Jumat, 05 Maret 2021

=== Muqaddimah ===


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ 
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
 مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ 
،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛

Sungguh segala puji hanya milik Allah, Allah yang kita puji, dan kepada Allah kita memohon pertolongan, dan kepada-Nya kita memohon ampunan,
dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kita dan dari keburukan amal perbuatan kita.
Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tak seorangpun dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan maka tak seorangpun mampu memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Amma ba’d:

Tulisan ini dibuat untuk semua hamba Allah, termasuk diri penulis sendiri. Selain tulisan inti, dimenu sebelah atas juga terdapat link:
1. Jadwal Sholat wilayah Indonesia
2. Bacaan Al Quran yang bisa didengarkan
3. Mushaf Al Quran On Line
4. Tafsir Al Quran yang tulisan arabnya bisa di COPAS
5. Al Ilmu, berisikan ilmu komputer dan lainnya 

Hak cipta hanyalah milik Allah, Tuhan Semesta Alam, sehingga silahkan mengcopy-paste artikel didalamnya, bebas dan gratis.
Bahkan penulis sangat senang kalau di COPAS, sebab akan semakin tersebarnya ilmu Allah di dunia ini. Silahkan juga jika berminat sebagai bahan dakwah atau ceramah, silahkan, bebas dan gratis.

Tulisan diblog ini dimulai tgl 02-01-2011 hingga tgl 01-01-2021, setelah itu diadakan perbaikan tulisan yang telah lampau, walaupun tidak menutup kemungkinan ada ide baru untuk tulisan baru.
Tidak ada tulisan, pemikiran dan renungan yang sempurna benar, karena itu kritik dan saran dinantikan oleh penulis (pada kolom Posting Komentar atau email ke:  tausyiahaditya2@gmail.com).



وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ

قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ ۖ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. 
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: 
"Apakah belum pernah datang kepadamu Rasul-Rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" 
Mereka menjawab: "Benar (Rasul-Rasul itu telah datang dari kalangan kami sendiri, Manusia)". 
(juga para da'i, ustadz, ulama, dan wali pengikut Nabi SAW yang telah menyebarkan ajaran agama Islam)
Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir (karena mereka ingkar terhadap para Rasul Allah).

Dikatakan (kepada mereka):

 "Masukilah pintu-pintu Neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya" 
Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam Surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke Surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:

"Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah Surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".

Dan mereka mengucapkan:

"Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam Surga di mana saja yang kami kehendaki; maka Surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal".

Dan kamu (Muhammad) akan melihat Malaikat-Malaikat berlingkar di sekeliling 'Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".

(Surat Az-Zumar Ayat 71-75)


Urusan DUNIA dan urusan IBADAH, adalah perkara yang berbeda, begitu pula qa'idahnya.

Berikut ini, qa'idahnya masing-masing,

1- Urusan DUNIAWI qa'idahnya :

الاصل في العاده حلال حتي يقوم الدليل علي النهي

"Asalnya urusan DUNIAWI halal (boleh) kecuali ada dalil yang melarangnya".

2- Urusan IBADAH qa'idahnya :

الاصل في العباده بطلان حتي يقوم الدليل علي الامر

"Asalnya urusan Ibadah batal / tidak sah kecuali ada dalil yang memerintahkannya".

Kaidah-kaidah di atas perlu di pahami, sehingga tidak rancu memahami urusan DUNIA dan urusan IBADAH.

Setelah kita memahami urusan DUNIAWI dan urusan IBADAH, dan qa'idahnya masing-masing. Maka sangat keliru kalau ada orang yang menanyakan dalil yang Melarang dalam perkara ibadah.

Ketahuilah Hukum asalnya ibadah adalah terlarang, haram dilakukan kecuali ada dalil yang memerintahkannya.

Sebagaimana disebutkan dalam ilmu ushul fiqih ;

الاصل في العباده بطلان حتي يقوم الدليل علي الامر

"Asalnya urusan Ibadah batal / tidak sah kecuali ada dalil yang memerintahkannya"

Ulama' Syafi'i berkata :

اَلْأَصْلَ فِي اَلْعِبَادَةِ اَلتَّوَقُّف

"Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil)".

Perkata'an di atas disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (5: 43).

Ibnu Hajar adalah di antara Ulama' besar Syafi'i yang jadi rujukan. Perkata'an Ibnu Hajar tersebut menunjukkan bahwa jika tidak ada dalil, maka suatu amalan tidak boleh dilakukan. Itu artinya, asalnya ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkan.

Ibnu Hajar rahimahullah juga berkata :

أَنَّ التَّقْرِير فِي الْعِبَادَة إِنَّمَا يُؤْخَذ عَنْ تَوْقِيف

"Penetapan ibadah diambil dari tawqif (adanya dalil)".
(Fathul Bari, 2: 80).

Ibnu Daqiq Al 'Ied, salah seorang Ulama' besar Syafi'i juga berkata :

لِأَنَّ الْغَالِبَ عَلَى الْعِبَادَاتِ التَّعَبُّدُ ، وَمَأْخَذُهَا التَّوْقِيفُ

"Umumnya ibadah adalah ta'abbud (beribadah pada Allah). Dan patokannya adalah dengan melihat dalil".

Kaedah ini disebutkan oleh beliau dalam kitab Ihkamul Ahkam Syarh 'Umdatil Ahkam.

Dalam buku ulama Syafi'iyah lainnya, yaitu kitab Ghoyatul Bayan Syarh Zubd Ibnu Ruslan disebutkan,

الأصل في العبادات التوقيف

"Hukum asal ibadah adalah tawqif (menunggu sampai adanya dalil)".

Dalam Al Adabu Asy Syar'iyah, Ibnu Muflih berkata :

أَنَّ الْأَعْمَالَ الدِّينِيَّةَ لَا يَجُوزُ أَنْ يُتَّخَذَ شَيْءٌ سَبَبًا إلَّا أَنْ تَكُونَ مَشْرُوعَةً فَإِنَّ الْعِبَادَاتِ مَبْنَاهَا عَلَى التَّوْقِيفِ

"Sesungguhnya amal diniyah (amal ibadah) tidak boleh dijadikan sebagai sebab kecuali jika telah disyari'atkan karena standar ibadah boleh dilakukan sampai ada dalil".

Imam Ahmad dan para fuqoha ahli hadits, Imam Syafi'i termasuk di dalamnya berkata :

إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ

"Hukum asal ibadah adalah tauqif (menunggu sampai adanya dalil)".
(Dinukil dari Majmu' Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 29: 17).


Jauhi Perdebatan meskipun Benar
Dari Ma’n bin Isa ia berkata, pada suatu hari Jum’at Imam Malik bin Anas keluar dari mesjid sambil bersandar ke lenganku, seseorang bernama Abul Huriyyah menyusulnya –ia diduga seorang Murjiah– katanya : “Hai Abu Abdillah, dengarkanlah! Saya mengajakmu bicara tentang sesuatu. Dan saya akan membantahmu dan mengeluarkan pendapatku kepadamu.” Beliau berkata : “Kalau kamu mengalahkanku bagaimana?” Orang itu berkata : “Kalau aku menang kamu ikut saya.” Kata beliau lagi : “Bagaimana jika datang seseorang lalu mengajak kita berdebat dan mengalahkan kita?” Laki-laki itu menjawab : “Kita ikuti dia.” Maka berkatalah Imam Malik rahimahullah : “Hai hamba Allah! Allah mengutus Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam membawa agama yang satu tapi saya melihat kamu selalu berpindah dari satu agama ke agama yang lain.” (Asy Syari’ah 62)

Dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (H.R. Abu Daud).

Akhir kata, Sesungguhnya kebenaran itu milik Allah, dan hanya kepada Allah-lah semuanya  kembali. Kesalahan dan kelemahan itu hanya milik makhluq, karena itu sudah selayaknya, segala ilmu, dan kebutuhan makhluq disandarkan kepada-Nya ...
Nb:
Tanggal 6 maret 2022, total pengunjung 1 jt.

الحمد لله ربّ العالمين


Tidak ada komentar:

Posting Komentar