arah pengertian pengetahuan Allah, karena Allah Swt. TIDAK mengatakan, "Aku lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."
Dan yang Dia katakan hanyalah:
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf: 16)

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam ayat lain sehubungan dengan orang yang sedang meregang nyawanya:

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. (Al-Waqi'ah: 85)

Yaitu malaikat-malaikat-Nya. Dan sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Para malaikatlah yang turun membawa wahyu Al-Qur'an dengan seizin Allah Swt. Demikian pula para malaikatlah yang lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya berkat kekuasaan Allah Swt. yang diberikan kepada mereka untuk hal tersebut. Maka malaikat itu mempunyai jalan masuk ke dalam manusia sebagaimana setan pun mempunyai jalan masuk ke dalam manusia melalui aliran darahnya, seperti yang telah diberitakan oleh Nabi Saw. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

(yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya (Qaf: 17)
_________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar