Barangsiapa berbaiat kepada seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, berarti ia tidak dianggap dibaiat begitu juga yang membaiatnya, yang demikian karena dikhawatirkan keduanya akan dibunuh ...
Begitulah pesan Umar ra., salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. dan salah satu orang yang dijamin pasti masuk Surga, dng keutamaan lainnya, menjadi penyebab turunnya 4 ayat Al Quran, yg salah satunya mengenai hijab ...
Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Sa'd dari Shalih dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari Ibnu 'Abbas mengatakan; aku menyampaikan petuah-petuah untuk beberapa orang muhajirin yang diantara mereka adalah 'Abdurrahman bin Auf, ketika aku berada di persinggahannya di Mina dan dia bersama Umar bin Khattab, di akhir haji yang dilakukannya. Tiba-tiba Abdurrahman bin Auf kembali kepadaku dan mengatakan; 'sekiranya engkau melihat seseorang yang menemui amirul mukminin hari ini, orang itu mengatakan; 'Wahai amirul mukminin, apakah engkau sudah tahu berita si fulan yang mengatakan; 'sekiranya Umar telah meninggal, aku akan berbaiat kepada fulan, pembaiatan Abu Bakar ash Shiddiq tidak lain hanyalah sebuah kekeliruan dan sekarang telah berakhir.' Umar serta merta marah dan berujar; 'Sungguh sore nanti aku akan berdiri menghadapi orang-orang dan memperingatkan mereka, yaitu orang-orang yang hendak mengambil alih wewenang perkara-perkara mereka.' Abdurrahman berkata; maka aku berkata; 'Wahai amirul mukminin, jangan kau lakukan sekarang, sebab musim haji sekarang tengah menghimpun orang-orang jahil dan orang-orang bodoh, merekalah yang lebih dominan didekatmu sehingga aku khawatir engkau menyampaikan sebuah petuah hingga para musafir yang suka menyebarkan berita burung yang menyebarluaskan berita, padahal mereka tidak jeli menerima berita dan tidak pula meletakkannya pada tempatnya, maka tangguhkanlah hingga engkau tiba di Madinah, sebab madinah adalah darul hijrah dan darus sunnah yang sarat dengan ahli fikih para pemuka manusia, sehingga engkau bisa menyampaikan petuah sesukamu secara leluasa dan ahlul ilmi memperhatikan petuah-petuahmu dan meletakkannya pada tempatnya.' Umar menjawab; 'Demi Allah, insya Allah akan aku lakukan hal itu diawal kebijakan yang kulakukan di Madinah.' Kata ibnu Abbas, Maka kami tiba di Madinah setelah bulan Dzulhijjah, begitu hari jumat kami segera berangkat ketika matahari condong hingga kutemui Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail yang duduk ke tiang minbar, aku duduk di sekitarnya yang lututku menyentuh lututnya, tak lama aku menunggu hingga datanglah Umar bin Khattab, begitu aku melihat dia datang, saya katakan kepada Sa'id bin Zaid dan Amru bin Nufail; 'Sore ini sungguh Umar akan menyampaikan sebuah pesan yang belum pernah ia sampaikan sebelumnya semenjak dia diangkat menjadi khalifah,.' Namun Sa'id mengingkariku dengan mengatakan; 'Semoga kamu tidak kecela, Umar menyampaikan pidato yang belum pernah ia sampaikan sebelumnya.' Kemudian Umar duduk diatas minbar. Ketika juru-juru pengumuman telah diam, Umar berdiri memanjatkan pujian yang semestinya bagi-NYA, kemudian dia berkata; 'Amma ba'du, saya sampaikan maklumat kepada kalian yang telah ditakdirkan bagiku untuk menyampaikannya, saya tidak tahu mungkin pidato ini adalah menjelang kematianku, maka barangsiapa mencermatinya dan memperhatikannya dengan baik-baik, hendaklah ia menyampaikannya hingga ke tempat-tempat hewan tunggangannya pergi, dan barangsiapa yang khawatir tidak bisa memahaminya, tidak aku halalkan kepada seorang pun untuk berdusta kepadaku. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam dengan membawa kebenaran, dan telah Allah turunkan al Qur`an kepadanya, yang diantara yang Allah turunkan adalah ayat rajam sehingga bisa kita baca, kita pahami dan kita cermati, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah melaksanakan hukum rajam, maka kita pun harus melakukan hukuman rajam sepeninggal beliau, aku sedemikian khawatir jika zaman sekian lama berlalu bagi manusia, ada seseorang yang berkata; 'Demi Allah, kami tidak menemukan ayat rajam dalam kitabullah, ' kemudian mereka tersesat dengan meninggalkan kewajiban yang Allah turunkan, padahal rajam menurut kitabullah adalah hak (benar) bagi orang yang berzina dan ia telah menikah baik laki-laki maupun perempuan dan bukti telah jelas, atau hamil atau ada pengakuan, kemudian kita juga membaca yang kita baca dari kitabullah, janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian, sebab membenci ayah kalian adalah kekufuran -atau Umar mengatakan dengan redaksi; 'Sesungguhnya ada pada kalian kekufuran jika membenci ayah-ayah kalian- kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "janganlah kalian memujiku berlebihan sebagaimana Isa bin maryam dipuji, katakanlah bahwa aku hanyalah hamba Allah dan rasul-NYA, " kemudian sampai berita kepadaku bahwa seseorang diantara kalian berkata; 'Sekiranya Umar telah meninggal maka aku akan berbaiat kepada fulan, janganlah seseorang tertipu dengan yang mengatakan; 'hanyasanya pembaiatan Abu Bakar kebetulan dan sudah selesai, ' ketahuilah, pembaiatan itu memang telah berlalu, namun Allah menjaga keburukannya, ketahuilah bahwa orang yang mempunyai kelebihan diantara kalian, yang tak mungkin terkejar kelebihannya, ia tak akan bisa menyamai kelebihan Abu Bakar, barangsiapa berbaiat kepada seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, berarti ia tidak dianggap dibaiat begitu juga yang membaiatnya, yang demikian karena dikhawatirkan keduanya akan dibunuh. Diantara berita yang beredar di tengah kita adalah, ketika Allah mewafatkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwasallam, orang-orang anshar menyelisihi kami dan mereka semua berkumpul di Saqifah bani Sa'idah, dan Ali serta Zubair menyelisihi kami serta siapa saja yang bersama keduanya, dan orang-orang muhajirin berkumpul kepada Abu Bakar, maka aku katakan kepada Abu Bakar; 'Wahai Abu Bakar, mari kita temui kawan-kawan kita dari Anshar, ' maka kami berangkat untuk menemui mereka, tatkala kami telah mendekati mereka, dua orang shalih diantara mereka menemui kami dan mengutarakan kesepakatan orang-orang, keduanya berkata; 'Kalian mau kemana wahai orang-orang muhajirin? ' kami menjawab; 'Kami akan menemui ikhwan-ikhwan kami dari anshar.' Keduanya berkata; 'Jangan, jangan kalian dekati mereka, putuskanlah urusan kalian.' namun aku katakan; 'Demi Allah, kami harus mendatangi mereka', maka kami pun berangkat hingga mendatangi mereka di Saqifah bani Sa'idah, ternyata disana seorang laki-laki yang berselimut kain ditengah-tengah mereka, saya pun bertanya; 'Siapakah ini? ' Mereka menjawab; 'Ini Sa'd bin Ubadah.' Saya bertanya; 'kenapa dengannya? ' Mereka menjawab; 'Dia tengah sakit dan mengalami demam yang serius.' Tatkala kami duduk sebentar, juru pidato mereka bersaksi dan memanjatkan pujian kepada Allah dengan pujian yang semestinya bagi-NYA, kemudian mengatakan; "Amma ba'd. Kami adalah penolong-penolong Allah (ansharullah) dan laskar Islam, sedang kalian wahai segenap muhajirin hanyalah sekelompok manusia biasa dan golongan minoritas dari bangsa kalian, namun anehnya tiba-tiba kalian ingin mencongkel wewenang kami dan menyingkirkan kami dari akar-akarnya." Tatkala juru pidato itu diam, aku ingin berbicara dan telah aku perindah sebuah ungkapan kata yang menjadikanku terkagum-kagum dan ingin aku ungkapkan di hadapan Abu Bakar, yang dalam beberapa batasan aku sekedar menyindirnya. Tatkala aku ingin bicara, Abu Bakar menegur; 'Sebentar! ' Maka aku tidak suka jika niatku menjadikannya marah! Maka Abu Bakar berbicara yang dia lembut daripadaku dan lebih bersahaja. Demi Allah, tidaklah dia meninggalkan sebuah kata yang aku kagumi dalam susunan yang kubuat indah selain ia ucapkan dalam pidato dadakannya yang semisalnya atau bahkan lebih baik hingga dia diam. Kemudian dia mengatakan; 'Kebaikan yang kalian sebut-sebutkan memang kalian penyandangnya dan sesungguhnya masalah kekhilafahan ini tidak diperuntukkan selain untuk penduduk quraisy ini yang mereka adalah pertengahan dikalangan bangsa arab yang nasab dan keluarganya, dan aku telah meridhai salah satu dari dua orang ini untuk kalian, maka baiatlah salah seorang diantara keduanya yang kalian kehendaki.' Kemudian Abu Bakar menggandeng tanganku dan tangan Abu Ubaidah bin Al Jarrah, dan dia duduk ditengah-tengah kami. Dan tidak ada yang aku benci dari perkataannya selainnya. Demi Allah, kalaulah saya digiring kemudian leherku dipenggal dan itu tidak mendekatkan diriku kepada dosa, itu lebih aku sukai daripada aku memimpin suatu kaum padahal disana masih ada Abu Bakar ash Shiddiq, Ya Allah, kalaulah bukan karena jiwaku membujukku terhadap sesuatu pada saat kematian yang tidak aku dapatkan sekarang, rupanya ada seorang berujar; 'Aku adalah kepercayaan anshar, berpengalaman, cerdas dan tetua yang dihormati, kami punya amir dan kalian juga punya amir tersendiri, wahai segenap quraisy! ' Spontan kegaduhan terjadi seru, suara sangat membisingkan, hingga aku memisahkan diri dari perselisihan dan kukatakan; "Julurkan tanganmu hai Abu Bakar! ' Lantas Abu Bakar menjulurkan tangannya, dan aku berbaiat kepadanya, dan orang-orang muhajirinpun secara bergilir berbaiat, kemudian orang anshar juga berbaiat kepadanya, lantas kami melompat kearah Sa'd bin Ubadah sehingga salah seorang diantara mereka berujar; 'Kalian telah membunuh Sa'd bin Ubadah? ' Kujawab 'Allah yang membunuh Sa'ad bin Ubadah.' Umar melanjutkan; 'Demi Allah, tidaklah kami dapatkan urusan yang kami temui yang jauh lebih kuat daripada pembaiatan Abu Bakar, kami sangat khawatir jika kami tinggalkan suatu kaum sedang mereka belum ada baiat, kemudian mereka membaiat seseorang sepeninggal kami sehingga kami membaiat mereka diatas suatu hal yang tidak kami ridhai, atau kita menyelisihi mereka sehingga terjadi kerusakan, maka barangsiapa yang membaiat seseorang dengan tanpa musyawarah kaum muslimin, janganlah diikuti, begitu juga orang yang di baiatnya, karena dikhawatirkan keduanya terbunuh.'(No. Hadist: 6328 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Kira2 bagaimanakah sifat2 para Amirul Mukminin yg dimulai Khalifah Abu Bakar ra.? Coba simak yg berikut ini:
1. Merupakan ahli fikih, pemuka manusia yang terpercaya dan teruji keimanan dan ketaqwaannya
2. Orang² yang tidak suka menyebarkan berita burung, jeli menerima berita dan selalu meletakkannya suatu perkara pada tempatnya
3. Orang² ahlul ilmi
4. Merupakan Hafizh dan penghapal Al Qur'an
5. Hapal banyak hadits Nabi SAW, dan paham Asbabun Nuzul dan Asbabul Khuruj
6. Mencintai Allah dan Rasul-Nya juga para sahabat2 terdekat Nabi SAW.
Demikianlah sifat2 dan karakteristik Amirul Mukminin dijaman keemasan dulu, adakah orang yg seperti ini dijaman ini???
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir telah menceritakan kepadaku Busr bin Ubaidullah Al Khadrami, ia mendengar Abu Idris al Khaulani, ia mendengar Khudzaifah Ibnul Yaman mengatakan; Orang-orang bertanya Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tentang kebaikan sedang aku bertanya beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu sendiri. Maka aku bertanya 'Hai Rasulullah, dahulu kami dalam kejahiliyahan dan keburukan, lantas Allah membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini ada keburukan lagi? Nabi menjawab 'Tentu'. Saya bertanya 'Apakah sesudah keburukan itu ada kebaikan lagi? 'Tentu' Jawab beliau, dan ketika itu ada kotoran, kekurangan dan perselisihan. Saya bertanya 'Apa yang anda maksud kotoran, kekurangan dan perselisihan itu? Nabi menjawab 'Yaitu sebuah kaum yang menanamkan pedoman bukan dengan pedomanku, engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya'. Saya bertanya 'Adakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Nabi menjawab 'O iya,,,,, ketika itu ada penyeru-penyeru menuju pintu jahannam, siapa yang memenuhi seruan mereka, mereka akan menghempaskan orang itu ke pintu-pintu itu'. Aku bertanya 'Ya Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!'. Nabi menjawab; 'Mereka adalah seperti kulit kita ini, juga berbicara dengan bahasa kita'. Saya bertanya 'Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?'. Nabi menjawab; 'Hendaklah kamu selalu bersama jamaah muslimin dan imam mereka!'. Aku bertanya; 'kalau tidak ada jamaah muslimin dan imam bagaimana?'. Nabi menjawab; 'hendaklah kau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kau gigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu kamu harus tetap seperti itu'. (No. Hadist: 6557 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Janganlah fanatik terhadap pemimpin firqoh-firqoh, karena sesungguhnya Islam ini satu, tidak terpecah menjadi golongan2. Dimana masing2 golongan mengklaim paling benar, padahal sesungguhnya yg paling benar adalah dari Allah, dan Rasul-Nya.
QS. 6. Al An'aam:
إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ إِنَّمَآ أَمْرُهُمْ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ
159. Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan[golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya], tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
> Renungkanlah: Seorang Pemimpin itu tidak Harus Menjadi Pemimpin
Setelah Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. dibunuh, maka kedudukannya digantikan oleh putranya Hasan bin Ali ra. Namun Hasan ra tidak lama menjabat dan memilih untuk menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan ra. Ia mengambil tindakan itu untuk menjaga persatuan kaum Muslim. Nabi SAW. pernah bersabda, "Putraku ini adalah seorang pemimpin (maksudnya Hasan ra. cucu kesayangan Beliau), dengannya Allah akan mendamaikan dua golongan besar (yg bertikai)". (Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, oleh: Muhammad Raji Hasan Kinas, hal 553).
Kemudian Hasan ra. pindah ke Madinah, dan beliau wafat disana, karena diracun oleh istrinya sendiri. Namun Hasan ra. melarang saudaranya Husain ra. untuk memerangi orang2 yg meracuninya (kelompok istrinya/pembunuh dirinya). Hasan ra. sudah memasrahkan urusan itu kepada Allah.
Sungguh mulia akhlak cucu kesayangan Nabi SAW., menghindarkan pertumpahan darah, dan lebih memilih persatuan, kesatuan, dan kedamaian umat Islam ...
Sesungguhnya agama Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin. Dimana agama ini diturunkan untuk menyempurnakan akhlak, dan bukan untuk berperang atau kekerasan. Sosok Rasulullah SAW sendiri merupakan bukti nyata dng memberikan contoh akhlak yg baik.
Bukti lainnya, dari semua surah Alquran hanya satu surah saja yg tidak dimulai dng Basmalah, yakni surah Attaubah (Baroah). Dan sangat sedikit perintah untuk berperang. Bacaan Basmalah sendiri memiliki arti kurang lebih "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang", dimana disini tidak ada makna yg menyatakan peperangan atau kekerasan, melainkan KeMahamurah dan Mahapenyayangnya Allah kepada MakhlukNya yg tidak beriman ataupun yg beriman kepadaNya.
Pada awalnya pemeluk agama ini ditindas, diboikot, dan Rasulullah SAW memerintahkan untuk tetap bersabar dan terus menegakkan Sholat. Hingga akhirnya penindasan, kezholiman dan pemboikotan telah melampaui batas, hingga akhirnya turunlah Surah Baroah. Diperintahkan untuk berperang membela agama yg ditindas dan dizholimi habis2an.
Bab:Tentang Berjihad
Tidak bisa dipungkiri, kalau Jihad dan mati dalam berjihad (mati syahid) adalah cita2 tertinggi bagi semua mukmin yg sungguh2 dalam keimanannya. Hanya orang2 munafik dan kafir yg membenci jihad dijalan Allah. Namun, untuk berjihad dijaman sekarang ini haruslah extra hati-hati, karena:
1, Jaman ini penuh fitnah, dimana kebaikan dan keburukan sudah dicampur-aduk, sehingga kebaikan belum tentu baik dan keburukan belum tentu buruk.
2. Ada yg mengatakan berjihad fii Sabilillah, namun yg sebenarnya adalah memperjuangkan ideologi politik, kehendak pimpinan, karena teman (teman akrab/persahabatan), karena harta atau karena kekuasaan atau karena yg lainnya. Karena itu selidikilah, baik yg nyata ataupun yg ghaib, dng menggunakan ilmu dari Allah (Al Qur'an dan As Sunnah Nabi SAW yg shahih dan mutawatir) untuk dapat membedakan mana yg benar2 jihad fii Sabilillah atau karena yg lain.
3. Sabar dan jangan grusa-grusu dalam mengambil tindakan, dijaman penuh fitnah ini, dan dijaman jauh dari jaman Nabi SAW. Kalau dijaman Nabi SAW, kita bisa langsung tahu, mana jihad yg benar dan mana yg tidak. Juga bisa mengetahui mana jihad yg dilarang dan mana yg diperintahkan.
4. Berjihad itu tidak hanya berperang menggunakan senjata di medan perang, namun bisa dalam bentuk yg lain. Belum tentu orang yg mati di medan perang itu mati syahid, juga sebaliknya, belum tentu orang mati di tempat tidur itu tidak mati syahid. Silahkan dibaca dan diperhatikan hadits2 berikut ini:
Telah bercerita kepada kami Sulaiman bin Harb telah bercerita kepada kami Syu'bah dari 'Amru dari Abu Wa'il dari Abu Musa radliallahu 'anhu berkata; Datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata: "Seseorang berperang untuk mendapatkan ghanimah, seseorang yang lain agar menjadi terkenal dan seseorang yang lain lagi untuk dilihat kedudukannya, manakah yang disebut fii sabilillah?" Maka Beliau bersabda: "Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut fii sabilillah". (No. Hadist: 2599 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Keterangan: Hati2 dng maksud dari berjuang untuk meninggikan kalimat Allah dijaman sekarang ini. Karena harus tahu ilmu mengenai maksud dari "meninggikan kalimat Allah". Terutama dijaman penuh fitnah, penuh kepalsuan, penuh tipu-daya, dan penuh kekejian yakni dijaman sekarang ini. Jangan sampai maksudnya ingin meninggikan kalimat Allah, namun ternyata malah menghancurkan agama Islam, baik secara lambat atau cepat, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sebaik-baik tuntunan adalah dari Al Qur'an dan Sunnah Nabi SAW (dari hadits yg shahih dan mutawatir), karena itu pelajarilah dengan baik dan teliti dua pusaka peninggalan Nabi SAW ini.
Bab: Berhati-hati dan Berlaku telitilah sebelum Memutuskan untuk Berjihad (perang)
QS.4. An Nisaa':
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَىٰ إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ ۚ كَذَٰلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا
ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
94. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu[juga orang yang mengucapkan kalimat: laa ilaaha illallah]: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu[orang itu belum nyata keislamannya oleh orang ramai, kamupun demikian pula dahulu], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Keterangan:
Sikap berhati-hati dan waspada dalam perang agar tidak terjadi pembunuhan terhadap orang Muslim, adalah suatu keharusan. Apabila kalian pergi berperang di jalan Allah, maka telitilah terlebih dahulu siapa orang yang akan diperangi. Apakah mereka telah memeluk Islam, atau masih dalam keadaan musyrik. Janganlah kalian mengatakan, "Kamu bukan orang Muslim," kepada orang yang berucap salam atau isyarat damai, hanya karena kalian menginginkan harta rampasan. Terimalah ucapan salam perdamaian mereka. Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan harta yang banyak kepada kalian. Dan kalian, wahai orang-orang Mukmin, dulu juga berada dalam kekufuran, kemudian Allah menunjuki kalian. Maka telitilah orang-orang yang kalian temui. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan Dia akan mengadakan perhitungan dengan kalian sesuai dengan ilmu-Nya.
Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Abu Rizmah menceritakan kepada kami dari Israil dari Simak bin Harb dari Ikrimah dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Ada seorang laki-laki dari Bani Sulaim yang membawa kambing gembalaannya lewat di hadapan sekelompok sahabat Rasulullah SAW, lalu laki-laki tersebut memberi salam kepada mereka. Di antara sahabat ada yang berkata, 'Tidaklah ia memberi salam kecuali agar terpelihara dari kalian.' Maka merekapun segera mengejar dan membunuh laki-laki tersebut.
Setelah kejadian ini, merekapun menemui Rasulullah SAW dan memberitahukannya kepada beliau. Maka tak lama kemudian, Allah SWT menurunkan ayat, 'Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) dijalan Allah maka telitilah dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kalian, "Kamu bukan seorang mukmin'." (Qs. An-Nisaa" [4]: 94)
Hasan shahih: At-Ta'liq 'ala Al Ihsan (7/122), shahih sunan tirmidzi(3030) dan Muttafaq alaih.
Telah menceritakan kepada kami Qais bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid telah menceritakan kepada kami Al Hasan telah menceritakan kepada kami Mujahid dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang membunuh orang kafir yang telah mengikat perjanjian (mu'ahid) dengan pemerintahan muslimin, ia tak dapat mencium harum surga, padahal harum surga dapat dicium dari jarak empat puluh tahun." (No. Hadist: 6403 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam wafat dan kekhalifahan digantikan oleh Abu Bakar, sebagian masyarakat Arab kembali kepada kekufuran. (Ketika Abu Bakar ingin memerangi mereka), Umar bin Khathab berkata kepada Abu Bakar: Kenapa engkau memerangi manusia, bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam telah bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah. Barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah berarti harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya terserah pada Allah. Abu Bakar menanggapi: Demi Allah, aku akan perangi orang yang membedakan antara salat dan zakat. Karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan memberikan zakat binatang ternak kepadaku yang sebelumnya mereka bayar kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, niscaya aku akan perangi mereka karena tidak membayar zakat binatang ternak. (Shahih Muslim No.29)
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Al Mubarak Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid Telah menceritakan kepada kami Ayyub dan Yunus dari Al Hasan dari Al Ahnaf bin Qais berkata; aku datang untuk menolong seseorang kemudian bertemu Abu Bakrah, maka dia bertanya: "Kamu mau kemana?" Aku jawab: "hendak menolong seseorang" dia berkata: "Kembalilah, karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka". aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya". (No. Hadist: 30 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Hadis riwayat Usamah bin Zaid Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan: Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bertanya: Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak? Beliau terus mengulangi perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam pada hari itu.
Saad berkata: Demi Allah, aku tidak membunuh seorang muslim, hingga dibunuh Dzul Buthain, Usamah.
[Ketika terjadi perselisihan antara Ali ra. dan Muawiyah ra., Usamah memilih untuk tidak ikut campur, walaupun sejumlah kerabatnya mengajak untuk berperang membela Ali ra., Usamah tetap tidak mau dan berkata, "Sampai kapanpun aku tidak akan memerangi orang yg mengucapkan Laa ilaaha illallah"]. Seseorang berkata: Bukankah Allah telah berfirman: Dan perangilah mereka, agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata untuk Allah. [kata Usamah ra., "Itu ketika kita melawan orang Musyrik. Dan kita telah memerangi mereka hingga fitnah lenyap, dan agama sepenuhnya milik Allah"].
Saad berkata (seperti kata Usamah ra): Kami telah berperang (melawan orang Musyrik), agar tidak ada fitnah. Sedangkan engkau dan pengikut-pengikutmu ingin berperang, agar timbul fitnah. (Shahih Muslim No.140)
Keterangan: Beberapa sahabat Nabi SAW memilih untuk tidak ikut konflik antara Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. dan Muawiyah bin Abu Sufyan r.a, karena mereka takut, jika membunuh sesama muslim, maka sama saja mendaftar untuk masuk neraka. Walaupun sebenarnya didalam hati mereka, cenderung untuk taat dan tunduk kepada pemerintahan Ali ra (dari indikator berpihaknya Ammar bin Yasir kepada Ali ra, sebab Nabi SAW memberikan petunjuk kalau Ammar bin Yasir ra akan mati dibunuh oleh pihak yg berdosa, dan ternyata Ammar mati dibunuh pihak Muawwiyah ra). Namun ternyata mereka memilih untuk tidak ikut berperang melawan Muawiyah ra, dan lebih memilih untuk tidak ikut konflik antara 2 sahabat Nabi SAW tsb.
Diantara sahabat Nabi SAW. yg memilih untuk tidak ikut konflik adalah: Abdullah bin Umar, Usamah bin Zaid, Sa'ad bin Abi Waqash dan Said bin Zaid (termasuk dlm 10 orang yg dijamin masuk Surga dan doanya pasti dikabulkan Allah SWT.)
Begitulah pesan Umar ra., salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. dan salah satu orang yang dijamin pasti masuk Surga, dng keutamaan lainnya, menjadi penyebab turunnya 4 ayat Al Quran, yg salah satunya mengenai hijab ...
Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Sa'd dari Shalih dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari Ibnu 'Abbas mengatakan; aku menyampaikan petuah-petuah untuk beberapa orang muhajirin yang diantara mereka adalah 'Abdurrahman bin Auf, ketika aku berada di persinggahannya di Mina dan dia bersama Umar bin Khattab, di akhir haji yang dilakukannya. Tiba-tiba Abdurrahman bin Auf kembali kepadaku dan mengatakan; 'sekiranya engkau melihat seseorang yang menemui amirul mukminin hari ini, orang itu mengatakan; 'Wahai amirul mukminin, apakah engkau sudah tahu berita si fulan yang mengatakan; 'sekiranya Umar telah meninggal, aku akan berbaiat kepada fulan, pembaiatan Abu Bakar ash Shiddiq tidak lain hanyalah sebuah kekeliruan dan sekarang telah berakhir.' Umar serta merta marah dan berujar; 'Sungguh sore nanti aku akan berdiri menghadapi orang-orang dan memperingatkan mereka, yaitu orang-orang yang hendak mengambil alih wewenang perkara-perkara mereka.' Abdurrahman berkata; maka aku berkata; 'Wahai amirul mukminin, jangan kau lakukan sekarang, sebab musim haji sekarang tengah menghimpun orang-orang jahil dan orang-orang bodoh, merekalah yang lebih dominan didekatmu sehingga aku khawatir engkau menyampaikan sebuah petuah hingga para musafir yang suka menyebarkan berita burung yang menyebarluaskan berita, padahal mereka tidak jeli menerima berita dan tidak pula meletakkannya pada tempatnya, maka tangguhkanlah hingga engkau tiba di Madinah, sebab madinah adalah darul hijrah dan darus sunnah yang sarat dengan ahli fikih para pemuka manusia, sehingga engkau bisa menyampaikan petuah sesukamu secara leluasa dan ahlul ilmi memperhatikan petuah-petuahmu dan meletakkannya pada tempatnya.' Umar menjawab; 'Demi Allah, insya Allah akan aku lakukan hal itu diawal kebijakan yang kulakukan di Madinah.' Kata ibnu Abbas, Maka kami tiba di Madinah setelah bulan Dzulhijjah, begitu hari jumat kami segera berangkat ketika matahari condong hingga kutemui Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail yang duduk ke tiang minbar, aku duduk di sekitarnya yang lututku menyentuh lututnya, tak lama aku menunggu hingga datanglah Umar bin Khattab, begitu aku melihat dia datang, saya katakan kepada Sa'id bin Zaid dan Amru bin Nufail; 'Sore ini sungguh Umar akan menyampaikan sebuah pesan yang belum pernah ia sampaikan sebelumnya semenjak dia diangkat menjadi khalifah,.' Namun Sa'id mengingkariku dengan mengatakan; 'Semoga kamu tidak kecela, Umar menyampaikan pidato yang belum pernah ia sampaikan sebelumnya.' Kemudian Umar duduk diatas minbar. Ketika juru-juru pengumuman telah diam, Umar berdiri memanjatkan pujian yang semestinya bagi-NYA, kemudian dia berkata; 'Amma ba'du, saya sampaikan maklumat kepada kalian yang telah ditakdirkan bagiku untuk menyampaikannya, saya tidak tahu mungkin pidato ini adalah menjelang kematianku, maka barangsiapa mencermatinya dan memperhatikannya dengan baik-baik, hendaklah ia menyampaikannya hingga ke tempat-tempat hewan tunggangannya pergi, dan barangsiapa yang khawatir tidak bisa memahaminya, tidak aku halalkan kepada seorang pun untuk berdusta kepadaku. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam dengan membawa kebenaran, dan telah Allah turunkan al Qur`an kepadanya, yang diantara yang Allah turunkan adalah ayat rajam sehingga bisa kita baca, kita pahami dan kita cermati, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah melaksanakan hukum rajam, maka kita pun harus melakukan hukuman rajam sepeninggal beliau, aku sedemikian khawatir jika zaman sekian lama berlalu bagi manusia, ada seseorang yang berkata; 'Demi Allah, kami tidak menemukan ayat rajam dalam kitabullah, ' kemudian mereka tersesat dengan meninggalkan kewajiban yang Allah turunkan, padahal rajam menurut kitabullah adalah hak (benar) bagi orang yang berzina dan ia telah menikah baik laki-laki maupun perempuan dan bukti telah jelas, atau hamil atau ada pengakuan, kemudian kita juga membaca yang kita baca dari kitabullah, janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian, sebab membenci ayah kalian adalah kekufuran -atau Umar mengatakan dengan redaksi; 'Sesungguhnya ada pada kalian kekufuran jika membenci ayah-ayah kalian- kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "janganlah kalian memujiku berlebihan sebagaimana Isa bin maryam dipuji, katakanlah bahwa aku hanyalah hamba Allah dan rasul-NYA, " kemudian sampai berita kepadaku bahwa seseorang diantara kalian berkata; 'Sekiranya Umar telah meninggal maka aku akan berbaiat kepada fulan, janganlah seseorang tertipu dengan yang mengatakan; 'hanyasanya pembaiatan Abu Bakar kebetulan dan sudah selesai, ' ketahuilah, pembaiatan itu memang telah berlalu, namun Allah menjaga keburukannya, ketahuilah bahwa orang yang mempunyai kelebihan diantara kalian, yang tak mungkin terkejar kelebihannya, ia tak akan bisa menyamai kelebihan Abu Bakar, barangsiapa berbaiat kepada seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, berarti ia tidak dianggap dibaiat begitu juga yang membaiatnya, yang demikian karena dikhawatirkan keduanya akan dibunuh. Diantara berita yang beredar di tengah kita adalah, ketika Allah mewafatkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwasallam, orang-orang anshar menyelisihi kami dan mereka semua berkumpul di Saqifah bani Sa'idah, dan Ali serta Zubair menyelisihi kami serta siapa saja yang bersama keduanya, dan orang-orang muhajirin berkumpul kepada Abu Bakar, maka aku katakan kepada Abu Bakar; 'Wahai Abu Bakar, mari kita temui kawan-kawan kita dari Anshar, ' maka kami berangkat untuk menemui mereka, tatkala kami telah mendekati mereka, dua orang shalih diantara mereka menemui kami dan mengutarakan kesepakatan orang-orang, keduanya berkata; 'Kalian mau kemana wahai orang-orang muhajirin? ' kami menjawab; 'Kami akan menemui ikhwan-ikhwan kami dari anshar.' Keduanya berkata; 'Jangan, jangan kalian dekati mereka, putuskanlah urusan kalian.' namun aku katakan; 'Demi Allah, kami harus mendatangi mereka', maka kami pun berangkat hingga mendatangi mereka di Saqifah bani Sa'idah, ternyata disana seorang laki-laki yang berselimut kain ditengah-tengah mereka, saya pun bertanya; 'Siapakah ini? ' Mereka menjawab; 'Ini Sa'd bin Ubadah.' Saya bertanya; 'kenapa dengannya? ' Mereka menjawab; 'Dia tengah sakit dan mengalami demam yang serius.' Tatkala kami duduk sebentar, juru pidato mereka bersaksi dan memanjatkan pujian kepada Allah dengan pujian yang semestinya bagi-NYA, kemudian mengatakan; "Amma ba'd. Kami adalah penolong-penolong Allah (ansharullah) dan laskar Islam, sedang kalian wahai segenap muhajirin hanyalah sekelompok manusia biasa dan golongan minoritas dari bangsa kalian, namun anehnya tiba-tiba kalian ingin mencongkel wewenang kami dan menyingkirkan kami dari akar-akarnya." Tatkala juru pidato itu diam, aku ingin berbicara dan telah aku perindah sebuah ungkapan kata yang menjadikanku terkagum-kagum dan ingin aku ungkapkan di hadapan Abu Bakar, yang dalam beberapa batasan aku sekedar menyindirnya. Tatkala aku ingin bicara, Abu Bakar menegur; 'Sebentar! ' Maka aku tidak suka jika niatku menjadikannya marah! Maka Abu Bakar berbicara yang dia lembut daripadaku dan lebih bersahaja. Demi Allah, tidaklah dia meninggalkan sebuah kata yang aku kagumi dalam susunan yang kubuat indah selain ia ucapkan dalam pidato dadakannya yang semisalnya atau bahkan lebih baik hingga dia diam. Kemudian dia mengatakan; 'Kebaikan yang kalian sebut-sebutkan memang kalian penyandangnya dan sesungguhnya masalah kekhilafahan ini tidak diperuntukkan selain untuk penduduk quraisy ini yang mereka adalah pertengahan dikalangan bangsa arab yang nasab dan keluarganya, dan aku telah meridhai salah satu dari dua orang ini untuk kalian, maka baiatlah salah seorang diantara keduanya yang kalian kehendaki.' Kemudian Abu Bakar menggandeng tanganku dan tangan Abu Ubaidah bin Al Jarrah, dan dia duduk ditengah-tengah kami. Dan tidak ada yang aku benci dari perkataannya selainnya. Demi Allah, kalaulah saya digiring kemudian leherku dipenggal dan itu tidak mendekatkan diriku kepada dosa, itu lebih aku sukai daripada aku memimpin suatu kaum padahal disana masih ada Abu Bakar ash Shiddiq, Ya Allah, kalaulah bukan karena jiwaku membujukku terhadap sesuatu pada saat kematian yang tidak aku dapatkan sekarang, rupanya ada seorang berujar; 'Aku adalah kepercayaan anshar, berpengalaman, cerdas dan tetua yang dihormati, kami punya amir dan kalian juga punya amir tersendiri, wahai segenap quraisy! ' Spontan kegaduhan terjadi seru, suara sangat membisingkan, hingga aku memisahkan diri dari perselisihan dan kukatakan; "Julurkan tanganmu hai Abu Bakar! ' Lantas Abu Bakar menjulurkan tangannya, dan aku berbaiat kepadanya, dan orang-orang muhajirinpun secara bergilir berbaiat, kemudian orang anshar juga berbaiat kepadanya, lantas kami melompat kearah Sa'd bin Ubadah sehingga salah seorang diantara mereka berujar; 'Kalian telah membunuh Sa'd bin Ubadah? ' Kujawab 'Allah yang membunuh Sa'ad bin Ubadah.' Umar melanjutkan; 'Demi Allah, tidaklah kami dapatkan urusan yang kami temui yang jauh lebih kuat daripada pembaiatan Abu Bakar, kami sangat khawatir jika kami tinggalkan suatu kaum sedang mereka belum ada baiat, kemudian mereka membaiat seseorang sepeninggal kami sehingga kami membaiat mereka diatas suatu hal yang tidak kami ridhai, atau kita menyelisihi mereka sehingga terjadi kerusakan, maka barangsiapa yang membaiat seseorang dengan tanpa musyawarah kaum muslimin, janganlah diikuti, begitu juga orang yang di baiatnya, karena dikhawatirkan keduanya terbunuh.'(No. Hadist: 6328 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Kira2 bagaimanakah sifat2 para Amirul Mukminin yg dimulai Khalifah Abu Bakar ra.? Coba simak yg berikut ini:
1. Merupakan ahli fikih, pemuka manusia yang terpercaya dan teruji keimanan dan ketaqwaannya
2. Orang² yang tidak suka menyebarkan berita burung, jeli menerima berita dan selalu meletakkannya suatu perkara pada tempatnya
3. Orang² ahlul ilmi
4. Merupakan Hafizh dan penghapal Al Qur'an
5. Hapal banyak hadits Nabi SAW, dan paham Asbabun Nuzul dan Asbabul Khuruj
6. Mencintai Allah dan Rasul-Nya juga para sahabat2 terdekat Nabi SAW.
Demikianlah sifat2 dan karakteristik Amirul Mukminin dijaman keemasan dulu, adakah orang yg seperti ini dijaman ini???
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir telah menceritakan kepadaku Busr bin Ubaidullah Al Khadrami, ia mendengar Abu Idris al Khaulani, ia mendengar Khudzaifah Ibnul Yaman mengatakan; Orang-orang bertanya Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tentang kebaikan sedang aku bertanya beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu sendiri. Maka aku bertanya 'Hai Rasulullah, dahulu kami dalam kejahiliyahan dan keburukan, lantas Allah membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini ada keburukan lagi? Nabi menjawab 'Tentu'. Saya bertanya 'Apakah sesudah keburukan itu ada kebaikan lagi? 'Tentu' Jawab beliau, dan ketika itu ada kotoran, kekurangan dan perselisihan. Saya bertanya 'Apa yang anda maksud kotoran, kekurangan dan perselisihan itu? Nabi menjawab 'Yaitu sebuah kaum yang menanamkan pedoman bukan dengan pedomanku, engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya'. Saya bertanya 'Adakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Nabi menjawab 'O iya,,,,, ketika itu ada penyeru-penyeru menuju pintu jahannam, siapa yang memenuhi seruan mereka, mereka akan menghempaskan orang itu ke pintu-pintu itu'. Aku bertanya 'Ya Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!'. Nabi menjawab; 'Mereka adalah seperti kulit kita ini, juga berbicara dengan bahasa kita'. Saya bertanya 'Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?'. Nabi menjawab; 'Hendaklah kamu selalu bersama jamaah muslimin dan imam mereka!'. Aku bertanya; 'kalau tidak ada jamaah muslimin dan imam bagaimana?'. Nabi menjawab; 'hendaklah kau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kau gigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu kamu harus tetap seperti itu'. (No. Hadist: 6557 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Janganlah fanatik terhadap pemimpin firqoh-firqoh, karena sesungguhnya Islam ini satu, tidak terpecah menjadi golongan2. Dimana masing2 golongan mengklaim paling benar, padahal sesungguhnya yg paling benar adalah dari Allah, dan Rasul-Nya.
QS. 6. Al An'aam:
إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ إِنَّمَآ أَمْرُهُمْ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ
159. Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan[golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya], tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
> Renungkanlah: Seorang Pemimpin itu tidak Harus Menjadi Pemimpin
Setelah Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. dibunuh, maka kedudukannya digantikan oleh putranya Hasan bin Ali ra. Namun Hasan ra tidak lama menjabat dan memilih untuk menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan ra. Ia mengambil tindakan itu untuk menjaga persatuan kaum Muslim. Nabi SAW. pernah bersabda, "Putraku ini adalah seorang pemimpin (maksudnya Hasan ra. cucu kesayangan Beliau), dengannya Allah akan mendamaikan dua golongan besar (yg bertikai)". (Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, oleh: Muhammad Raji Hasan Kinas, hal 553).
Kemudian Hasan ra. pindah ke Madinah, dan beliau wafat disana, karena diracun oleh istrinya sendiri. Namun Hasan ra. melarang saudaranya Husain ra. untuk memerangi orang2 yg meracuninya (kelompok istrinya/pembunuh dirinya). Hasan ra. sudah memasrahkan urusan itu kepada Allah.
Sungguh mulia akhlak cucu kesayangan Nabi SAW., menghindarkan pertumpahan darah, dan lebih memilih persatuan, kesatuan, dan kedamaian umat Islam ...
Sesungguhnya agama Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin. Dimana agama ini diturunkan untuk menyempurnakan akhlak, dan bukan untuk berperang atau kekerasan. Sosok Rasulullah SAW sendiri merupakan bukti nyata dng memberikan contoh akhlak yg baik.
Bukti lainnya, dari semua surah Alquran hanya satu surah saja yg tidak dimulai dng Basmalah, yakni surah Attaubah (Baroah). Dan sangat sedikit perintah untuk berperang. Bacaan Basmalah sendiri memiliki arti kurang lebih "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang", dimana disini tidak ada makna yg menyatakan peperangan atau kekerasan, melainkan KeMahamurah dan Mahapenyayangnya Allah kepada MakhlukNya yg tidak beriman ataupun yg beriman kepadaNya.
Pada awalnya pemeluk agama ini ditindas, diboikot, dan Rasulullah SAW memerintahkan untuk tetap bersabar dan terus menegakkan Sholat. Hingga akhirnya penindasan, kezholiman dan pemboikotan telah melampaui batas, hingga akhirnya turunlah Surah Baroah. Diperintahkan untuk berperang membela agama yg ditindas dan dizholimi habis2an.
Bab:Tentang Berjihad
Tidak bisa dipungkiri, kalau Jihad dan mati dalam berjihad (mati syahid) adalah cita2 tertinggi bagi semua mukmin yg sungguh2 dalam keimanannya. Hanya orang2 munafik dan kafir yg membenci jihad dijalan Allah. Namun, untuk berjihad dijaman sekarang ini haruslah extra hati-hati, karena:
1, Jaman ini penuh fitnah, dimana kebaikan dan keburukan sudah dicampur-aduk, sehingga kebaikan belum tentu baik dan keburukan belum tentu buruk.
2. Ada yg mengatakan berjihad fii Sabilillah, namun yg sebenarnya adalah memperjuangkan ideologi politik, kehendak pimpinan, karena teman (teman akrab/persahabatan), karena harta atau karena kekuasaan atau karena yg lainnya. Karena itu selidikilah, baik yg nyata ataupun yg ghaib, dng menggunakan ilmu dari Allah (Al Qur'an dan As Sunnah Nabi SAW yg shahih dan mutawatir) untuk dapat membedakan mana yg benar2 jihad fii Sabilillah atau karena yg lain.
3. Sabar dan jangan grusa-grusu dalam mengambil tindakan, dijaman penuh fitnah ini, dan dijaman jauh dari jaman Nabi SAW. Kalau dijaman Nabi SAW, kita bisa langsung tahu, mana jihad yg benar dan mana yg tidak. Juga bisa mengetahui mana jihad yg dilarang dan mana yg diperintahkan.
4. Berjihad itu tidak hanya berperang menggunakan senjata di medan perang, namun bisa dalam bentuk yg lain. Belum tentu orang yg mati di medan perang itu mati syahid, juga sebaliknya, belum tentu orang mati di tempat tidur itu tidak mati syahid. Silahkan dibaca dan diperhatikan hadits2 berikut ini:
Keterangan: Hati2 dng maksud dari berjuang untuk meninggikan kalimat Allah dijaman sekarang ini. Karena harus tahu ilmu mengenai maksud dari "meninggikan kalimat Allah". Terutama dijaman penuh fitnah, penuh kepalsuan, penuh tipu-daya, dan penuh kekejian yakni dijaman sekarang ini. Jangan sampai maksudnya ingin meninggikan kalimat Allah, namun ternyata malah menghancurkan agama Islam, baik secara lambat atau cepat, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sebaik-baik tuntunan adalah dari Al Qur'an dan Sunnah Nabi SAW (dari hadits yg shahih dan mutawatir), karena itu pelajarilah dengan baik dan teliti dua pusaka peninggalan Nabi SAW ini.
Bab: Berhati-hati dan Berlaku telitilah sebelum Memutuskan untuk Berjihad (perang)
QS.4. An Nisaa':
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَىٰ إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ ۚ كَذَٰلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا
ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
94. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu[juga orang yang mengucapkan kalimat: laa ilaaha illallah]: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu[orang itu belum nyata keislamannya oleh orang ramai, kamupun demikian pula dahulu], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Keterangan:
Sikap berhati-hati dan waspada dalam perang agar tidak terjadi pembunuhan terhadap orang Muslim, adalah suatu keharusan. Apabila kalian pergi berperang di jalan Allah, maka telitilah terlebih dahulu siapa orang yang akan diperangi. Apakah mereka telah memeluk Islam, atau masih dalam keadaan musyrik. Janganlah kalian mengatakan, "Kamu bukan orang Muslim," kepada orang yang berucap salam atau isyarat damai, hanya karena kalian menginginkan harta rampasan. Terimalah ucapan salam perdamaian mereka. Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan harta yang banyak kepada kalian. Dan kalian, wahai orang-orang Mukmin, dulu juga berada dalam kekufuran, kemudian Allah menunjuki kalian. Maka telitilah orang-orang yang kalian temui. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan Dia akan mengadakan perhitungan dengan kalian sesuai dengan ilmu-Nya.
Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Abu Rizmah menceritakan kepada kami dari Israil dari Simak bin Harb dari Ikrimah dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Ada seorang laki-laki dari Bani Sulaim yang membawa kambing gembalaannya lewat di hadapan sekelompok sahabat Rasulullah SAW, lalu laki-laki tersebut memberi salam kepada mereka. Di antara sahabat ada yang berkata, 'Tidaklah ia memberi salam kecuali agar terpelihara dari kalian.' Maka merekapun segera mengejar dan membunuh laki-laki tersebut.
Setelah kejadian ini, merekapun menemui Rasulullah SAW dan memberitahukannya kepada beliau. Maka tak lama kemudian, Allah SWT menurunkan ayat, 'Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) dijalan Allah maka telitilah dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kalian, "Kamu bukan seorang mukmin'." (Qs. An-Nisaa" [4]: 94)
Hasan shahih: At-Ta'liq 'ala Al Ihsan (7/122), shahih sunan tirmidzi(3030) dan Muttafaq alaih.
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam wafat dan kekhalifahan digantikan oleh Abu Bakar, sebagian masyarakat Arab kembali kepada kekufuran. (Ketika Abu Bakar ingin memerangi mereka), Umar bin Khathab berkata kepada Abu Bakar: Kenapa engkau memerangi manusia, bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam telah bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah. Barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah berarti harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya terserah pada Allah. Abu Bakar menanggapi: Demi Allah, aku akan perangi orang yang membedakan antara salat dan zakat. Karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan memberikan zakat binatang ternak kepadaku yang sebelumnya mereka bayar kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, niscaya aku akan perangi mereka karena tidak membayar zakat binatang ternak. (Shahih Muslim No.29)
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Al Mubarak Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid Telah menceritakan kepada kami Ayyub dan Yunus dari Al Hasan dari Al Ahnaf bin Qais berkata; aku datang untuk menolong seseorang kemudian bertemu Abu Bakrah, maka dia bertanya: "Kamu mau kemana?" Aku jawab: "hendak menolong seseorang" dia berkata: "Kembalilah, karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka". aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya". (No. Hadist: 30 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Hadis riwayat Usamah bin Zaid Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan: Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bertanya: Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak? Beliau terus mengulangi perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam pada hari itu.
Saad berkata: Demi Allah, aku tidak membunuh seorang muslim, hingga dibunuh Dzul Buthain, Usamah.
[Ketika terjadi perselisihan antara Ali ra. dan Muawiyah ra., Usamah memilih untuk tidak ikut campur, walaupun sejumlah kerabatnya mengajak untuk berperang membela Ali ra., Usamah tetap tidak mau dan berkata, "Sampai kapanpun aku tidak akan memerangi orang yg mengucapkan Laa ilaaha illallah"]. Seseorang berkata: Bukankah Allah telah berfirman: Dan perangilah mereka, agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata untuk Allah. [kata Usamah ra., "Itu ketika kita melawan orang Musyrik. Dan kita telah memerangi mereka hingga fitnah lenyap, dan agama sepenuhnya milik Allah"].
Saad berkata (seperti kata Usamah ra): Kami telah berperang (melawan orang Musyrik), agar tidak ada fitnah. Sedangkan engkau dan pengikut-pengikutmu ingin berperang, agar timbul fitnah. (Shahih Muslim No.140)
Keterangan: Beberapa sahabat Nabi SAW memilih untuk tidak ikut konflik antara Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. dan Muawiyah bin Abu Sufyan r.a, karena mereka takut, jika membunuh sesama muslim, maka sama saja mendaftar untuk masuk neraka. Walaupun sebenarnya didalam hati mereka, cenderung untuk taat dan tunduk kepada pemerintahan Ali ra (dari indikator berpihaknya Ammar bin Yasir kepada Ali ra, sebab Nabi SAW memberikan petunjuk kalau Ammar bin Yasir ra akan mati dibunuh oleh pihak yg berdosa, dan ternyata Ammar mati dibunuh pihak Muawwiyah ra). Namun ternyata mereka memilih untuk tidak ikut berperang melawan Muawiyah ra, dan lebih memilih untuk tidak ikut konflik antara 2 sahabat Nabi SAW tsb.
Diantara sahabat Nabi SAW. yg memilih untuk tidak ikut konflik adalah: Abdullah bin Umar, Usamah bin Zaid, Sa'ad bin Abi Waqash dan Said bin Zaid (termasuk dlm 10 orang yg dijamin masuk Surga dan doanya pasti dikabulkan Allah SWT.)
---》Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika kita sangat Tergesa-gesa dan Dangkal dalam menafsirkan ayat berikut ini, maka akibatnya bisa fatal:
ﻭَﻣَﻦ ﻟَّﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّـﻪُ ﻓَﺄُﻭﻟَـٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ
“ Barangsiapa yang berhukum dengan hukum selain Allah maka mereka adalah orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah[5]: 44 )
Ini kalau kita hanya membaca ayat Al-Qur’an begitu saja mungkin kita bisa salah memahami. Kita menganggap bahwa itu adalah kufur besar. Tapi kalau kita merujuk kepada penafsiran Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu yang merupakan ahli tafsir Al-Qur’an, maka beliau mengatakan bahwasannya yang dimaksud adalah kufur dibawah kekufuran yang lain atau kufur kecil yang tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam .
lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma berkata: “Sesungguhnya kekufuran dalam ayat ini bukan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama, dia adalah kufur duna kufrin (kufur kecil yang tidak mengeluarkan pelakunya dan lslam)”. [Tafsir Ibnu Jarir 10/355]
Para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah dari zaman tabi’in hingga zaman ini selalu bersandar kepada tafsir lbnu Abbas Rodhiyallahu anhu terhadap ayat hukum, sebgaimana di dalam nukilan-nukilan berikut ini.
1. Atho’ bin Abu Robah, seorang tabi’in, menyebut ayat 44-46 surat al-Ma’idah, dan berkata: “Kufrun duna kufrin (kufur kecil), fisqun duna fisqin (fasik kecil), dan zhulmun duna zhulmin (dzolim kecil)” [Diriwayatkan oleh lbnu Jarir dalam Tafsir-nya 6/256 dan dishohihkan sanadnya oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Shohihah 6/114]
2. Thowus bin Kaisan, salah seorang tabi’in, menyebut ayat hukum dan berkata :”Bukan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama” [Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya 6/256 dan dishohihkan sanadnya oleh Syaikh Al-Albani dalam SilsiIah Shohihah 6/114]
3. Al-Imam Ahmad bin Hanbal ditanya tentang maksud kufur dalam ayat hukum, maka beliau berkata : “Kekufuran yang tidak mengeluarkan dan keimanan” [Majmu’ Fatawa 7/254]
4. Al-Imam Abu Ubaid Al-Qosim bin Salam membawakan tafsir lbnu Abbas dan Atho’ bin Abu Robah terhadap ayat hukum dan berkata : “Maka telah jelas bagi kita bahwa kekufuran dalam ayat ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, dan bahwasanya agamanya tetap eksis meskipun tercampur dengan dosa-dosa.” [Kitabul lman hal. 45]
5. Al-Imam Bukhori berkata dalam Shohih-nya (1/83) : “Bab Kufronil ‘Asyir wa Kufrun Duna Kufrin’ al-Haflzh Ibnu Hajar berkata :”Penulis (Al-Imam Bukhori) mengisyaratkan kepada atsar yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Kitabul Iman dari jalan Atho’ bin Abu Robah dan yang lainnya” [FathuI Bari 1/83]
6. Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari menyebutkan lima pendapat para ulama tentang tafsir ayat hukum kemudian berkata : “Pendapat yang paling utama menurutku adalah pendapat yang mengatakan bahwa ayat-ayat ini turun pada orang-orang kafir ahli kitab, karena ayat-ayat sebelum dan sesudahnya turun pada mereka, merekalah yang dimaksudkan dengan ayat-ayat ini, dan konteks ayat-ayat ini adalah khobar (kabar) tentang mereka, maka keberadaannyab sebagai kabar tentang mereka lebih utama. Jika ada orang yang bertanya : Sesungguhnya Alloh Ta’ala mengabarkan secara umum seluruh orang yang tidak berhukum dengan hukum Alloh, bagaimana engkau menjadikan ayat ini khusus bagi ahil kitab? Maka jawabannya adalah: Sesungguhnya Alloh Ta’ala mengabarkan secara umum dengan ayat ini tentang suatu kaum yang juhud (mengingkari) hukum Alloh di dalam Kitab-Nya. Alloh mengabarkan bahwasanya mereka kafir ketika meninggalkan hukum Alloh dengan cara seperti yang mereka lakukan (yaitu juhud). Demikian juga, setiap orang yang tidak berhukum dengan hukum Alloh karena juhud terhadapnya maka dia telah kafir terhadap Alloh. sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas Rodhiallahu anhuma” [Tafsir Ibnu Jarir 6/257]
7. Al-Imam Baihaqi berkata dalam Sunan Kubro (10/207): “Yang kami riwayatkan dari al-Imam Syafi’i dan para imam yang lainnya tentang para ahli bid’ah ini mereka maksudkan kufur duna kufrin (kufur kecil) sebagaimana dalam firman Alloh. وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ “ ..Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”(Al-Ma’idah : 44); lbnu Abbas Rodhiallahu anhumas berkata : Dia bukanlah kekufuran yang kalian (para Khowarij) katakan, sesungguhnya dia adalah kekufuran yang tidak mengeluarkan dari Islam. Ini adalah kufur duna kufrin.”
8. Al-Imam Ibnu Abdil Barr berkata dalam At-Tamhid (4/237) : “Telah datang dari lbnu Abbas Rodhiallahu anhuma bahwasanya dia berkata tentang hukum penguasa yang lancung, kufrun duna kufrin”.
9. Al-Imam Qurthubi berkata:”Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Alloh karena menolak al-Qur’an dan juhud (mengingkari) pada perkataan Rosul Shallallahu alaihi wa sallam maka dia kafir, ini adalah perkataan Ibnu Abbas Rodhiyallahu anhuma dan Mujahid” [Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an 6/190]
10).Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah menafsirkan ayat hukum di atas dengan mengatakan: “Yaitu seorang yang menghalalkan berhukum dengan selain hukum Alloh.” [Majmu’ Fatawa 3/268] Beliau juga berkata: “Ketika datang dari perkataan salaf bahwasanya di dalam diri seseorang ada keimanan dan kemunafikan, maka demikian halnya perkataan mereka bahwasanya di dalam diri seseorang ada keimanan dan kekufuran ; kekufuran ini bukanlah kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari agama, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas Rodhiallahu anhuma dan para sahabatnya tentang tafsir firman Alloh. وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ “Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Al-Ma’idah : 44); mereka berkata :”Dia adalah kekufuran yang tidak mengeluarkan dari IsIam” Perkataan ini diikuti oleh Imam Ahmad dan yang lainnya dari para Imam Sunnah.” [Majmu’ Fatawa 7/312]
11. lbnul Qoyyim membawakan tafsir Ibnu Abbas, Thowus, dan Atho’ bin Abu Robah terhadap ayat hukum dan berkata :”Hal ini jelas sekali dalam al-Qur’an bagi siapa saja yang memahaminya, karena Alloh menyebut kafir seorang yang berhukum dengan Selain hukum Alloh, dan menyebut kafir seorang yang mengingkari pada apa yang Dia turunkan pada Rosul-Nya ; dua kekufuran ini tidaklah sama” [Ash-Sholat wa Hukmu Tarikiha hal. 57]
12. Syaikh Al-Albani berkata: “Kesimpulannya, ayat hukum ini turun pada orang-orang Yahudi yang juhud (mengingkari) hukum Alloh. Barangsiapa yang ikut serta mereka dalam juhud, dia telah kafir dengan kufur i’tiqodi; dan barangsiapa yang tidak ikut serta mereka dalam juhud maka kufurnya amali, karena dia melakukan amalan mereka, maka dia telah berbuat kejahatan dan dosa, tetapi tidak keluar dari agama sebagaimana telah terdahulu (keterangannya) dari lbnu Abbas Rodhyiallahu anhuma” [Silsilah Shohihah 6/115]
13. Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin berkata : Adapun yang berhubungan dengan atsar Ibnu Abbas Rodhiallahu anhuma di atas, cukuplah bagi kita bahwa para ulama yang mumpuni seperti Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim dan selain keduanya telah menerimanya dengan baik, mereka membawakan dan menukilnya, maka atsar ini adalah shohih” [Ta’liq terhadap risalah Syaikh Al-Albani at Tahdzir min Fitnati Takfir hal. 69]
Riwayat tafsir lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma terhadap ayat hukum adalah riwayat yang shohih. Bahkan sebagian jalannya shohih atas syarat Bukhori dan Muslim.
Hal lain yang menunjukkan keshohihan tafsir lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma, para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah dari zaman tabi’in hingga zaman ini selalu bersandar kepada tafsir Ibnu Abbas Rodhiyallahu anhu terhadap ayat hukum. Perincian kekufuran menjadi dua : kufur akbar dan kufur duna kufrin (kufur kecil) adalah pendapat para sahabat yang merupakan orang paling berilmu tentang Kitabulloh di antara umat ini serta paling tahu tentang Islam dan kufur berikut hal-hal yang menyertai keduanya. Inilah pendapat ulama Ahli Sunnah dari masa ke masa.
Adapun pendapat yang memutlakkan kekufuran dengan mengatakan bahwa setiap yang berhukum dengan selain hukum Alloh maka dia kafir, keluar dari Islam secara mutlak tanpa perincian -mengingkari kewajiban berhukum dengan hukum Alloh ataupun tidak-, maka ini adalah pendapat Khowarij.
Ahli Sunnah wal Jama’ah menyelisihi kelompok Murji’ah dalam masalah ini karena kelompok Murji’ah menyatakan bahwa kemaksiatan tidak berpengaruh terhadap keimanan. Murji’ah menetapkan bahwa para pelaku dosa besar termasuk orang-orang berhukum dengan selain hukum Alloh adalah orang-orang mu’min yang sempuma keimanan mereka, sedangkan Ahli Sunnah wal Jama’ah menyatakan bahwa pelaku dosa besar berkurang keimanan mereka tetapi tidak mengeluarkan mereka dari keimanan. Mereka, para ulama AhIi Sunnah, juga sepakat bahwa siapa saja yang berhukum dengan selain hukum Alloh dengan mengakui wajibnya berhukum dengan hukum Alloh dan tidak mengingkarinya, maka dia belum sampai kepada kekufuran yang mengeluarkannya dari Islam.
Ini penting untuk kita pelajari sehingga kita tidak memahami Al-Qur’an dengan berbagai keterbatasan yang kita miliki. Tapi hendaknya kita menafsirkannya dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengejar hadits-hadits yang shahih karena pada hadits-hadits yang shahih ada kecukupan sehingga kita tidak perlu pada hadits-hadits yang lemah .
Bab: Belum tentu Orang yg Berjihad itu Mati Syahid
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Kami pergi berperang bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menuju Khaibar. Allah memberikan kemenangan kepada kami, tetapi kami tidak mendapatkan rampasan perang berupa emas atau perak. Yang kami peroleh adalah barang-barang, makanan dan pakaian. Kemudian kami berangkat menuju lembah. Ikut pula bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam seorang budak beliau (pemberian seseorang dari Judzam). Budak itu bernama Rifa’ah bin Zaid dari Bani Dhubaib. Ketika kami menuruni lembah, budak Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam berdiri untuk melepas pelananya. Tetapi, ia terkena anak panah dan itulah saat kematiannya. Kami berkata: Kami senang ia gugur syahid wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjawab: Tidak! Demi Zat yang menguasai Muhammad. Sesungguhnya sebuah mantel akan mengobarkan api neraka atasnya. Mantel itu ia ambil dari harta rampasan perang Khaibar, yang bukan jatahnya. Para sahabat menjadi takut. Lalu seseorang datang membawa seutas atau dua utas tali sandal, seraya berkata: Wahai Rasulullah, aku mendapatkannya pada waktu perang Khaibar. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Seutas tali (atau dua utas tali) sandal dari neraka. (Shahih Muslim No.166)
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Aku ikut Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dalam perang Hunain. Kepada seseorang yang diakui keIslamannya beliau bersabda: Orang ini termasuk ahli neraka. Ketika kami telah memasuki peperangan, orang tersebut berperang dengan garang dan penuh semangat, kemudian ia terluka. Ada yang melapor kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam: Wahai Rasulullah, orang yang baru saja engkau katakan sebagai ahli neraka, ternyata pada hari ini berperang dengan garang dan sudah meninggal dunia. Nabi Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Ia pergi ke neraka. Sebagian kaum muslimin merasa ragu. Pada saat itulah datang seseorang melapor bahwa ia tidak mati, tetapi mengalami luka parah. Pada malam harinya, orang itu tidak tahan menahan sakit lukanya, maka ia bunuh diri. Hal itu dikabarkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam Beliau bersabda: Allah Maha besar, aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Kemudian beliau memerintahkan Bilal untuk memanggil para sahabat: Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa yang pasrah. Dan sesungguhnya Allah mengukuhkan agama ini dengan orang yang jahat. (Shahih Muslim No.162)
Hadis riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Seseorang datang menghadap Nabi Shallallahu alaihi wassalam memohon izin untuk ikut berperang. Nabi Shallallahu alaihi wassalam bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Orang itu menjawab: Ya. Nabi Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Maka kepada keduanyalah kamu berperang (dengan berbakti kepada mereka). (Shahih Muslim No.4623)
Hadis riwayat Abdullah bin Amru Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Barang siapa yang terbunuh demi mempertahankan hartanya, maka ia mati syahid. (Shahih Muslim No.202)
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Ketika seorang lelaki berjalan di tengah jalan, didapatilah olehnya sebuah dahan berduri di atas jalan itu kemudian ia pun menyingkirkannya. Allah pun lalu berterima kasih kepadanya serta berkenan mengampuninya. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam kemudian melanjutkan: Orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang mati karena terserang penyakit tha`un, orang yang mati karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati tertimbun reruntuhan bangunan serta yang gugur (syahid) di jalan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung. (Shahih Muslim No.3538)
Dari Jabir bin Atik dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda:
“Syuhada itu ada tujuh selain orang yang gugur berperang fi sabilillah ( di jalan Allah) yaitu: [1] Orang yang mati ditusuk adalah syahid, [2] mati tenggelam adalah syahid, [3] mati berkumpul dengan istri adalah syahid, [4] mati sakit perut adalah syahid, [5] mati terbakar adalah syahid, [6] mati tertimpa reruntuhan adalah syahid dan [7] wanita yang mati melahirkan anak adalah syahid”. [Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, dan Hakim dalam kitab Mustadraknya dengan komentar hadits ini sanadnya shahih. Pendapat ini di setujui oleh Adh-Dhahabi]
Hadis riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Tha`un itu dapat menyebabkan kematian syahid bagi setiap orang muslim. (Shahih Muslim No.3540)
Telah menceritakan kepada kami Abul yaman telah menceritakan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah menceritakan kepada kami 'Amir bin Sa'd bin Abi Waqqash, ia mendengar Usamah bin Zaid menceritakan kepada Sa'd, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperbincangkan suatu penyakit, beliau bersabda: "(Tha'un-penyakit yg mewabah disuatu negeri) Itu adalah sebagai hukuman dan siksaan yang pernah digunakan untuk menyiksa suatu kaum, kemudian masih ada yang tersisa dari penyakit tersebut, sehingga terkadang datang dan pergi, maka siapa mendengar suatu penyakit melanda sebuah negeri, Jangan sesekali ia mendatanginya, dan barangsiapa di suatu negeri yang tengah dilanda penyakit, Jangan ia mengungsi dengan niat menghindari penyakit itu." (No. Hadist: 6459 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
Bab:Keutamaan mati syahid di jalan Allah
Hadis riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu: Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam beliau bersabda: Tidak ada satu jiwa pun yang mati dan akan memperoleh kebajikan yang menggembirakannya di sisi Allah karena dia dapat kembali ke dunia bukan karena untuk memperoleh dunia serta isinya kecuali orang yang mati syahid. Karena ia berharap dapat kembali lagi lalu terbunuh lagi di dunia, melihat besarnya keutamaan mati syahid. (Shahih Muslim No.3488)
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Ditanyakan kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam: Apakah yang dapat menandingi pahala jihad di jalan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung? Nabi Shallallahu alaihi wassalam menjawab: Kamu tidak akan mampu melakukannya. Lalu mereka mengulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. Beliau selalu menjawab: Kamu tidak akan sanggup melakukannya. Lalu pada yang ketiga kalinya beliau bersabda: Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang yang selalu berpuasa dan salat serta tunduk kepada ayat-ayat Allah, ia tidak pernah putus berpuasa serta salat sebelum orang yang berjihad di jalan Allah itu kembali. (Shahih Muslim No.3490)
Do'a Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu.
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِى شَهَادَةً فِى سَبِيلِكَ ، وَاجْعَلْ مَوْتِى فِى بَلَدِ رَسُولِكَ – صلى الله عليه وسلم
Ya Allah berikanlah aku anugerah mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(HR. Bukhari 1890)
Hadis riwayat Sahal bin Hunaif Radhiyallahu’anhu: Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi Shallallahu alaihi wassalam menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)
> Ciri-ciri Golongan Khawarij dan Sifat Mereka
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu berkata: Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri (maksudnya: jangan dibunuh). Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761)
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Ali Radhiyallahu’anhu yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:(Jangan dibunuh, sebab dia tidak membunuh orang Islam) Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad (karena mereka membunuh orang Islam tanpa hak). (Shahih Muslim No.1762)
----------------------------------------
Seseorang yg memberikan minum pada seekor anjing yg sangat kehausan di gurun pasir ternyata diampuni dosa2nya oleh Allah ...
Menyingkirkan duri dijalan ternyata merupakan kebaikan yg dipuji Allah ...
Sangat dilarang untuk meminta-minta kepada makhluk, dan hanya meminta kepada Allah, walaupun dirinya sangat membutuhkannya ...
Memaafkan orang yang berbuat jahat kepadanya, dan hanya menyerahkan urusan tersebut hanya kepada Allah ...
Tidak boleh sambat kepada makhluq, karena hanya Allah yang Mahapenolong ...
Tidak mengharap rejeki kepada makhluq, dan hanya berharap kepada Allah. Jika diberi kekurangan harta, tidak sambat kepada makhluk, dan selalu beranggapan bahwa itulah yang terbaik bagi dirinya ...
Memperjuangkan agama dengan kelembutan, tanpa meminta imbalan kepada makhluk, walaupun diri dan keluarganya sangat membutuhkannya, dan hanya berharap keridloan Allah ...
Itulah yg diajarkan Rusulullah SAW kepada kita ...
Kalau aksi teror dan bom bunuh diri yang dilakukan oleh orang yg mengaku muslim bagaimana?
Jika ia benar muslim, berarti ia telah mengingkari Nabi Muhammad SAW yang ternyata sangat lemah-lembut dan berhati mulia ...
Jika itu merupakan konspirasi dan makar untuk manjatuhkan Islam, maka ingatlah, makar Allah jauh lebih baik, dan takutlah akan hari pembalasan (kiamat) kelak ...
>> Dan silahkan membaca juga: Jangan menjemput kematian namun Bersabarlah
>> Buku Menyingkap Kesesatan Imam Palsu
sangat jelas dan gamblang.....!!!
BalasHapus