Senin, 26 Oktober 2015

Misteri Bangunan Piramida, Al-Qur’an Ternyata Lebih Dulu Punya Jawaban

BANGUNAN menjulang berbentuk segitiga itu, diyakini memiliki beragam analisis tentang misteri konstruksinya. Dibangun pada masa kekuasaan Firáun Khufu pada tahun 2560 SM, rupa-rupanya kontraversi masih terus berlanjut hingga akhir abad ke-19.

Logika para ilmuwan pun bingung menangkap bagaimana sebuah piramida dibangun? Hal ini karena teknologi mengangkat batu-batu besar yang bisa mencapai ribuan kilogram ke puncak-puncak bangunan belum ditemukan di zamannya. Apa rahasia di balik pembangunan piramida ini?

Koran Amerika Times edisi 1 Desember 2006, menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian tersebut disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat piramida adalah tanah liat yang dipanaskan hingga membentuk batu keras yang sulit dibedakan dengan batu aslinya.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Sunnahnya Berpuasa di Bulan Muharram

Sekedar mengingatkan >>>

Dari Abu Hurairah r.a., katanya :
"Ditanyakan kepada Rasululloh SAW. : " Sholat apakah yang lebih utama setelah sholat fardlu ?". Kata Nabi SAW : " Yaitu sholat tengah malam ". Tanya mereka lagi: "Puasa apakah yang lebih utama setelah puasa Romadlon ?". Ujar Nabi SAW. : " Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharrom ".
(Riwayat Ahmad, Muslim dan Abu Dawud)

Jumat, 16 Oktober 2015


*BULAN SHAFAR AWAL SAKITNYA NABI MUHAMMAD SHALLALLAH ALAIHI WASALLAM* 


Wafatnya Nabi ﷺ


Bermulanya Sakit


Pada hari Senin, tanggal 29 bulan Shafar tahun 11 H, Rasulullah ﷺ menghadiri pemakaman di Baqi‘. Ketika beliau pulang dan masih berada di jalan, beliau merasakan sakit kepala yang hebat, dan panas badannya meningkat, sampai para sahabat dapat merasakan panas tersebut di atas kain pembalut kepala beliau.


Rasulullah ﷺ tetap mengimami shalat dalam keadaan sakit selama sebelas hari, sedangkan total hari sakit beliau adalah tiga belas atau empat belas hari.


Pekan Terakhir


Sakit Rasulullah ﷺ semakin berat, beliau mulai bertanya kepada para istrinya:


> "أين أنا غدًا؟ أين أنا غدًا؟"

"Besok aku di rumah siapa? Besok aku di rumah siapa?"


Yang beliau maksud adalah hari giliran ‘Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā. Lalu para istri beliau mengizinkan untuk tinggal di mana beliau mau, maka beliau pun tinggal di rumah ‘Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā sampai wafat di sana

(HR. al-Bukhārī no. 4450).


‘Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā membacakan doa-doa dan surat-surat perlindungan (al-Mu‘awwidzāt) yang ia pelajari dari Rasulullah ﷺ, lalu meniupkannya dan mengusapkan tangan beliau ke tubuh beliau sendiri untuk mencari berkahnya.


Lima Hari Sebelum Wafat


Hari Rabu, lima hari sebelum wafat, panas badan beliau meningkat, rasa sakit semakin kuat, dan beliau pingsan. Beliau bersabda:


"صُبُّوا عَلَيَّ سَبْعَ قِرَبٍ مِنْ سَبْعِ آبارٍ شَتَّى، حَتَّى أَخْرُجَ إِلَى النَّاسِ فَأُعَهِّدَ إِلَيْهِمْ"

"Siramilah aku dengan tujuh qirbah air dari tujuh sumur yang berbeda, agar aku bisa keluar menemui manusia dan berwasiat kepada mereka."

(HR. al-Bukhārī no. 4442; Muslim no. 418)


Maka beliau didudukkan di bak milik Hafshah raḍiyallāhu ‘anhā, dan disiram air hingga beliau merasakan agak ringan, lalu keluar menuju masjid dengan kepala terbalut, duduk di mimbar dan berkhutbah:


"لعنةُ اللهِ على اليهودِ والنصارى اتخذوا قبورَ أنبيائِهم مساجد"

"Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid"

(HR. al-Bukhārī no. 4443; Muslim no. 529).


Beliau juga berdoa:


"اللَّهُمَّ لا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَد"

"Ya Allah, jangan jadikan kuburanku berhala yang disembah"

(Diriwayatkan Mālik dalam al-Muwaṭṭa’ no. 414; dishahihkan al-Albānī).


Kemudian beliau berwasiat tentang kaum Anshar:


"أوصيكم بالأنصارِ، فإنهم كَرِشِي وعَيْبَتِي، وقد قضَوا الذي عليهم، وبقي الذي لهم، فاقبلوا من محسنهم وتجاوزوا عن مسيئهم"

"Aku berwasiat kepada kalian agar berbuat baik kepada Anshar, karena mereka adalah penolong dan penyimpan rahasiaku. Mereka telah menunaikan kewajiban mereka, dan tersisa hak mereka. Terimalah kebaikan mereka dan maafkan kesalahan mereka"

(HR. al-Bukhārī no. 2801; Muslim no. 2510)


Beliau juga bersabda tentang Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu:


"إنَّ أَمَنَّ الناسِ عليَّ في صُحبَتِه ومالِه أبو بكرٍ، ولو كنتُ متخذًا خليلًا غيرَ ربِّي لاتخذتُ أبا بكرٍ، ولكن أخوَّةُ الإسلامِ ومودتُه، لا يبقَيَنَّ في المسجدِ بابٌ إلا سُدَّ إلا بابَ أبي بكرٍ"

"Orang yang paling besar jasanya kepadaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil seorang khalil selain Rabb-ku, pasti aku akan memilih Abu Bakar. Tetapi persaudaraan Islam dan kasih sayangnya sudah cukup. Janganlah tersisa pintu yang terbuka ke masjid kecuali harus ditutup, kecuali pintu Abu Bakar"

(HR. al-Bukhārī no. 3904; Muslim no. 2382)


Empat Hari Sebelum Wafat


Hari Kamis, empat hari sebelum wafat, rasa sakit beliau semakin berat. Beliau bersabda:


"هَلُمَّ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ"

"Kemarilah, akan kutuliskan untuk kalian sebuah kitab yang kalian tidak akan tersesat setelahnya."


Lalu ‘Umar raḍiyallāhu ‘anhu berkata: "Sesungguhnya Nabi ﷺ telah dikuasai sakit, dan di hadapan kita ada Kitabullah, maka cukuplah bagi kita Kitab Allah." Terjadilah perselisihan di antara mereka, sebagian berkata: "Dekatkanlah, agar beliau menulis untuk kalian kitab tersebut," dan sebagian berkata seperti perkataan ‘Umar. Ketika perdebatan dan suara mulai meninggi di hadapan beliau, Rasulullah ﷺ bersabda:


"قُومُوا عَنِّي"

"Bangkitlah kalian dariku!"


Hari itu beliau berwasiat tiga hal:

1. "أَخْرِجُوا المشركين من جزيرة العرب"

 — "Usirlah orang-orang musyrik dari Jazirah Arab"

2. "وأجيزوا الوفدَ بنحو ما كنتُ أجيزهم" — 

"Berilah hadiah kepada para utusan sebagaimana aku memberinya."


3. Wasiat ketiga dilupakan oleh perawi. Ada yang mengatakan itu adalah wasiat berpegang pada Kitab dan Sunnah, atau menjalankan pasukan Usamah, atau wasiat tentang shalat dan hamba sahaya.

(HR. al-Bukhārī no. 4431; Muslim no. 1637)


Hari itu juga, Nabi ﷺ masih mengimami shalat hingga Maghrib. Dari Ummul-Fadhl binti al-Harits raḍiyallāhu ‘anhā:


"سمعتُ النبيَّ ﷺ يقرأ في المغرب بالمرسلات عُرفًا، ثم ما صلى لنا بعدها حتى قبضه الله"

"Aku mendengar Nabi ﷺ membaca surat al-Mursalāt dalam shalat Maghrib. Setelah itu, beliau tidak lagi shalat bersama kami hingga Allah mewafatkannya."

(HR. al-Bukhārī no. 763; Muslim no. 462)


Tiga Hari Terakhir


Sakit beliau semakin berat sehingga tidak sanggup lagi ke masjid. Beliau bertanya:


"أَصَلَّى الناسُ؟"

"Apakah orang-orang sudah shalat?"


Mereka menjawab: "Belum, mereka menunggumu." Beliau meminta air untuk mandi, namun setiap kali mencoba berdiri, beliau pingsan. Hingga tiga kali terjadi demikian.


Akhirnya beliau memerintahkan agar Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu mengimami shalat. Abu Bakar berkata kepada ‘Umar: "Shalatlah engkau mengimami mereka." Namun ‘Umar berkata: "Engkau lebih berhak." Maka Abu Bakar pun mengimami selama hari-hari itu.


Suatu siang, Rasulullah ﷺ merasakan agak ringan, lalu keluar diapit oleh al-‘Abbās raḍiyallāhu ‘anhu dan seorang sahabat lain menuju shalat Zhuhur. Abu Bakar hendak mundur, namun Nabi ﷺ memberi isyarat agar tetap di tempat, lalu beliau duduk di samping Abu Bakar. Abu Bakar shalat mengikuti Nabi ﷺ, sedangkan para sahabat mengikuti Abu Bakar.

(HR. al-Bukhārī no. 687; Muslim no. 418)


Dalam riwayat lain, ‘Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā berkata: "Aku berkata: Sesungguhnya Abu Bakar adalah lelaki yang lembut hati, bila berdiri di tempatmu, ia akan menangis dan tidak bisa membaca." Namun Nabi ﷺ bersabda:


"مُرُوا أبا بكرٍ فليصلِّ بالناس"

"Perintahkan Abu Bakar untuk mengimami shalat."


Ketika ia mengulanginya, beliau bersabda:


"إنكن صواحبُ يوسف"

"Kalian ini seperti wanita-wanita di zaman Yusuf."

(HR. al-Bukhārī no. 713; Muslim no. 418)


Sehari Sebelum Wafat


Hari Ahad, sehari sebelum wafat, Nabi ﷺ memerdekakan budak-budaknya, menyedekahkan tujuh dinar yang tersisa, memberikan senjatanya kepada kaum Muslimin, dan baju besinya masih tergadai kepada seorang Yahudi dengan tiga puluh sha‘ gandum.

(HR. al-Bukhārī no. 2916)


Hari Wafat


Pagi hari Senin, kaum Muslimin sedang shalat Subuh dipimpin Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu. Tiba-tiba Rasulullah ﷺ menyingkap tirai kamar ‘Aisyah dan memandang mereka dalam shaf shalat, sambil tersenyum. Abu Bakar hendak mundur karena menyangka beliau akan keluar, namun beliau memberi isyarat agar melanjutkan shalat. Lalu beliau menutup kembali tirai itu.

(HR. al-Bukhārī no. 4448; Muslim no. 419)


Menjelang siang, beliau memanggil Fathimah raḍiyallāhu ‘anhā dan membisikkan sesuatu hingga ia menangis, lalu membisikkannya lagi hingga ia tersenyum. Setelah wafat, Fathimah berkata: "Beliau memberitahuku bahwa beliau akan wafat, lalu aku menangis. Kemudian beliau memberitahuku bahwa aku akan menjadi orang pertama dari keluarganya yang menyusul, maka aku tersenyum."

(HR. al-Bukhārī no. 6286; Muslim no. 2450)


Ketika sakit makin berat, beliau berkata kepada Fathimah:


"ليس على أبيكِ كَربٌ بعد اليوم"

"Tidak ada lagi penderitaan bagi ayahmu setelah hari ini."

(HR. al-Bukhārī no. 4462)


Beliau memanggil Hasan dan Husain, menciumnya, dan berwasiat tentang keduanya. Beliau juga menasehati para istrinya. Sakitnya semakin berat, hingga beliau bersabda:


"يا عائشةُ، إني أَجِدُ أَلَمَ الطعامِ الذي أكلتُ بخيبر، فهذا أوانُ انقطاعِ أبهري من ذلك السمِّ"

"Wahai ‘Aisyah, aku masih merasakan sakit akibat makanan yang aku makan di Khaibar. Kini saatnya terputus urat nadiku karena racun itu."

(HR. al-Bukhārī no. 4428)


Sakaratul Maut


‘Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā berkata: "Termasuk nikmat Allah bagiku adalah Rasulullah ﷺ wafat di rumahku, pada hariku, di antara dada dan leherku, dan Allah menggabungkan ludahku dengan ludah beliau."


Abdurrahman bin Abu Bakar masuk membawa siwak, beliau melihatnya dan mengisyaratkan untuk memakainya. ‘Aisyah melunakkannya untuk beliau. Beliau lalu menggosok gigi, mencelupkan tangan ke air dan mengusap wajah sambil berkata:


"لا إله إلا الله، إن للموت سكرات"

"Tiada Tuhan selain Allah, sesungguhnya kematian itu memiliki sakarat."


Kemudian beliau mengangkat tangan dan berkata:


"في الرفيق الأعلى"

"Ke dalam (perjumpaan dengan) Ar-Rafiq al-A‘lā"


Beliau mengulanginya tiga kali, lalu tangan beliau terkulai dan beliau pun wafat.

(HR. al-Bukhārī no. 4449, 4440; Muslim no. 2443-2444)


Reaksi Para Sahabat


Setelah Nabi ﷺ wafat, kaum Muslimin diliputi kesedihan yang sangat mendalam. ‘Umar bin al-Khaththab raḍiyallāhu ‘anhu berdiri dan berkata:


"إن رجالاً من المنافقين يزعمون أن رسول الله ﷺ قد تُوفي، وإنه والله ما مات، ولكنه ذهب إلى ربه كما ذهب موسى بن عمران، فغاب عن قومه أربعين ليلة، ثم رجع بعد أن قيل قد مات، والله ليرجعن رسول الله ﷺ كما رجع موسى، فليقطعن أيدي رجال وأرجلهم زعموا أنه مات"

"Sesungguhnya sebagian orang munafik mengira Rasulullah ﷺ telah wafat. Demi Allah, beliau tidak wafat, namun pergi kepada Rabb-nya sebagaimana Musa bin ‘Imran pergi, lalu ia ghaib dari kaumnya selama empat puluh malam, kemudian kembali setelah dikatakan ia telah wafat. Demi Allah, Rasulullah ﷺ pasti akan kembali sebagaimana Musa kembali, lalu beliau akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengira beliau wafat."

(HR. al-Bukhārī no. 4454)


Khutbah Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu


Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu datang dari Sunh (pinggiran Madinah), lalu masuk menemui Nabi ﷺ. Beliau menyingkap kain dari wajah beliau, lalu menciumnya dan berkata:


"بأبي أنت وأمي، طِبتَ حيًّا وميتًا، والذي نفسي بيده، لا يذيقك الله الموتتين أبدًا"

"Demi ayah dan ibuku, engkau tetap harum (mulia) saat hidup maupun wafat. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Allah tidak akan mempertemukan engkau dengan dua kematian selamanya."

(HR. al-Bukhārī no. 4455; Muslim no. 2444)


Kemudian Abu Bakar keluar menemui orang-orang dan berkata:


"أمَّا بعد، من كان منكم يعبد محمدًا فإن محمدًا قد مات، ومن كان يعبد الله فإن الله حيٌّ لا يموت"

"Amma ba‘d, barang siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Barang siapa menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup, tidak akan mati."


Lalu beliau membacakan firman Allah:


﴿ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ ﴾

(QS. Āli ‘Imrān: 144)


Umar berkata: "Demi Allah, ketika aku mendengarnya, aku tersungkur hingga kakiku lemas, dan aku yakin bahwa Rasulullah ﷺ benar-benar telah wafat."

(HR. al-Bukhārī no. 4454; Muslim no. 2441)


Pemakaman


Jenazah Nabi ﷺ dimandikan oleh ‘Ali bin Abi Thalib raḍiyallāhu ‘anhu, al-‘Abbās raḍiyallāhu ‘anhu, al-Fadhl bin al-‘Abbās raḍiyallāhu ‘anhu, Qutham bin al-‘Abbās raḍiyallāhu ‘anhu, dan dibantu oleh Usāmah bin Zaid raḍiyallāhu ‘anhu serta Shaqran maula Rasulullah ﷺ.


Beliau dimakamkan di tempat wafatnya, yaitu di rumah ‘Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā. Penguburan selesai pada malam Rabu.

(HR. Ibn Mājah no. 1628; hadits hasan)


Kemudian, kami mempersaksikan kepada Allah bahwa Rasul-Nya ﷺ telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya hingga datang kepadanya ajal yang pasti. Beliau telah meninggalkan kami di atas jalan yang putih bersih, malamnya bagaikan siangnya, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali binasa. Tidak ada satu pintu kebaikan pun kecuali beliau telah menunjukkan kami kepadanya, dan tidak ada satu pintu keburukan pun kecuali beliau telah memperingatkan kami darinya.


Ya Allah, balaslah beliau untuk kami dengan balasan terbaik yang pernah Engkau berikan kepada seorang nabi atas umatnya, dan seorang rasul atas jalan dan risalahnya. Ya Allah, kumpulkanlah kami dalam golongannya, dan jangan pisahkan antara kami dengannya hingga Engkau masukkan kami ke tempat masuknya. Āmīn… Āmīn.

Senin, 12 Oktober 2015

Sakit Dan Wafatnya Nabi






Menceriterakan sakit dan wafatnya Nabi; termasuk sejarah nabi-nabi palsu diawal sejarah Islam dan penunjukkan Abu Bakr untuk menjadi imam sholat

Rencana ekspedisi ke Rumawi         
IBADAH haji perpisahan kini sudah selesai, dan sudah tiba pula saatnya puluhan ribu orang yang menyertai Nabi dalam ibadah ini akan pulang ke rumah masing-masing. Penduduk Najd pulang mendaki dataran tinggi, penduduk Tihama ke daerah pantai dan penduduk Yaman dan Hadzramaut serta daerah-daerah sekitarnya menuju arah selatan. Nabi dan sahabat-sahabat pun bertolak menuju Medinah.

Kamis, 08 Oktober 2015

Ibadah Haji Perpisahan







Muhammad dan Ahli Kitab         
SEJAK Ali b. Abi Talib membacakan awal Surah Bara'ah kepada orang-orang yang pergi haji, yang terdiri dari orang-orang Islam dan musyrik, waktu Abu Bakr memimpin jemaah haji, dan sejak ia mengumumkan kepada mereka atas perintah Muhammad waktu mereka berkumpul di Mina, bahwa orang kafir tidak akan masuk surga, dan sesudah tahun ini orang musyrik tidak boleh lagi naik haji, tidak boleh lagi bertawaf di Ka'bah dengan telanjang, dan barangsiapa terikat oleh suatu perjanjian dengan Rasulullah s.a.w. itu tetap berlaku sampai pada waktunya - sejak itu pula orang-orang musyrik penduduk jazirah Arab semua yakin sudah, bahwa buat mereka tak lagi ada tempat untuk terus hidup dalam paganisma. Dan kalau masih juga mereka melakukan itu, ingatlah, akan pengumuman perang dari Allah dan RasulNya. Hal ini akan berlaku buat penduduk daerah selatan jazirah Arab, yaitu Yaman dan Hadzramaut; sebab buat daerah Hijaz dan sekitarnya sampai ke utara mereka sudah masuk Islam dan bernaung di bawah bendera agama baru ini. Di bagian selatan itu sebenarnya masih terbagi antara penganut paganisma, dengan penganut Kristen. Tetapi orang-orang pagan ini kemudian menerima juga, seperti yang sudah kita lihat di atas. Secara berbondong bondong mereka masuk Islam, mereka mengirim utusan ke Medinah, dan Nabi pun menyambut mereka dengan sangat baik sekali, yang kiranya membuat mereka lebih gembira lagi menerima Islam. Sebagian besar mereka kembali ke daerah kekuasaan mereka masing-masing dan ini membuat mereka lebih cinta lagi kepada agama baru ini.

Mengenai Ahli Kitab yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, ayat-ayat yang telah dibacakan oleh Ali dari Surah At-Taubah demikian bunyinya:

"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak pula beragama menurut agama yang benar, yaitu orang-orang yang sudah mendapat Al-Kitab, sampai mereka membayar. jizya dengan patuh dalam keadaan tunduk."1 sampai kepada firman Tuhan:

Selasa, 06 Oktober 2015

Tahun Perutusan






Pengaruh Tabuk         
DENGAN berakhirnya ekspedisi ke Tabuk itu maka ajaran Islam sudah selesai tersebar ke seluruh jazirah Arab. Muhammad sudah aman dari setiap serangan yang datang dari luar. Sebenarnya, begitu Muhammad kembali ke Medinah dari perjalanan ekspedisi itu, semua penduduk jazirah yang masih berpegang pada kepercayaan syirik, sekarang sudah mulai berpikir-pikir. Meskipun kaum Muslimin yang telah ikut menemani Muhammad dalam perjalanan ke Syam itu cukup mengalami pelbagai macam kesukaran, memikul segala penderitaan karena haus dan panas musim yang begitu membakar, namun mereka kembali dengan hati kesal, sebab mereka tidak jadi berperang, tidak membawa rampasan perang, karena pihak Rumawi menarik pasukannya hendak bertahan dalam benteng-benteng di pedalaman Syam. Akan tetapi penarikan mundur ini sebenarnya telah meninggalkan kesan yang dalam sekali dalam hati kabilah-kabilah bagian selatan - di Yaman, Hadzramaut dan 'Umman (Oman). Bukankah pasukan Rumawi itu juga yang telah mengalahkan Persia, telah mengambil kembali Salib Besar, kemudian membawanya kembali ke Yerusalem dalam suatu upacara besar-besaran? Sedang Persia, waktu itu dalam waktu yang cukup lama merupakan penguasa yang perkasa atas wilayah Yaman dan daerah-daerah sekitarnya itu.