Senin, 18 Januari 2016

Bersyukur dengan Mengucapkan Terimakasih bagi si Pemberi

Kadangkala kita kurang bersyukur ...
Banyaklah bersyukur dng memberi ...
Orang yang diberi pasti akan mengucapkan "terimakasih"
Namun sepatutnyalah kita (pemberi) juga mengucapkan terimakasih atau sama², kenapa?
1. Menjadikan kita, bukan termasuk orang kikir
2. Menjauhkan kita dari adzab Allah
3. Berharap semoga Allah meridloi dan mengampuni dosa² kita

4. Mengharapkan pahala terbaik yakni Surga, dan berharap dijauhkan dari Neraka

Inilah makna bagi si pemberi mengapa sebaiknya ia juga mengucapkan "terimakasih", "Alhamdulillah" atau " sama² " ...
Tidakkah ke 4 yg disebutkan diatas jauh lebih baik dari apa yang telah kita berikan?
Sehingga tidaklah pantas bagi pemberi apabila malah menyakiti hati orang yg diberi, padahal, pahala yang didapat jauh lebih baik ...

--------------------------
QS 2. Al Baqarah:262

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَآ أَنْفَقُواْ مَنًّا وَلاَ أَذًى لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

QS 2. Al Baqarah:264

يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلأَْذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلأَْخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَٱللَّهُ لاَ يَهْدِي ٱلْقَوْمَ ٱلْكَـٰفِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir[Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat]."
-----------------
Takutlah pada suatu hari, yang kita tidak dapat bersedekah kepada siapapun juga, karena sudah kayanya masyarakat ...
Sehingga kita tidak dapat melaksakan perintah Allah mengenai mengeluarkan Zakat dan Sedekah ...

(Silahkan membaca artikel sebelumnya, yg berjudul:
Beberapa Dalil Mengenai Hukum Meninggalkan Zakat)
  • Hadis riwayat Abu Musa Radhiyallahu’anhu: Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam, beliau bersabda: Pasti akan datang kepada manusia suatu zaman, di mana seseorang berkeliling membawa sedekah emas, lalu ia tidak menemukan seorang pun yang mau mengambilnya. Dan terlihat seseorang diikuti oleh empat puluh orang wanita yang berlindung kepadanya karena sedikitnya kaum lelaki dan banyaknya kaum wanita. (Shahih Muslim No.1680) 
------------------

QS 92. Al Lail:1-21
وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ 
 وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ
 وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلاٍّنثَىٰۤ
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ
وَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰ
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَٱسْتَغْنَىٰ
وَكَذَّبَ بِٱلْحُسْنَىٰ
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
وَمَا يُغْنِى عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّىٰ
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَىٰ
وَإِنَّ لَنَا لَلأَْخِرَةَ وَٱلاُْولَىٰ
فَأَنذَرْتُكُمْ نَاراً تَلَظَّىٰ
لاَ يَصْلَـٰهَآ إِلاَّ ٱلأَْشْقَى
ٱلَّذِى كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ
وَسَيُجَنَّبُهَا ٱلأَْتْقَى
ٱلَّذِى يُؤْتِى مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ
وَمَا لأَِحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَىٰ
إِلاَّ ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِ ٱلأَْعْلَىٰ
وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ

1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
2. dan siang apabila terang benderang,
3. dan penciptaan laki-laki dan perempuan,  
4. sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. 
5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 
6. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),  
7. maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. 
8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup[Yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya]
9. serta mendustakan pahala terbaik,
10. maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
11. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.
12. Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk,  
13. dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia
14. Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
15. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka
16. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu
18. yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,  
19. padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.
21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.  


Dalam Tafsir Jalalain:
1.Demi malam apabila menutupi semua apa yang ada di langit dan di bumi dengan kegelapannya.
2.Dan siang apabila terang benderang apabila menampilkan dirinya. (Lafal Idzaa yang ada pada dua tempat di atas hanya menunjukkan makna Zharaf atau waktu. Sedangkan yang menjadi Amilnya adalah Fi'il Qasam.) 
3.Dan apa, lafal Maa di sini bermakna Man, yakni manusia; atau dianggap sebagai Maa Mashdariyah (yang Dia telah menciptakannya, yaitu laki-laki dan perempuan) yang dimaksud adalah Adam dan Hawa, demikian pula setiap laki-laki dan perempuan lainnya. Adapun banci/wadam yang tidak dapat diketahui apakah ia sebagai laki-laki atau perempuan di sisi Allah swt., maka jika seseorang yang bersumpah bahwa dia tidak akan berbicara dengan siapa pun baik laki-laki atau perempuan, lalu dia berbicara dengan orang banci, maka dia dianggap telah melanggar sumpahnya itu.
4.Sesungguhnya usaha kalian atau kerja kalian memang berbeda-beda, beraneka macam; ada orang yang beramal atau bekerja untuk mendapatkan surga, dengan cara menempuh jalan ketaatan; dan ada pula orang yang beramal atau bekerja untuk neraka, dengan cara menempuh jalan kemaksiatan. 
5.Adapun orang yang memberikan / menginfakkan hartanya di jalan Allah dan bertakwa kepada Allah.
6.Dan membenarkan perkara yang baik yaitu makna yang terkandung di dalam lafal Laa Ilaaha Illallaah yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Dengan kata lain, bahwa infak di jalan Allah yang dilakukannya dan bertakwa kepada-Nya yang dijalankannya itu tiada lain berangkat dari keimanannya kepada kalimat Laa Ilaaha Illallaah.
7.Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya tempat yang mudah yaitu surga.
8.Dan adapun orang yang bakhil, tidak mau menginfakkan hartanya di jalan Allah dan merasa dirinya cukup, artinya tidak membutuhkan pahala-Nya.
9.Serta mendustakan perkara yang baik.
10.Maka kelak Kami akan menyediakan baginya (tempat yang sukar) yaitu neraka.
11.Dan tiadalah, huruf Maa di sini bermakna Nafi yakni tidaklah berguna bagi dirinya harta miliknya apabila ia telah terjerumus ke dalam neraka.
12.Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk) untuk membedakan antara jalan hidayah dan jalan kesesatan; dimaksud supaya ia mengerjakan perintah Kami dengan menempuh jalan yang pertama, dan ia Kami larang dari menempuh jalan yang kedua.
13.Dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia, maka barang siapa yang mencari keduanya tanpa meminta kepada Kami berarti dia telah sesat jalan.
14.Maka Kami memperingatkan kalian, maksudnya Kami pertakuti kalian hai penduduk Mekah, dengan neraka yang menyala-nyala, (asal kata Talazhzhaa adalah Tatalazhzhaa, kemudian salah satu di antara kedua huruf Ta dibuang, sehingga jadilah Talazhzhaa. Akan tetapi ada juga suatu qiraat yang membaca sesuai dengan huruf asalnya.)
15.Tidak ada yang masuk ke dalamnya atau memasukinya kecuali orang yang celaka (sekalipun lafal Al-Asyqaa ini menunjukkan arti yang paling celaka, akan tetapi makna yang dimaksud ialah orang yang celaka.)
16.Yang mendustakan Nabi saw. dan berpaling dari iman. Pengecualian yang terdapat pada ayat sebelum ayat ini merupakan takwil dari makna yang terkandung di dalam ayat lainnya yaitu, firman-Nya, "dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. An-Nisa, 48) Dengan demikian berarti makna yang dimaksud dengan masuk neraka pada ayat 15 tadi adalah masuk untuk selama-lamanya, yakni untuk menjadi penghuni yang abadi.
17.Dan kelak akan dijauhkan dari neraka itu (dihindarkan daripadanya) orang yang bertakwa (demikian pula lafal Al-Atqaa, sekalipun menunjukkan makna Tafdhil, tetapi makna yang dimaksud adalah At-Taqiyyu, yakni orang yang bertakwa.)
18.Yang menafkahkan hartanya untuk membersihkannya, untuk membersihkannya di sisi Allah swt. seumpamanya dia mengeluarkannya bukan karena ria atau pamer dan gengsi, maka setelah itu harta yang dimilikinya menjadi bersih di sisi-Nya nanti. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. yaitu sewaktu ia membeli Bilal yang sedang disiksa oleh majikannya karena beriman. Setelah membelinya lalu langsung memerdekakannya. Pada saat itu juga orang-orang kafir mengatakan, bahwa tiada lain Abu Bakar melakukan hal tersebut karena ia telah berutang jasa kepadanya. Maka pada saat itu turunlah ayat ini.
19.Padahal tidak ada seseorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
20.Melainkan hanya semata-mata karena mencari keridaan Rabbnya Yang Maha Tinggi, artinya dia memberikan hartanya itu hanya karena mengharapkan pahala Allah.
21.Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan dari pahala pemberiannya itu di surga nanti. (Makna ayat ini mencakup pula setiap orang yang mengerjakan amal perbuatan seperti yang telah dilakukan oleh Abu Bakar r.a. Kelak dia akan dijauhkan dari neraka dan mendapatkan pahala yang berlimpah)
--------------------

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke rumah tetangganya seorang fakir yang banyak anaknya. Tiap kali pemilik kurma itu memetik buahnya ia memetiknya dari rumah tetangganya, dan apabila ada kurma jatuh dan dipungut oleh anak-anak itu, ia segera turun dan merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk ke mulut anak-anak itupun dipaksa dikeluarkannya.

Orang fakir itu mengadukan hal itu kepada Nabi saw. dan beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Rasulullah saw. bertemu dengan pemilik kurma itu dan bersabda: "Berikanlah kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si Anu, dan bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga." Pemilik pohon kurma itu berkata: "Hanya sekian tawaran tuan?" Aku mempunyai banyak pohon kurma dan pohon kurma yang diminta itu paling baik buahnya." Pemilik pohon kurma itu pergi. Pembicaraan dengan Nabi saw. itu terdengar oleh seorang Dermawan yang langsung menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: "Apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku, jika pohon kurma itu telah menjadi milikku?" Rasulullah menjawab: "Ya." Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma itu. Pemilik pohon kurma itu berkata: "Apakah engkau tahu bahwa Muhammad saw. menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku? Dan bahwa aku telah mencatat tawarannya, akan tetapi buahnya sangat mengagumkan, padahal aku banyak mempunyai pohon kurma, dan tidak ada satupun pohon yang selebat itu." Maka berkata orang dermawan itu: "Apakah kau mau menjualnya." Ia menjawab: "Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memenuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang sanggup." Dermawan itu berkata lagi: "Berapa yang engkau inginkan?" Ia berkata: "Aku inginkan empat puluh pohon kurma." Ia pun terdiam kemudian berkata lagi: "Engkau minta yang bukan-bukan, baik aku berikan empat puluh pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jika engkau benar mau menukarnya." Ia memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu.

Dermawan itu pun menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: "Ya Rasulullah! Pohon kurma itu telah menjadi milikku dan akan aku serahkan kepada tuan." Maka berangkatlah Rasulullah saw. kepada pemilik yang fakir itu dan bersabda: "Ambillah pohon kurma ini untukmu dan keluargamu." Maka turunlah ayat ini (S.92:1-akhir surat) yang membedakan kedudukan dan akibat orang yang bakhil dengan orang dermawan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan yang lainnya dari al-Hakam bin Abban dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

 

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) berkata kepda Abu Bakar: "Aku melihat engkau memerdekakan hamba-hamba yang lemah. Sekiranya engkau memerdekakan hamba-hamba yang kuat, pasti mereka akan membelamu dan mempertahankanmu, hai anakku." Abu Bakar menjawab: "Wahai Bapakku, aku mengharap apa yang ada di sisi Allah." Maka turunlah ayat-ayat yang berkenaan dengan Abu Bakar ini (S.92:5-21) (Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Amir bin Abdllah bin Zubair yang bersumber dari bapaknya bernama Zubair.)
 

Abu Bakar telah memerdekakan 7 budak yg dimiliki orang kafir yg telah disiksa karena mempertahankan keimanannya. Padahal ke-7 budak itu tdk pernah memiliki budi/kebaikan yg harus dibalas oleh Abu Bakar.
Selain itu budak2 itu amatlah lemah, yg kalau dibebaskan, tdk akan memberikan manfaat kepada Abu Bakar ...

Melihat hal itu ayah Abu Bakar bertanya kepadanya (kalau perbuatannya itu tidak akan menguntungkan Abu Bakar di dunia ini) ...

Dan Abu Bakar menjawab,"Wahai Bapakku, aku mengharap apa yang ada di sisi Allah ..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar