Hawa-nafsu dalam bahasa Arab:
Hawa (الهوى): sangat cinta; kehendak
Nafsu (النفس): roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera;
Hawa-nafsu biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh.
Sesungguhnya manusia adalah makhluq yang unik. Hampir tidak ada bandingannya dengan makhluk lainnya. Hewan dikaruniai nafsu saja, namun akal tidak punya. Malaikat malah tidak dikaruniai nafsu sama sekali, walaupun bisa merubah wujudnya menjadi manusia yang sangat tampan. Sedangkan bangsa Jin, nafsu punya, akal juga punya, namun badan/tubuh mereka tidak sebaik manusia.
Yang namanya Manusia itu pasti terdiri dari 3, yakni, Nafsu, Akal dan Tubuh manusia. Jika Hanya nafsu, namanya hewan. Jika hanya Akal, namanya Malaikat, dan jika Punya Akal dan Nafsu saja, namanya bangsa Jin ....
Nafsu bisa beraneka macam, ada nafsu amarah, nafsu makan-minum, nafsu biologis, nafsu terhadap harta-benda, dan nafsu2 lainnya. Kecenderungan nafsu adalah mengarah kepada perbuatan yang buruk dan tercela. Sehingga default dari nafsu adalah sesuatu yang buruk dan mengarah kepada kejahatan.
Seperti dalam Surat Yusuf Ayat 53
۞ وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Sedangkan nafsu yang terkendali (bukan dimatikan ataupun juga bukan dibinasakan), nafsu yang tenang, penuh rasa tawakkal, dan ridha dengan semua ketetapan Allah, bisa menjadikan kebaikan yang luar-biasa, dimana nafsu tersebut tidak akan disentuh rasa duka yang mendalam, sedih ataupun cemas. Justru nafsu tersebut akan mendorong untuk selalu berbuat baik. Nafsu tersebut akan mendorong dirinya untuk suka berderma dengan ikhlas, mendorongnya untuk selalu pergi ke Masjid, mendorongnya untuk selalu menolong orang lain dalam kebaikan dan masih banyak kebaikan lainnya lagi bisa dilakukan karena dorongan nafsu yang baik, tenang dan terkendali.
Nafsu yang baik adalah nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT ...
Seperti disebutkan dalam Surat Al-Fajr:
Ayat 27
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
Hai jiwa yang tenang.
Ayat 28
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Ayat 29
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
Ayat 30
وَادْخُلِي جَنَّتِي
masuklah ke dalam surga-Ku.
Bagaimanakah nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT ...?
Yakni nafsu yang menjadikan hamba itu:
1. Beriman
2. Khusyu' dalam sholat
3. Menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
4. Menunaikan zakat
5. Menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Dan barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (nafsunya).
6. Memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
7. Memelihara sholatnya tepat waktu dan berjamaah di Masjid bagi laki2.
Terdapat pada Surat Al-Mu’minun:
Ayat 1:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
Ayat 2
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya,
Ayat 3
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
Ayat 4
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
dan orang-orang yang menunaikan zakat,
Ayat 5
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
Ayat 6
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Ayat 7
فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Ayat 8
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Ayat 9
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
dan orang-orang yang memelihara sholatnya.
Ayat 10
أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
Ayat 11
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Bukankah Allah telah menurunkan Al Quran dengan perintah2 dan larangan yang sangat jelas ...?
Allah menghendaki kebaikan dan bukan keburukan ...
Silahkan menyalurkan nafsu biologis, namun harus dengan pernikahan yang sah, menurut Agama.
Silahkan makan dan minum dengan bebas, asalkan bukan makanan/minuman yang diharamkanNya, dan tidak berlebihan ...
Silahkan mencari karuniaNya di Bumi ini, asalkan bukan rejeki yang haram, dan tidak meninggalkan perintahNya dalam mencari karuniaNya ...
Itulah kehidupan Dunia, masih dibatasi dengan segala sesuatu yang memang dilarang oleh Allah ...
Baru nanti setelah di Surga, hampir2 semua batasan tersebut dihilangkan, sebagai balasan kepatuhan makhluqNya ketika di Dunia ...
Allah tidak mengijinkan makhlukNya untuk membunuh/mematikan nafsunya, namun Allah menghendaki pengendalian nafsu makhluqNya yang sesuai dengan perintahNya ...
Itulah nafsu yang patuh kepadaNya, nafsu yang mencintai Allah, yang ridlo kepada Allah, dan Allah juga mencintai dan meridloi mereka ...
Allah akan membalas bagi para makhluqNya yang nafsunya terkendali sesuai dengan perintahNya dengan Surga/Jannah, dan sebaliknya, bagi makhluqNya yang tidak sudi mengendalikan nafsunya, akan dibalas dengan Neraka ...
Hawa (الهوى): sangat cinta; kehendak
Nafsu (النفس): roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera;
Hawa-nafsu biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh.
Sesungguhnya manusia adalah makhluq yang unik. Hampir tidak ada bandingannya dengan makhluk lainnya. Hewan dikaruniai nafsu saja, namun akal tidak punya. Malaikat malah tidak dikaruniai nafsu sama sekali, walaupun bisa merubah wujudnya menjadi manusia yang sangat tampan. Sedangkan bangsa Jin, nafsu punya, akal juga punya, namun badan/tubuh mereka tidak sebaik manusia.
Yang namanya Manusia itu pasti terdiri dari 3, yakni, Nafsu, Akal dan Tubuh manusia. Jika Hanya nafsu, namanya hewan. Jika hanya Akal, namanya Malaikat, dan jika Punya Akal dan Nafsu saja, namanya bangsa Jin ....
Nafsu bisa beraneka macam, ada nafsu amarah, nafsu makan-minum, nafsu biologis, nafsu terhadap harta-benda, dan nafsu2 lainnya. Kecenderungan nafsu adalah mengarah kepada perbuatan yang buruk dan tercela. Sehingga default dari nafsu adalah sesuatu yang buruk dan mengarah kepada kejahatan.
Seperti dalam Surat Yusuf Ayat 53
۞ وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Sedangkan nafsu yang terkendali (bukan dimatikan ataupun juga bukan dibinasakan), nafsu yang tenang, penuh rasa tawakkal, dan ridha dengan semua ketetapan Allah, bisa menjadikan kebaikan yang luar-biasa, dimana nafsu tersebut tidak akan disentuh rasa duka yang mendalam, sedih ataupun cemas. Justru nafsu tersebut akan mendorong untuk selalu berbuat baik. Nafsu tersebut akan mendorong dirinya untuk suka berderma dengan ikhlas, mendorongnya untuk selalu pergi ke Masjid, mendorongnya untuk selalu menolong orang lain dalam kebaikan dan masih banyak kebaikan lainnya lagi bisa dilakukan karena dorongan nafsu yang baik, tenang dan terkendali.
Nafsu yang baik adalah nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT ...
Seperti disebutkan dalam Surat Al-Fajr:
Ayat 27
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
Hai jiwa yang tenang.
Ayat 28
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Ayat 29
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
Ayat 30
وَادْخُلِي جَنَّتِي
masuklah ke dalam surga-Ku.
Bagaimanakah nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT ...?
Yakni nafsu yang menjadikan hamba itu:
1. Beriman
2. Khusyu' dalam sholat
3. Menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
4. Menunaikan zakat
5. Menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Dan barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (nafsunya).
6. Memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
7. Memelihara sholatnya tepat waktu dan berjamaah di Masjid bagi laki2.
Terdapat pada Surat Al-Mu’minun:
Ayat 1:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
Ayat 2
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya,
Ayat 3
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
Ayat 4
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
dan orang-orang yang menunaikan zakat,
Ayat 5
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
Ayat 6
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Ayat 7
فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Ayat 8
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Ayat 9
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
dan orang-orang yang memelihara sholatnya.
Ayat 10
أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
Ayat 11
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Bukankah Allah telah menurunkan Al Quran dengan perintah2 dan larangan yang sangat jelas ...?
Allah menghendaki kebaikan dan bukan keburukan ...
Silahkan menyalurkan nafsu biologis, namun harus dengan pernikahan yang sah, menurut Agama.
Silahkan makan dan minum dengan bebas, asalkan bukan makanan/minuman yang diharamkanNya, dan tidak berlebihan ...
Silahkan mencari karuniaNya di Bumi ini, asalkan bukan rejeki yang haram, dan tidak meninggalkan perintahNya dalam mencari karuniaNya ...
Itulah kehidupan Dunia, masih dibatasi dengan segala sesuatu yang memang dilarang oleh Allah ...
Baru nanti setelah di Surga, hampir2 semua batasan tersebut dihilangkan, sebagai balasan kepatuhan makhluqNya ketika di Dunia ...
Allah tidak mengijinkan makhlukNya untuk membunuh/mematikan nafsunya, namun Allah menghendaki pengendalian nafsu makhluqNya yang sesuai dengan perintahNya ...
Itulah nafsu yang patuh kepadaNya, nafsu yang mencintai Allah, yang ridlo kepada Allah, dan Allah juga mencintai dan meridloi mereka ...
Allah akan membalas bagi para makhluqNya yang nafsunya terkendali sesuai dengan perintahNya dengan Surga/Jannah, dan sebaliknya, bagi makhluqNya yang tidak sudi mengendalikan nafsunya, akan dibalas dengan Neraka ...
Dalam satu hadis, Rasulullah saw bersabda,
عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ لَنَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم: يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ, وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ, وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
"Abdullah Ibnu Mas'ud ra. berkata: ‘Rasulullah saw bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (Muttafaq 'Alaih)
Salah satu cara pengendalian hawa nafsu yang ampuh adalah dengan berpuasa. Minimal mengerjakan dengan sungguh² berpuasa pada bulan Romadlon.
Al-Baqarah 2:183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"(Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu) di antara umat manusia (agar kamu bertakwa) maksudnya menjaga diri dari maksiat, karena puasa itu dapat membendung syahwat yang menjadi pangkal sumber kemaksiatan itu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)
Bagaimana balasan bagi manusia yang mau mengendalikan hawa nafsunya, hingga beriman dan suka berbuat baik?
Al Baqarah 25:
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ
وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.[Kenikmatan di syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani].
Allah juga memberikan balasan, terhadap hamba2Nya yang mencintai harta namun menggunakan hartanya itu dijalan Allah ...
Nafsunya begitu mencintai harta namun menggunakan hartanya itu dijalan Allah ...
Al Furqaan 10:
تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِنْ ذَٰلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا
Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana.
Al Hajj 23:
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا ۖ وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera.
Barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah, atau bahkan menyombongkan dirinya terhadap ayat2 Allah, atau menjadikan ayat2 Allah sebagai bahan olok2an, maka orang seperti ini tidak akan masuk Surga ...
Al A'raaf 40:
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit[doa dan amal mereka tidak diterima oleh Allah] dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum[mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang jarum]. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Sedangkan bagi hamba2Nya yang beriman kepada Allah dan beramal Sholeh, mau mengendalikan nafsunya sesuai dengan perintahNya, maka balasannya adalah Surga ...
Mereka juga tidak berzina, tidak meminum minuman yang memabukkan dan tidak melakukan perbuatan buruk lainnya yang dilarang Allah SWT, ketika masih hidup di Dunia dulu ...
Mereka dibalas dengan Bidadari dan khamr di Surga, yang jauh lebih nikmat dan tidak memabukkan ...
Mereka juga dibalasi dengan kenikmatan yang lainnya, karena perbuatan baik mereka yang mentaati Allah dan RasulNya ...
Al Kahfi 31:
أُولَٰئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ ۚ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا
Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah;
Ingatlah, berzina adalah haram, sedangkan menyalurkan nafsu biologis terhadap pasangan yang sah dalam ikatan perkawinan justru malah berpahala ...
Itulah hukum Allah ...! Dan tidak ada perubahan dalam hukumNya ...
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershodaqaoh? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh“. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”. (HR. Muslim no. 2376)
Jangan mengolok2 hukum Allah ...
Karena balasanNya sangatlah pedih, begitu juga sebaliknya, bagi yang patuh kepadaNya ...
Tentu akan mendapatkan balasan Surga penuh dengan kenikmatan ...
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya (Q.S. 37:48).
مُتَّكِئِينَ عَلَىٰ سُرُرٍ مَصْفُوفَةٍ ۖ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ
mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (Q.S. 52:20).
فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (Q.S.55:56)
Sesungguhnya Khamr itu haram, dan setiap yang memabukkan adalah Khamr. Barangsiapa yang meminum khamer di dunia, kemudian ia mati sedang ia kecanduan khamer, maka ia tidak akan meminumnya di akhirat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَام
“Setiap yang memabukan adalah khomr dan setiap khomr adalah haram.” (HR. Muslim no. 2003 dari hadits Ibnu Umar, Bab Bayanu anna kulla muskirin khomr wa anna kulla khmr harom, Abu Daud, no. 3679)
Abu Zakariya Yahya bin Durusta Al Bashri menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami, dari Ayyub, dari Nafi', dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Setiap yang memabukkan itu khamer dan setiap khamer itu haram. Barangsiapa yang meminum khamer di dunia, kemudian ia mati sedang ia kecanduan khamer, maka ia tidak akan meminumnya di akhirat." Shahih: Al Irwa' (8/41) dan Shahih Sunnan Tirmidzi (1861)
Qutaibah menceritakan kepada kami, Jarir bin Abdul Hamid menceritakan kepada kami, dari 'Atha bin AsSa'ib, dari Abdullah bin Ubaid bin Umair, dari bapaknya, ia berkata: Abdullah bin Umar berkata:
Rasulullah SAW bersabda. "Barangsiapa yang meminum khamer, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh pagi (hari). Jika ia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. Jika ia kembali (meminumnya.) maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh pagi (hari). Jika ia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. Jika ia kembali (meminumnya), maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh pagi (hari). Jika ia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. Jika ia kembali (meminumnya) untuk kali yang keempat, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh pagi (hari). Jika ia bertaubat, maka Allah tidak akan menerima taubatnya dan Allah akan memberikan air minum kepadanya dari sungai Khabal.
"Ditanyakan kepada Abu Abdurrahman, "Apakah sungai khabal itu?" Abu Abdurrahman menjawab, "Sungai dari nanah bercampur darah penghuni neraka".
Shahih: Ibnu Majah (3377) dan Shahih Sunnan Tirmidzi (1862)
Bagaimana dengan Khamr di Surga? Beginilah sifat2 khamr di Surga ...
QS.83. Al Muthaffifin: 25-28
يُسْقَوْنَ مِنْ رَحِيقٍ مَخْتُومٍ
خِتَامُهُ مِسْكٌ ۚ وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
وَمِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيمٍ
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ
Mereka diberi minum dari Khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kasturi; dan untuk yg demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba (berlomba-lomba untuk mendapatkan kenikmatan Surga, dengan mematuhi perintahNya dan mengendalikan nafsunya ketika masih di Dunia). Dan campuran Khamar murni itu adalah tasnim. (yaitu) mata air yg minum dari padanya orang2 yg didekatkan kepada Allah.
Surat Al-Waqi’ah Ayat 17-19
يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ
بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ
لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُونَ
Mereka dikelilingi oleh anak2 muda yg tetap muda. dengan membawa gelas, cerek dan sloki yang berisi minuman yg diambil dari mata air yg mengalir. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk ".
Itulah kenikmatan minum2 di Surga, terdapat pelayan yg senantiasa muda dengan membawa minuman yang tidak memabukkan dan tidak membuat pusing kepala walaupun meminum sepuas puasnya.
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan".(QS:77: 43 )
Ingatlah ...
Jika Manusia "hanya" memiliki nafsu saja, tentu manusia itu seperti hewan, bahkan lebih rendah dari hewan dengan tubuh manusianya ...
Jika Manusia "hanya" memiliki akal saja, tentu manusia itu seperti Malaikat. Tidak memiliki keinginan untuk makan-minum, mengembangkan teknologi ataupun kebutuhan biologis ...
Jika Manusia memiliki nafsu dan akal tanpa tubuh manusianya, maka manusia itu seperti bangsa Jin ...
Allah tidak menghendaki manusia menjadi yang lainnya. Kehendak Allah, manusia tetap menjadi manusia, namun manusia yang patuh dan tawakkal kepadaNya, dengan kemampuan mengendalikan hawa nafsunya ...
Sehingga, apabila manusia itu telah patuh, tawakkal kepadaNya dan dapat mengendalikan hawa nafsunya, maka Allah menganugerahinya Surga yang penuh kenikmatan (beserta hawa nafsu yang telah diberi Rahmat oleh Allah) ...
Bagaimana mungkin manusia bisa menikmati Surga apabila tidak punya nafsu ...? Tidak punya keinginan makan-minum, dan tidak punya keinginan hawa nafsu lainnya ... ?
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu berkata,
جَاءَ ثَلاثُ رَهطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَسأَلُونَ عَن عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخبِرُوا كَأَنَّهُم تَقَالُّوهَا ، فَقَالًوا : وأَينَ نَحنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَد غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ، قَالَ أَحَدُهُم : أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي الَّليلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهرَ وَلَا أُفطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَنتُمُ الَّذِينَ قلُتُم كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخشَاكُم للَّهِ وَأَتقَاكُم لَه ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَن رَغِبَ عَن سُنَّتِي فَلَيسَ مِنِّي )رواه البخاري ، رقم 5063 ومسلم، رقم 1401)
“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi sallallahu alaihi wa sallam bertanya tentang ibadah Nabi sallallahu’alahi wa sallam. Ketika mereka diberitahukan, seakan-akan mereka merasa remeh. Dan mengatakan, “Dimana kita dari (ibadahnya) Nabi sallallahu’alaihi wa sallam? Beliau telah diampuni oleh Allah dosa yang lalu maupun yang akan datang. Salah satu di antara mereka mengatakan, “Sementara saya akan shalat malam selamanya.” Yang lain mengatakan, “Saya akan berpuasa selamanya dan tidak berbuka.” Dan lainnya mengatakan, “Saya akan menjauhi wanita dan tidak menikah selamanya.” Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam datang dan bersabda, “Apakah anda semua yang mengatakan ini dan itu? ‘Demi Allah, sesungguhnya saya adalah yang paling takut kepada Alah dan paling bertakwa kepada-NYa. Akan tetapi saya berpuasa dan berbuka, saya shalat (malam) dan beristirahat dan saya menikahi wanita. Siapa yang tidak menyukai sunahku (kebiasaanku), maka dia bukan dari (golongan)ku.” (HR. Bukhari, no. 5063 dan Muslim, no. 1401).
Dan ini hadits lagi, yang semakin jelas (selain hadits diatas) melarang atau bahkan mengharamkan manusia mematikan nafsu/syahwatnya, dengan terus menerus beribadah tanpa henti seperti Malaikat. Sesungguhnya akan sulit sekali bagi manusia untuk menikmati segala kenikmatan di dalam Surga tanpa nafsu (yang telah di RahmatiNya).
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhu berkata, “Rasulullah bersabda kepadaku,
يَا عَبْدَ اللَّهِ ! أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ ، وَتَقُومُ اللَّيْلَ ؟ فَقُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَالَ : فَلَا تَفْعَلْ ، صُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ...إلى آخر الحديث . وفي رواية : فَقُلْتُ : إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ (رواه البخاري، رقم 1975 ومسلم، رقم 1159)
”Wahai Abdullah! Saya dapat kabar bahwa anda (terus menerus) puasa di siang hari dan berdiri (shalat) waktu malam hari?” Saya menjawab, “Ya wahai Rasulullah! Beliau mengatakan, “Jangan lakukan, berpuasalah dan berbuka. Berdiri shalat dan tidurlah. Karena jasad anda ada haknya… sampai akhir hadits. Dalam redaksi lain, saya mengatakan, “Saya mampu melakukan itu [untuk terus menerus puasa di siang hari dan berdiri shalat di malam hari]” Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang lebih baik dari itu.[berpuasa lalu berbuka. Berdiri shalat lalu tidur. Karena masing2 punya hak, Allah punya hak, tubuh punya hak, anak2 punya hak dan istri juga punya hak]” (HR. Bukhari, no. 1975 dan Muslim, no. 1159).
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu berkata,
جَاءَ ثَلاثُ رَهطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَسأَلُونَ عَن عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخبِرُوا كَأَنَّهُم تَقَالُّوهَا ، فَقَالًوا : وأَينَ نَحنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَد غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ، قَالَ أَحَدُهُم : أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي الَّليلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهرَ وَلَا أُفطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَنتُمُ الَّذِينَ قلُتُم كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخشَاكُم للَّهِ وَأَتقَاكُم لَه ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَن رَغِبَ عَن سُنَّتِي فَلَيسَ مِنِّي )رواه البخاري ، رقم 5063 ومسلم، رقم 1401)
“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi sallallahu alaihi wa sallam bertanya tentang ibadah Nabi sallallahu’alahi wa sallam. Ketika mereka diberitahukan, seakan-akan mereka merasa remeh. Dan mengatakan, “Dimana kita dari (ibadahnya) Nabi sallallahu’alaihi wa sallam? Beliau telah diampuni oleh Allah dosa yang lalu maupun yang akan datang. Salah satu di antara mereka mengatakan, “Sementara saya akan shalat malam selamanya.” Yang lain mengatakan, “Saya akan berpuasa selamanya dan tidak berbuka.” Dan lainnya mengatakan, “Saya akan menjauhi wanita dan tidak menikah selamanya.” Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam datang dan bersabda, “Apakah anda semua yang mengatakan ini dan itu? ‘Demi Allah, sesungguhnya saya adalah yang paling takut kepada Alah dan paling bertakwa kepada-NYa. Akan tetapi saya berpuasa dan berbuka, saya shalat (malam) dan beristirahat dan saya menikahi wanita. Siapa yang tidak menyukai sunahku (kebiasaanku), maka dia bukan dari (golongan)ku.” (HR. Bukhari, no. 5063 dan Muslim, no. 1401).
Dan ini hadits lagi, yang semakin jelas (selain hadits diatas) melarang atau bahkan mengharamkan manusia mematikan nafsu/syahwatnya, dengan terus menerus beribadah tanpa henti seperti Malaikat. Sesungguhnya akan sulit sekali bagi manusia untuk menikmati segala kenikmatan di dalam Surga tanpa nafsu (yang telah di RahmatiNya).
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhu berkata, “Rasulullah bersabda kepadaku,
يَا عَبْدَ اللَّهِ ! أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ ، وَتَقُومُ اللَّيْلَ ؟ فَقُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَالَ : فَلَا تَفْعَلْ ، صُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ...إلى آخر الحديث . وفي رواية : فَقُلْتُ : إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ (رواه البخاري، رقم 1975 ومسلم، رقم 1159)
”Wahai Abdullah! Saya dapat kabar bahwa anda (terus menerus) puasa di siang hari dan berdiri (shalat) waktu malam hari?” Saya menjawab, “Ya wahai Rasulullah! Beliau mengatakan, “Jangan lakukan, berpuasalah dan berbuka. Berdiri shalat dan tidurlah. Karena jasad anda ada haknya… sampai akhir hadits. Dalam redaksi lain, saya mengatakan, “Saya mampu melakukan itu [untuk terus menerus puasa di siang hari dan berdiri shalat di malam hari]” Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang lebih baik dari itu.[berpuasa lalu berbuka. Berdiri shalat lalu tidur. Karena masing2 punya hak, Allah punya hak, tubuh punya hak, anak2 punya hak dan istri juga punya hak]” (HR. Bukhari, no. 1975 dan Muslim, no. 1159).
Renungkanlah:
Andaikan Manusia dapat melihat Surga ...
Tentu mereka akan lebih bersemangat untuk meraihnya ...
Andaikan Manusia dapat melihat Neraka ...
Tentu mereka akan sungguh2 menghindarinya ...
Namun, Allah hendak menguji hamba2Nya, dengan tidak menampakkan Surga dan Neraka ...
Manusia hendak diuji, bagaimanakah amalan mereka ketika di dunia ini ...
Lebih mementingkan yang nyata (dunia) ataukah hal2 yang sengaja di-ghaib-kan ...?
Andaikan Manusia dapat melihat Surga ...
Tentu mereka akan lebih bersemangat untuk meraihnya ...
Andaikan Manusia dapat melihat Neraka ...
Tentu mereka akan sungguh2 menghindarinya ...
Namun, Allah hendak menguji hamba2Nya, dengan tidak menampakkan Surga dan Neraka ...
Manusia hendak diuji, bagaimanakah amalan mereka ketika di dunia ini ...
Lebih mementingkan yang nyata (dunia) ataukah hal2 yang sengaja di-ghaib-kan ...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar