Jumat, 08 Maret 2013

Tugas kita hanya Menyampaikan, kita umat Terbaik

Kita hanyalah manusia biasa dan lemah ...
Tiada kekuatan yang kita miliki, melainkan pasti kekuatan itu milik dan hanya dari Allah ...
Baik kita sadari ataupun tidak, tidak kita sadari karena tertutup oleh kesombongan kita ...

Walaupun kita manusia biasa dan lemah, namun ternyata kita adalah umat terbaik, dari sekian banyak umat yang pernah diciptakan Allah dimuka bumi ini ...
Mengapa demikian? Mengapa Allah menyebut kita melalui utusanNya, kalau kita merupakan umat terbaik?
Hal itu karena kita diperintahkan untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ...
Tugas untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran sebenarnya adalah tugas para RasulNya ...
Namun karena kita umat terakhir, dan tidak ada Nabi setelah Muhammad SAW, maka tugas kitalah untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ...


Inilah alasannya, kenapa kita disebut sebagai umat terbaik ...
Karena itu sampaikanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran, sebisa kita, walaupun pahit ...
Jangan takut kepada orang yang mengatakan kita tersesat, selama kita telah berada pada jalanNya, yakni sesuai dng Al Qur'an dan As Sunnah ...
Tugas kita hanyalah menyampaikan dengan hikmah dan kelembutan ...
Tidak pernah sekalipun pendakwah diperkenankan mengatakan si A pasti masuk Surga atau si B pasti masuk Neraka ...
Karena tidak ada seorangpun mengetahui apakah orang lain itu termasuk ahli Surga atau ahli Neraka, bahkan pendakwah sendiri tidak mengetahui, apakah ia sendiri termasuk ahli Surga atau ahli Neraka ...

Walaupun pendakwah tidak mengetahui apakah dirinya termasuk dari ahli Surga atau ahli Neraka, namun kita tidak perlu merisaukannya ...
Karena yang kita dengar dan kita ikuti adalah apa yang dikatakannya, kalau yang dikatakannya baik dan sesuai Al Qur'an dan As Sunnah, maka itulah jalan menuju Surga, dan jalan inilah yang layak kita ikuti, begitu juga sebaliknya  ...
Ikutilah apa² yang baik dari apa² yang dikatakannya, yang sesuai dengan Al Qur'an dan As Sunnah, dan tidak perlu melihat orangnya, umurnya atau bentuk rupanya ...

Andai pendakwah mengatakan mengenai ahli Surga atau Neraka, itu hanyalah karena ia menyampaikan dari Al Qur'an atau As Sunnah ...
Tidak ada maksud sedikitpun dari pendakwah untuk menghukumi seseorang itu termasuk ahli Surga atau Neraka ...
Setiap pendakwah pasti ada penentangnya, itu sudah biasa, namun kelembutan dan kesabaran adalah kunci bagi para pendakwah ...
Tugas kita hanyalah menyampaikan dengan hikmah dan penuh kelembutan ...

Tidak diperkenankan pula bagi pendakwah untuk mengotak-atik ideologi suatu Negara, karena hal tersebut tidak pernah disebutkan dalam Al Qur'an dan As Sunnah ...
Mulailah dengan memperbaiki diri sendiri, keluarga, kemudian masyarakat sekitar ...
Tidak akan dibebani seseorang melainkan hanya sebatas kemampuan dirinya sendiri ...
Dan Allah Mahamengetahui segala kelemahan hamba²Nya, dan Dia tidak akan membebani hamba²Nya dengan beban yang tidak sanggup dipikul hamba²Nya ...

Pernah Sahabat² dan Istri Rasulullah SAW, berhijrah ke Najasyi Raja Habasyah (Abessina), dan disana mereka disambut dengan baik, dan dibebaskan untuk beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Padahal Abessina adalah negara Nasrani. Nabi SAW dan para sahabat beliau menghormati negeri Abessina dan tidak melakukan makar sedikitpun, bahkan mendoakan kemenangan bagi Najasyi Raja Habasyah, ketika ada pemberontak yang ingin menumbangkan Najasyi. Kaum Muslim takut, apabila Najasyi kalah, maka Abisinia dipimpin oleh pemimpin yang zhalim, yang malah memusuhi kaum Muslim.
Akhirnya Najasyi Raja Habasyah menang, Allah telah memadamkan pemberontakan dengan menghancurkan musuh Najasyi Raja Habasyah. Dan kaum Muslim hidup aman dan tenteram, hingga akhirnya kembali ke Mekkah, namun karena sebagian besar kaum Muslim Makkah telah hijrah ke Madinah, maka para Muhajirin Abisinia segera berlayar untuk berhijrah menuju Madinah, bersama pimpinan mereka, Ja'far bin Abu Thalib (Abu Al Masakin).

Boleh mengangkat pengganti khalifah atau membiarkannya:
Hadis riwayat Umar Radhiyallahu’anhu: Dari Abdullah bin Umar ia berkata: Umar ditanya: Apakah kamu tidak mengangkat khalifah penggantimu? Ia menjawab: Bila aku mengangkat, maka orang yang lebih baik dariku, yaitu Abu Bakar, telah mengangkat pengganti khalifah. Dan bila aku membiarkan kamu sekalian (untuk memilih), maka orang yang lebih baik dariku, yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, juga telah membiarkan kamu sekalian. Abdullah bin Umar berkata: Sehingga aku pun mengetahui ketika ia menyebut Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bahwa dia (Nabi SAW.) tidak mengangkat khalifah pengganti. (Shahih Muslim No.3399)

Ketika Rasulullah SAW wafat, para sahabat dari Muhajirin dan Anshor gempar. Para sahabat dari Muhajirin yang dekat dengan Nabi SAW. sebenarnya ingin mengurus jenasah Nabi SAW. terlebih dahulu, namun karena ada sahabat Anshor yang melaporkan ada gejolak pembentukan khilafah oleh para sahabat Anshor lainnya, maka para sahabat terdekat Nabi SAW. dari Muhajirin (termasuk yang pertama-tama masuk Islam) segera meredam gejolak tersebut. Dengan bermusyawarah diantara para sahabat terdekat, maka dibentuklah kekhilafahan. Sehingga kekhilafahan dibentuk untuk menghindarkan kekisruhan yang muncul ketika Nabi SAW wafat. Bukan karena keinginan untuk membentuk Negara. Apalagi pada saat itu jenazah Nabi SAW. belum diurus dan belum dimakamkan.
Sesungguhnya tidak layak bagi para sahabat Nabi SAW. memikirkan membentuk khilafah terlebih dahulu, padahal jenazah Nabi SAW belum diurus, kalau tidak karena adanya gejolak yang ingin memecah belah umat Islam. Gejolak itu sedemikian dahsyat, hingga dikhawatirkan terjadi perpecahan, kemurtadan dan peperangan diantara umat Islam, yang baru saja ditinggal wafat Nabi SAW.
Atau dengan kata lain, kekhilafahan dibentuk bukan untuk menegakkan syariah, karena syariah sudah berjalan sempurna saat itu, yang sebenarnya terjadi adalah untuk menghindarkan adanya perpecahan, kemurtadan dan peperangan diantara umat Islam.

Nabi SAW. diutus dimuka bumi adalah karena untuk menyempurnakan akhlaq manusia, bukan untuk membentuk Negara atau kekuasaan:
Telah menceritakan kepada kami Yahya Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Hisyam dari Bapaknya dari 'Abdullah bin Az Zubair mengenai firman Allah; Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf (Al A'raf: 199). Dia berkata; Tidaklah Allah menurunkannya kecuali mengenai akhlak manusia. 'Abdullah bin Barrad berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Bapaknya dari 'Abdullah bin Az Zubair dia berkata; 'Allah menyuruh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam agar memaafkan kesalahan manusia kepada beliau.' -atau kurang lebih demikianlah apa yang ia katakan.-(No. Hadist: 4277 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Hadis riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Kami membaiat Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk tunduk dan taat. Beliau bersabda kepada kami: Yaitu terhadap sesuatu yang kamu mampu. (Shahih Muslim No.3472)

Hadis riwayat Mughirah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Suatu kaum dari umatku akan senantiasa saling membantu membela manusia hingga datang hari kiamat sedang mereka tetap saling membantu. (Shahih Muslim No.3545)

QS.3. Ali 'Imran:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَـٰبِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ

110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Silahkan membaca juga Tulisan sebelumnya: Janganlah diikuti, membaiat seseorang dengan tanpa musyawarah kaum muslimin
---------------------------------------------

2 komentar: