Setiap makhluk-Nya telah ditetapkan tempatnya, apakah di surga atau neraka, namun bagaimanapun juga, kita harus tetap berusaha supaya bisa masuk surga. Segala sesuatu yang telah ditetapkan akan dimudahkan oleh Allah ...
Qutaibah menceritakan kepada kami, AlLaits menceritakan kepada kami, dari Abu Qabil, dari Syufai bin Mati', dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata, "Rasulullah pernah menghampiri kami, ketika itu di tangannya ada dua buah kitab, lalu beliau bersabda, 'Tahukah kalian apakah kedua kitab ini?' Kami menjawab, "Kami tidak tahu wahai Rasulullah, kecuali jika engkau memberitahukan kami". Beliau berkata tentang kitab yang berada pada tangan kanannya, 'Kitab ini berasal dari Allah Pemelihara alam semesta, di dalamnya terdapat nama-nama ahli surga, nama-nama ayah dan kabilah mereka. Kemudian dijumlah hingga orang terakhir. Tidak ada penambahan dan pengurangan'. Beliau lalu melanjutkan tentang kitab yang berada pada tangan kirinya, 'Kitab ini berasal dari Allah Pemelihara alam semesta. Di dalamnya terdapat nama-nama ahli neraka, nama ayah. dan nama kabilah mereka. Kemudian, dijumlahkan hingga orang terakhir. Tidak ada penambahan dan pengurangan'.
Sahabat-sahabat beliau berkata, "Apa manfaat amal perbuatan yang kita lakukan, jika urusannya telah ditetapkan seperti itu?" Rasulullah menjawab, "Mintalah kebenaran dan istiqamah dengan amal perbuatan kalian, dan jangan berlebihan dalam semua urusan." Sesungguhnya ahli surga itu (hidupnya) akan diakhiri dengan amal perbuatan ahli surga, meski ia melakukan amal perbuatan apapun. Dan, sesungguhnya ahli neraka itu (hidupnya) akan diakhiri dengan amal perbuatan ahli neraka, meski dia melakukan amal perbuatan apapun'.
Kemudian Rasulullah bertutur dan memberikan isyarat dengan kedua tangannya. Beliau menyingkirkan kedua kitab itu dan bersabda, 'Tuhan kalian telah menentukan nasib para hambaNya, sebagian dari mereka menjadi ahli surga dan sebagian yang lain menjadi penghuni neraka'."
Shahih Sunan Tirmidzi(2141), Hasan: Al Misykat (96), AshShahihah (848), dan AzhZhilal (348).
Qutaibah menceritakan kepada kami, Risydin bin Sa'ad menceritakan kepada kami, dari Abu Shakhr Humaid bin Ziyad, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW: "Di antara umatku ada golongan yang akan tenggelam (ditelan bumi) dan akan berubah bentuk (tubuhnya), yaitu orang-orang yang mendustakan qadar (ketentuan Allah) ".
Hasan: AshShahihah [4/394), Shahih Sunan Tirmidzi(2153).
Yahya bin Musa menceritakan kepada kami, Abu Daud AthThayalisi menceritakan kepada kami, Abdul Wahid bin Sulaim menceritakan kepada kami, ia berkata, "Aku pernah datang ke kota Makkah, di sana aku bertemu dengan Atha' bin Abu Rabah, lalu aku berkata kepadanya, 'Wahai Abu Muhammad, penduduk Bashrah banyak yang memperbincangkan tentang masalah qadar', ia berkata, 'Wahai putraku, apakah engkau membaca Al Qur'an?', aku menjawab, 'Ya', ia kembali berkata, 'Bacalah surat AzZukhruf!' Aku pun membaca,
حـمۤ
وَٱلْكِتَـٰبِ ٱلْمُبِينِ
إِنَّا جَعَلْنَـٰهُ قُرْءَاناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
وَإِنَّهُ فِىۤ أُمِّ ٱلْكِتَـٰبِ لَدَيْنَا لَعَلِىٌّ حَكِيمٌ
"Haa Miim. Demi Kitab (Al Qur'an) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan, sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah." (Qs. AzZukhruf[43]: 1-4).
Dia lalu bertanya, 'Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan ummul kitab?' Aku menjawab, 'Allah dan RasulNya lebih mengetahui'. Dia berkata, 'la adalah kitab yang ditulis Allah sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya telah ditetapkan bahwa Fir'aun termasuk penghuni neraka. Di dalamnya juga telah tercatat firman Allah,
تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa." (Qs. AlLahab [111]: 1).
Atha' berkata, 'Aku lalu bertemu dengan Walid bin Ubadah bin AshShamit —sahabat Rasulullah— kemudian bertanya kepadanya, 'Apa wasiat ayahmu ketika dia akan meninggal dunia?' ia menjawab, 'Ayahku memanggilku dan berkata kepadaku, 'Wahai putraku, bertakwalah kepada Allah. Ketahuilan bahwa dirimu tidak akan dikatakan telah bertakwa kepada Allah hingga kamu beriman kepada Allah dan kepada seluruh takdirNya, yang baik atau yang buruk. Jika kamu meninggal dunia dalam keadaan tidak beriman kepada itu semua, maka kamu akan masuk neraka. Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena)", kemudian dikatakan, 'Tulislah!', Qalam menjawab, "Apa yang harus aku tulis?" Dijawab, "Tulislah tentang qadar apa yang telah lalu dan apa yang akan terjadi hingga hari akhir".'"
Shahih: Ash-Shahihah (133), Shahih Sunan Tirmidzi(2155), Takhrij Ath-Thahawiyah (232), Al-Misykat (94), dan Azh-Zhilal (102 dan 105).
Ibrahim bin Abdullah bin Al Mundzir Al Bahili AshShan'ani menceritakan kepada kami, Abdullah bin Yazid Al Muqri' menceritakan kepada kami, Haiwah bin Syuraih menceritakan kepada kami, Abu Hani' Al Khaulani menceritakan kepadaku, ia mendengar Abu Abdurrahman Al Hubuli berkata, saya mendengar Abdullah bin Amr berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda, "Allah telah menentukan takdir-takdir (ketentuan) lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi".
Shahih: Muslim (8/51)
--------------
Walaupun telah ditakdirkan/ditetapkan, namun sebagai makhluq tetap harus berusaha. Taqdir adalah wilayah kekuasaan Allah, sedangkan ikhtiar (usaha) adalah wilayah makhluq. Tidak ada seorang makhluqpun yang mengetahui taqdir yang merupakan wilayah kekuasaan Allah, melainkan para Nabi-Nya, itupun tidak semua dijelaskanNya. Sehingga tidaklah layak bagi makhluq untuk memutusi taqdirnya sendiri (berputus asa atau terlalu percaya-diri/sombong) yang ia tidak memiliki ilmu tentangnya, karena itu semua makhluq diwajibkan untuk berikhtiar (berusaha) yang merupakan wilayahnya (makhluq).
Berusahalah, dan terus berusahalah, karena segala yang dimudahkan oleh Allah, itulah takdirmu ...
Dan semua yang luput dari apa-apa yang telah kamu usahakan, janganlah bersedih hati, karena hal tersebut telah ditentukan Allah, jauh sebelum kita diciptakan ...
Ingatlah, terus berusahalah, berusaha dan berdoa untuk kebaikan yang sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran dan hadits Nabi-Nya, karena takdirmu adalah segala hal yang dimudahkan oleh Allah ...
QS.17. Al Israa':
وَمَنْ أَرَادَ ٱلأَْخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَـٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
19. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
Bab: Tipuan Iblis "Layakkah Bagi hamba-Nya untuk menguji-Nya?"
Diriwayatkan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam pada suatu hari berdiam di atas gunung. Lantas Iblis mendatanginya dan berkata kepadanya, “Bukankah engkau mengatakan bahwa manusia yang telah dikehendaki mati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pastilah dia mati?” Nabi Isa ‘alaihissalam menjawab, “Iya.” Iblis bertanya lagi, “Kalau tidak?” Dia menjawab, “Tidak akan mati.” Ketika itu Iblis –laknat Allah atasnya- berkata kepada Nabi Isa ‘alaihissalam, “Kalau demikian, lemparkanlah dirimu dari atas gunung. Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki engkau mati, maka engkau akan mati. Dan jika Dia tidak menghendaki, maka engkau tidak akan mati.” Lantas Nabi Isa berkata kepadanya, “Enyahlah kau, wahai makhluk terkutuk! Sesungguhnya Allah-lah yang menguji hamba-Nya. Sedangkan hamba-Nya tidak berhak menguji-Nya.”
Renungkanlah:
Sesungguhnya disisi Allah telah ada semua ilmu dan pengetahuan, tak dibatasi oleh ruang dan waktu, hingga tempat seorang manusia apakah di Surga atau di Neraka, Dia sudah Mengetahuinya ...
Sedangkan disisi makhluq, juga manusia, terdapat ilmu dan pengetahuan, yang dibatasi oleh ruang dan waktu ...
Hingga bagi manusia yang serba tidak tahu, pasti mendapatkan 2 kapling/tempat, yakni kapling di Surga dan kapling di Neraka ...
Jika manusia itu menuruti Nabi SAW dan beriman kepada Allah dan NabiNya, maka kaplingnya di Neraka akan musnah, dan hanya punya kapling di Surga ...
Namun sebaliknya, jika manusia itu tidak mau menuruti Nabi SAW dan juga tidak beriman kepada Allah dan NabiNya, maka kaplingnya di Surga akan lenyap, dan hanya punya kapling di Neraka ...
---> Mengapa kita harus beramal, apabila tempat kita kelak di Surga atau di Neraka sudah Ditentukan?
Jawaban:
Sesungguhnya ilmu mengenai hal itu ada disisi Allah, dan bukan disisi makhluq.
Apakah kita tahu akhir hidup kita, apakah di Surga atau di Neraka? Tentu tidak!
Hanya Allah yang Maha Mengetahuinya!
Lalu mengapa kita mencoba memasuki wilayah kekuasaan dan IlmuNya?
Wilayah kekuasaan dan ilmu kita (makhluq) adalah berusaha dan beramal yang baik ...
Dan berdoa serta berharap akhir yang baik atau bahkan sangat baik, itulah harapan makhluq ...
Ingatlah, Semua yang dimudahkan olehNya, itulah takdir kita. Dan semua yang sulit/gagal dari yang kita usahakan, maka itu bukan bagian kita, dan itu juga takdir kita!.
Ilmu Makhluq adalah pada wilayah "berusaha"...
Dan untuk "keberhasilan atau kegagalan", itu wilayah kekuasaan dan Ilmu Allah ...
Jangan sekali-kali memasuki wilayah kekuasaan dan IlmuNya, kalau engkau merasa sebagai makhluq yang tahu diri!
Sebaik-baik makhluq adalah yg selalu bertawakkal kepada Allah, dan ridlo terhadap semua keputusanNya, baik itu sesuai dengan harapan kita atau tidak ...
QS. 98. Al Bayyinah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
QS.9. At Taubah:
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
59. Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
Qutaibah menceritakan kepada kami, AlLaits menceritakan kepada kami, dari Abu Qabil, dari Syufai bin Mati', dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata, "Rasulullah pernah menghampiri kami, ketika itu di tangannya ada dua buah kitab, lalu beliau bersabda, 'Tahukah kalian apakah kedua kitab ini?' Kami menjawab, "Kami tidak tahu wahai Rasulullah, kecuali jika engkau memberitahukan kami". Beliau berkata tentang kitab yang berada pada tangan kanannya, 'Kitab ini berasal dari Allah Pemelihara alam semesta, di dalamnya terdapat nama-nama ahli surga, nama-nama ayah dan kabilah mereka. Kemudian dijumlah hingga orang terakhir. Tidak ada penambahan dan pengurangan'. Beliau lalu melanjutkan tentang kitab yang berada pada tangan kirinya, 'Kitab ini berasal dari Allah Pemelihara alam semesta. Di dalamnya terdapat nama-nama ahli neraka, nama ayah. dan nama kabilah mereka. Kemudian, dijumlahkan hingga orang terakhir. Tidak ada penambahan dan pengurangan'.
Sahabat-sahabat beliau berkata, "Apa manfaat amal perbuatan yang kita lakukan, jika urusannya telah ditetapkan seperti itu?" Rasulullah menjawab, "Mintalah kebenaran dan istiqamah dengan amal perbuatan kalian, dan jangan berlebihan dalam semua urusan." Sesungguhnya ahli surga itu (hidupnya) akan diakhiri dengan amal perbuatan ahli surga, meski ia melakukan amal perbuatan apapun. Dan, sesungguhnya ahli neraka itu (hidupnya) akan diakhiri dengan amal perbuatan ahli neraka, meski dia melakukan amal perbuatan apapun'.
Kemudian Rasulullah bertutur dan memberikan isyarat dengan kedua tangannya. Beliau menyingkirkan kedua kitab itu dan bersabda, 'Tuhan kalian telah menentukan nasib para hambaNya, sebagian dari mereka menjadi ahli surga dan sebagian yang lain menjadi penghuni neraka'."
Shahih Sunan Tirmidzi(2141), Hasan: Al Misykat (96), AshShahihah (848), dan AzhZhilal (348).
Qutaibah menceritakan kepada kami, Risydin bin Sa'ad menceritakan kepada kami, dari Abu Shakhr Humaid bin Ziyad, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW: "Di antara umatku ada golongan yang akan tenggelam (ditelan bumi) dan akan berubah bentuk (tubuhnya), yaitu orang-orang yang mendustakan qadar (ketentuan Allah) ".
Hasan: AshShahihah [4/394), Shahih Sunan Tirmidzi(2153).
Yahya bin Musa menceritakan kepada kami, Abu Daud AthThayalisi menceritakan kepada kami, Abdul Wahid bin Sulaim menceritakan kepada kami, ia berkata, "Aku pernah datang ke kota Makkah, di sana aku bertemu dengan Atha' bin Abu Rabah, lalu aku berkata kepadanya, 'Wahai Abu Muhammad, penduduk Bashrah banyak yang memperbincangkan tentang masalah qadar', ia berkata, 'Wahai putraku, apakah engkau membaca Al Qur'an?', aku menjawab, 'Ya', ia kembali berkata, 'Bacalah surat AzZukhruf!' Aku pun membaca,
حـمۤ
وَٱلْكِتَـٰبِ ٱلْمُبِينِ
إِنَّا جَعَلْنَـٰهُ قُرْءَاناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
وَإِنَّهُ فِىۤ أُمِّ ٱلْكِتَـٰبِ لَدَيْنَا لَعَلِىٌّ حَكِيمٌ
"Haa Miim. Demi Kitab (Al Qur'an) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan, sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah." (Qs. AzZukhruf[43]: 1-4).
Dia lalu bertanya, 'Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan ummul kitab?' Aku menjawab, 'Allah dan RasulNya lebih mengetahui'. Dia berkata, 'la adalah kitab yang ditulis Allah sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya telah ditetapkan bahwa Fir'aun termasuk penghuni neraka. Di dalamnya juga telah tercatat firman Allah,
تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa." (Qs. AlLahab [111]: 1).
Atha' berkata, 'Aku lalu bertemu dengan Walid bin Ubadah bin AshShamit —sahabat Rasulullah— kemudian bertanya kepadanya, 'Apa wasiat ayahmu ketika dia akan meninggal dunia?' ia menjawab, 'Ayahku memanggilku dan berkata kepadaku, 'Wahai putraku, bertakwalah kepada Allah. Ketahuilan bahwa dirimu tidak akan dikatakan telah bertakwa kepada Allah hingga kamu beriman kepada Allah dan kepada seluruh takdirNya, yang baik atau yang buruk. Jika kamu meninggal dunia dalam keadaan tidak beriman kepada itu semua, maka kamu akan masuk neraka. Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena)", kemudian dikatakan, 'Tulislah!', Qalam menjawab, "Apa yang harus aku tulis?" Dijawab, "Tulislah tentang qadar apa yang telah lalu dan apa yang akan terjadi hingga hari akhir".'"
Shahih: Ash-Shahihah (133), Shahih Sunan Tirmidzi(2155), Takhrij Ath-Thahawiyah (232), Al-Misykat (94), dan Azh-Zhilal (102 dan 105).
Ibrahim bin Abdullah bin Al Mundzir Al Bahili AshShan'ani menceritakan kepada kami, Abdullah bin Yazid Al Muqri' menceritakan kepada kami, Haiwah bin Syuraih menceritakan kepada kami, Abu Hani' Al Khaulani menceritakan kepadaku, ia mendengar Abu Abdurrahman Al Hubuli berkata, saya mendengar Abdullah bin Amr berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda, "Allah telah menentukan takdir-takdir (ketentuan) lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi".
Shahih: Muslim (8/51)
--------------
Walaupun telah ditakdirkan/ditetapkan, namun sebagai makhluq tetap harus berusaha. Taqdir adalah wilayah kekuasaan Allah, sedangkan ikhtiar (usaha) adalah wilayah makhluq. Tidak ada seorang makhluqpun yang mengetahui taqdir yang merupakan wilayah kekuasaan Allah, melainkan para Nabi-Nya, itupun tidak semua dijelaskanNya. Sehingga tidaklah layak bagi makhluq untuk memutusi taqdirnya sendiri (berputus asa atau terlalu percaya-diri/sombong) yang ia tidak memiliki ilmu tentangnya, karena itu semua makhluq diwajibkan untuk berikhtiar (berusaha) yang merupakan wilayahnya (makhluq).
Berusahalah, dan terus berusahalah, karena segala yang dimudahkan oleh Allah, itulah takdirmu ...
Dan semua yang luput dari apa-apa yang telah kamu usahakan, janganlah bersedih hati, karena hal tersebut telah ditentukan Allah, jauh sebelum kita diciptakan ...
Ingatlah, terus berusahalah, berusaha dan berdoa untuk kebaikan yang sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran dan hadits Nabi-Nya, karena takdirmu adalah segala hal yang dimudahkan oleh Allah ...
QS.17. Al Israa':
وَمَنْ أَرَادَ ٱلأَْخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَـٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
19. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
Bab: Tipuan Iblis "Layakkah Bagi hamba-Nya untuk menguji-Nya?"
Diriwayatkan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam pada suatu hari berdiam di atas gunung. Lantas Iblis mendatanginya dan berkata kepadanya, “Bukankah engkau mengatakan bahwa manusia yang telah dikehendaki mati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pastilah dia mati?” Nabi Isa ‘alaihissalam menjawab, “Iya.” Iblis bertanya lagi, “Kalau tidak?” Dia menjawab, “Tidak akan mati.” Ketika itu Iblis –laknat Allah atasnya- berkata kepada Nabi Isa ‘alaihissalam, “Kalau demikian, lemparkanlah dirimu dari atas gunung. Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki engkau mati, maka engkau akan mati. Dan jika Dia tidak menghendaki, maka engkau tidak akan mati.” Lantas Nabi Isa berkata kepadanya, “Enyahlah kau, wahai makhluk terkutuk! Sesungguhnya Allah-lah yang menguji hamba-Nya. Sedangkan hamba-Nya tidak berhak menguji-Nya.”
Sesungguhnya disisi Allah telah ada semua ilmu dan pengetahuan, tak dibatasi oleh ruang dan waktu, hingga tempat seorang manusia apakah di Surga atau di Neraka, Dia sudah Mengetahuinya ...
Sedangkan disisi makhluq, juga manusia, terdapat ilmu dan pengetahuan, yang dibatasi oleh ruang dan waktu ...
Hingga bagi manusia yang serba tidak tahu, pasti mendapatkan 2 kapling/tempat, yakni kapling di Surga dan kapling di Neraka ...
Jika manusia itu menuruti Nabi SAW dan beriman kepada Allah dan NabiNya, maka kaplingnya di Neraka akan musnah, dan hanya punya kapling di Surga ...
Namun sebaliknya, jika manusia itu tidak mau menuruti Nabi SAW dan juga tidak beriman kepada Allah dan NabiNya, maka kaplingnya di Surga akan lenyap, dan hanya punya kapling di Neraka ...
---> Mengapa kita harus beramal, apabila tempat kita kelak di Surga atau di Neraka sudah Ditentukan?
Jawaban:
Sesungguhnya ilmu mengenai hal itu ada disisi Allah, dan bukan disisi makhluq.
Apakah kita tahu akhir hidup kita, apakah di Surga atau di Neraka? Tentu tidak!
Hanya Allah yang Maha Mengetahuinya!
Lalu mengapa kita mencoba memasuki wilayah kekuasaan dan IlmuNya?
Wilayah kekuasaan dan ilmu kita (makhluq) adalah berusaha dan beramal yang baik ...
Dan berdoa serta berharap akhir yang baik atau bahkan sangat baik, itulah harapan makhluq ...
Ingatlah, Semua yang dimudahkan olehNya, itulah takdir kita. Dan semua yang sulit/gagal dari yang kita usahakan, maka itu bukan bagian kita, dan itu juga takdir kita!.
Ilmu Makhluq adalah pada wilayah "berusaha"...
Dan untuk "keberhasilan atau kegagalan", itu wilayah kekuasaan dan Ilmu Allah ...
Jangan sekali-kali memasuki wilayah kekuasaan dan IlmuNya, kalau engkau merasa sebagai makhluq yang tahu diri!
Sebaik-baik makhluq adalah yg selalu bertawakkal kepada Allah, dan ridlo terhadap semua keputusanNya, baik itu sesuai dengan harapan kita atau tidak ...
QS. 98. Al Bayyinah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
QS.9. At Taubah:
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
59. Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar