Sesungguhnya perintah Sholat wajib terdapat didalam Al Qur'an ...
Namun penjelasan yang lebih rinci terdapat pada Sunnah Nabi SAW ...
Tidak boleh menggunakan hanya satu diantaranya, harus menggunakan 2 dasar hukum ...
Yang pertama dari Al Qur'an, kemudian penjelasannya dari Sunnah Nabi SAW ...
Juga tidak boleh mengada-adakan sendiri (bid'ah) dalam beribadah ...
Dan hadits yang digunakanpun harus sahih ...
QS. 4. An Nisaa':77
Namun penjelasan yang lebih rinci terdapat pada Sunnah Nabi SAW ...
Tidak boleh menggunakan hanya satu diantaranya, harus menggunakan 2 dasar hukum ...
Yang pertama dari Al Qur'an, kemudian penjelasannya dari Sunnah Nabi SAW ...
Juga tidak boleh mengada-adakan sendiri (bid'ah) dalam beribadah ...
Dan hadits yang digunakanpun harus sahih ...
QS. 4. An Nisaa':77
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوۤاْ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ ٱلْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ ٱلنَّاسَ كَخَشْيَةِ ٱللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُواْ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا ٱلْقِتَالَ لَوْلاۤ أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَـٰعُ ٱلدُّنْيَا قَلِيلٌ وَٱلأَْخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[Orang-orang yang menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun[pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun].
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, "Tahanlah tanganmu dari memerangi orang-orang kafir tatkala hal itu mereka tuntut di Mekah disebabkan penganiayaan orang-orang kafir terhadap mereka. Dan mereka ini ialah segolongan sahabat dan dirikanlah shalat serta bayarkanlah zakat."
Maka
setelah diwajibkan atas mereka berperang tiba-tiba sebagian dari mereka takut
kepada manusia (maksudnya kepada orang-orang kafir) disebabkan tindakan dan
keberanian mereka dalam peperangan itu seperti sangat takut terhadap siksa Allah bahkan
lebih takut lagi daripada itu. Asyadda dibaca manshub karena menjadi hal juga
sebagai jawaban terhadap apa yang ditunjukkan oleh idzaa dan yang sesudahnya
artinya tiba-tiba mereka didatangi oleh ketakutan. (kata mereka) karena cemas
menghadapi maut, "Wahai Tuhan kami! Kenapa Engkau wajibkan atas kami berperang?
Kenapa tidak Engkau tangguhkan agak beberapa waktu lagi?". Katakanlah kepada
mereka, "Kesenangan dunia (maksudnya apa-apa yang disenangi dan dinikmati di
dunia ini) hanya sebentar dan akan kembali lenyap sedangkan akhirat (maksudnya
surga) lebih baik bagi orang yang takwa, yakni yang menjaga diri dari siksa
Allah dengan menjauhi larangan-Nya dan kamu tidak akan dianiaya (dibaca dengan
ta dan ya artinya tidak akan dikurangi amalmu) sedikit pun." (artinya walau
sebesar kulit padi sekali pun, maka berjihad atau berusahalah)
Dalam KITAB
SHAHIH BUKHARI:
No. Hadist: 2968
حَدَّثَنَا هُدْبَةُ
بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ ح و قَالَ لِي خَلِيفَةُ
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ وَهِشَامٌ قَالَا حَدَّثَنَا
قَتَادَةُ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَيْنَا أَنَا عِنْدَ الْبَيْتِ بَيْنَ النَّائِمِ وَالْيَقْظَانِ وَذَكَرَ يَعْنِي
رَجُلًا بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ فَأُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُلِئَ حِكْمَةً
وَإِيمَانًا فَشُقَّ مِنْ النَّحْرِ إِلَى مَرَاقِّ الْبَطْنِ ثُمَّ غُسِلَ
الْبَطْنُ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ مُلِئَ حِكْمَةً وَإِيمَانًا وَأُتِيتُ
بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ الْبُرَاقُ فَانْطَلَقْتُ
مَعَ جِبْرِيلَ حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ
جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ
نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى آدَمَ
فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ ابْنٍ وَنَبِيٍّ فَأَتَيْنَا
السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ
مُحَمَّدٌ قِيلَ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ
الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى عِيسَى وَيَحْيَى فَقَالَا مَرْحَبًا بِكَ مِنْ
أَخٍ وَنَبِيٍّ فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الثَّالِثَةَ قِيلَ مَنْ هَذَا قِيلَ
جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ
نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى يُوسُفَ
فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ قَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ فَأَتَيْنَا
السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ
مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قِيلَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ
وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى إِدْرِيسَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ
فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الْخَامِسَةَ
قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ
وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ
جَاءَ فَأَتَيْنَا عَلَى هَارُونَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ
مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ فَأَتَيْنَا عَلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ قِيلَ مَنْ هَذَا
قِيلَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ
مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى مُوسَى فَسَلَّمْتُ
عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ فَلَمَّا جَاوَزْتُ بَكَى
فَقِيلَ مَا أَبْكَاكَ قَالَ يَا رَبِّ هَذَا الْغُلَامُ الَّذِي بُعِثَ بَعْدِي
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَفْضَلُ مِمَّا يَدْخُلُ مِنْ أُمَّتِي
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ السَّابِعَةَ قِيلَ مَنْ هَذَا قِيلَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ
مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ
الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ
مَرْحَبًا بِكَ مِنْ ابْنٍ وَنَبِيٍّ فَرُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ
فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ
يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا
عَلَيْهِمْ وَرُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ
قِلَالُ هَجَرَ وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ الْفُيُولِ فِي أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ
أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ
فَقَالَ أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَفِي الْجَنَّةِ وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ النِّيلُ
وَالْفُرَاتُ ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ خَمْسُونَ صَلَاةً فَأَقْبَلْتُ حَتَّى جِئْتُ
مُوسَى فَقَالَ مَا صَنَعْتَ قُلْتُ فُرِضَتْ عَلَيَّ خَمْسُونَ صَلَاةً قَالَ
أَنَا أَعْلَمُ بِالنَّاسِ مِنْكَ عَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ
الْمُعَالَجَةِ وَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَسَلْهُ
فَرَجَعْتُ فَسَأَلْتُهُ فَجَعَلَهَا أَرْبَعِينَ ثُمَّ مِثْلَهُ ثُمَّ ثَلَاثِينَ
ثُمَّ مِثْلَهُ فَجَعَلَ عِشْرِينَ ثُمَّ مِثْلَهُ فَجَعَلَ عَشْرًا فَأَتَيْتُ
مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَجَعَلَهَا خَمْسًا فَأَتَيْتُ مُوسَى فَقَالَ مَا
صَنَعْتَ قُلْتُ جَعَلَهَا خَمْسًا فَقَالَ مِثْلَهُ قُلْتُ سَلَّمْتُ بِخَيْرٍ
فَنُودِيَ إِنِّي قَدْ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي وَأَجْزِي
الْحَسَنَةَ عَشْرًاوَقَالَ هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ
Telah bercerita kepada kami Hudbah bin Khalid
telah bercerita kepada kami Hammam dari Qatadah. Dan diriwayartkan pula,
Khalifah berkata kepadaku, telah bercerita kepada kami Yazid bin Zurai' telah
bercerita kepada kami Sa'id dan Hisyam keduanya berkata telah bercerita kepada
kami Qatadah telah bercerita kepada kami Anas bin Malik dari Malik bin
Sha'sha'ah radliallahu 'anhuma berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Ketika aku
berada di sisi Baitullah antara tidur dan sadar". Lalu Beliau menyebutkan,
yaitu: "Ada seorang laki-laki diantara dua laki-laki yang datang kepadaku
membawa baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan hikmah dan dan iman lalu
orang itu membelah badanku dari atas dada hingga bawah perut, lalu dia mencuci
perutku dengan air zamzam kemudian mengisinya dengan hikmah dan iman. Kemudian
aku diberi seekor hewan tunggangan putih yang lebih kecil dari pada baghal namun
lebih besar dibanding keledai bernama al-Buraq. Maka aku berangkat bersama
Jibril Alaihissalam, hingga sampai di langit dunia. Lalu ditanyakan; "Siapakah
ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?".
Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril
menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang
telah tiba". Kemudian aku menemui Adam Alaihissalam dan memberi salam kepadanya
lalu dia berkata; "(Ucapan) selamat datang bagimu dari anak keturunan dan nabi".
Kemudian kami naik ke langait kedua lalu ditanyakan; "Siapakah ini". Jibril
menjkawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril
menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril
menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya
kedatangan orang yang datang". Lalu aku menemui 'Isa dan Yahya Alaihissalam lalu
keduanya berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi". Kemudian kami
naik ke langit ketiga lalu ditanyakan; "Siapakah ini". Jibril menjawab;
"Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab;
"Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya".
Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang
yang datang". Lalu aku menemui Yusuf Aalihissalam dan memberi salam kepadanya
lalu dia berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi". Kemudian kami
naik ke langit keempat lalu ditanyakan; "Siapakah ini". Jibril menjawab;
"Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab;
"Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya".
Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang
yang datang". Lalu aku menemui Idris Alaihissalam dan memberi salam kepadanya
lalu dia berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi". Kemudian kami
naik ke langit kelima lalu ditanyakan; "Siapakah ini". Jibril menjawab;
"Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab;
"Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya".
Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang
yang datang". Lalu aku menemui Harun Alaihissalam dan memberi salam kepadanya
lalu dia berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi". Kemudian kami
naik ke langit keenam lalu ditanyakan; "Siapakah ini". Jibril menjawab;
"Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab;
"Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya".
Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang
yang datang". Kemudian aku menemui Musa 'alaihissalam dan memberi salam
kepadanya lalu dia berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi".
Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan; "Mengapa kamu
menangis?". Musa menjawab; "Ya Rabb, anak ini yang diutus setelah aku, ummatnya
akan masuk surga dengan kedudukan lebih utama dibanding siapa yang masuk surga
dari ummatku". Kemudian kami naik ke langit ketujuh lalu ditanyakan; "Siapakah
ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?".
Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril
menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya
kedatangan orang yang datang". Kemudian aku menemui Ibrahim 'alaihissalam dan
memberi salam kepadanya lalu dia berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara
dan nabi". Kemudian aku ditampakkan al-Baitul Ma'mur. Aku bertanya kepada
Jibril, lalu dia menjawab; "Ini adalah al-Baitul Mamur, setiap hari ada tujuh
puluh ribu malaikat mendirikan sholat disana. Jika mereka keluar (untuk pergi
shalat) tidak ada satupun dari mereka yang kembali". Kemudian diperlihatkan
kepadaku Sidratul Muntaha yang ternyata bentuknya seperti kubah dengan daun
jendelanya laksana telinga-telinga gajah. Di dasarnya ada empat sungai yag
berada di dalam (disebut Bathinan) dan di luar (Zhahiran) ". Aku bertanya kepada
Jibril, maka dia menjawab; "Adapun Bathinan berada di surga sedangkan Zhahiran
adalah an-Nail dan al-Furat (dua nama sungai di surga) ". Kemudian diwajibkan
atasku shalat lima puluh kali. Aku menerimana hingga datang Musa 'alaihissalam
menemuiku dan bertanya; "Apa yang telah kamu lakukan?". Aku jawab: "Aku
diwajibkan shalat lima puluh kali". Musa berkata; "Akulah orang yang lebih tahu
tentang manusia daripada kamu. Aku sudah berusaha menangani Bani Isra'il dengan
sungguh-sungguh. Dan ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan kewajiban shalat
itu. Maka itu kembalilah kamu kepada Rabbmu dan mintalah (keringanan) ". Maka
aku meminta keringanan lalu Allah memberiku empat puluh kali shalat lalu (aku
menerimanya dan Musa kembali menasehati aku agar meminta keringanan lagi),
kemudian kejadian berulang seperti itu (nasehat Musa) hingga dijadikan tiga
puluh kali lalu kejadian berulang seperti itu lagi hingga dijadikan dua puluh
kali kemudian kejadian berulang lagi hingga menjadi sepuluh lalu aku menemui
Musa dan dia kembali berkata seperti tadi hingga dijadikan lima waktu lalu
kembali aku menemui Musa dan dia bertanya; "Apa yang kamu dapatkan?". Aku jawab;
"Telah ditetapkan lima waktu". Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakan; "Aku
telah menerimanya dengan baik". Tiba-tiba ada suara yang berseru: "Sungguh AKu
telah putuskan kewajiban dariku ini dan Aku telah ringankan buat hamba-hamba-Ku
dan Aku akan balas setiap satu kebaikan (shalat) dengan sepuluh balasan (pahala)
". Dan berkata Hammam dari Qatadah dari Al Hasan dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Tentang al-Baitul
Ma'mur".
Keterangan:
Sesungguhnya terjadi dialog tawar-menawar mengenai jumlah sholat yang 50 kali (hingga akhirnya menjadi sholat 5 waktu saja), antara Allah SWT. dengan Nabi Muhammad SAW., bukanlah menunjukkan Allah itu lemah dan bisa ditawar-tawar(dinegosiasi). Bukan begitu maksudnya, Sesungguhnya Allah Mahakuasa dan KehendakNya Tidak ada yang dapat membantah!. Siapakah yang dapat menentang kehendakNya, jika Dia sudah menetapkan?
Andaikata Dia langsung menetapkan perintah sholat dengan KekuasaanNya, siapakah yang dapat menentang kehendakNya ...?
Sesungguhnya yg dimaksud dengan adanya dialog tawar-menawar mengenai jumlah sholat itu, Allah hendak menunjukkan kepada kita, kalau sebenarnya kewajiban umat Muhammad SAW adalah sholat 50 kali. Namun karena kasih-sayang dan RahmatNya, sholat fardlu ditetapkan menjadi 5 waktu. Dialog tersebut sedemikian indah, Dia Tidak menunjukkan KekuasaanNya untuk "memaksa" hambaNya dengan sesuatu yg berat, namun Dia telah memberikan keringanan dengan menjadikan sholat fardlu hanya 5 waktu saja. Dan sholat 5 waktu ini sebanding dengan sholat 50 kali sehari-semalam...! Sungguh suatu nikmat yg tiada terkira yang dilimpahkan kepada umat Muhammad SAW ...
Coba perhatikan potongan terakhir dari hadits dibawah ini:
... hingga dijadikan (sholat) lima waktu, lalu kembali aku menemui Musa dan dia bertanya; "Apa yang kamu dapatkan?". Aku jawab; "Telah ditetapkan lima waktu". Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakan; "Aku telah menerimanya dengan baik". Tiba-tiba ada suara yang berseru: "Sungguh AKu telah putuskan kewajiban dariku ini dan Aku telah ringankan buat hamba-hamba-Ku dan Aku akan balas setiap satu kebaikan (shalat) dengan sepuluh balasan (pahala) ". Dalam KITAB SHAHIH BUKHARI: No. Hadist: 2968
Mengapa umat Muhammad SAW diwajibkan sholat hingga 50 kali?
Jawabannya adalah: bukankah umat Muhammad SAW telah diberikan nikmat yg tiada terkira, yang tidak pernah dilimpahkan kepada umat² Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW? Diantara nikmat itu adalah:
1. Umat Muhammad SAW adalah yang pertama kali masuk Surga, dimana pintu Surga tidak akan dibuka, sebelum umat Muhammad SAW masuk terlebih dahulu.
2. Diampuni semua Dosa² yang telah dilakukan, asalkan tidak menyekutukan Allah.
3. Diberi kenikmatan, dimana ibadah 1 malam saja sebanding dengan ibadah 1000 bulan di bulan Ramadlon.
4. Dibatalkannya taubat bunuh diri, seperti pertaubatan pada jaman Nabi Musa as.
5. Diringankannya beberapa syariat, diantaranya, baju yg kena najis, bisa disucikan dengan air atau debu. Padahal syariat pada umat Nabi Musa as, pakaian yg terkena najis harus dipotong.
6. Dijadikan seluruh tanah/tempat di Bumi ini sebagai tempat ibadah, sangat berbeda dng ibadah pada umat Nabi Musa as, yg tempat peribadatan adalah tertentu saja.
Dengan sekian banyak limpahan Rahmat Allah, kepada umat Muhammad SAW, sangatlah pantas jika diwajibkan sholat 50 kali. Bahkan kalau dilihat point 1 dan 2 pada keterangan diatas, diwajibkan sholat lebih dari 50 kali masih pantas bagi kita ...
Namun sekali lagi, karena limpahan Rahmat Allah pula, Dia "memberikan diskon" lagi dng perintah sholat fardlu yang hanya 5 waktu saja, dan sholat 5 waktu ini sebanding dengan sholat 50 kali sehari-semalam...!. Dan cara menyampaikannya melalui dialog yg sungguh INDAH antara Allah yang MahaPerkasa dengan Muhammad SAW hamba dan RasulNya ...!.
Keterangan:
Sesungguhnya terjadi dialog tawar-menawar mengenai jumlah sholat yang 50 kali (hingga akhirnya menjadi sholat 5 waktu saja), antara Allah SWT. dengan Nabi Muhammad SAW., bukanlah menunjukkan Allah itu lemah dan bisa ditawar-tawar(dinegosiasi). Bukan begitu maksudnya, Sesungguhnya Allah Mahakuasa dan KehendakNya Tidak ada yang dapat membantah!. Siapakah yang dapat menentang kehendakNya, jika Dia sudah menetapkan?
Andaikata Dia langsung menetapkan perintah sholat dengan KekuasaanNya, siapakah yang dapat menentang kehendakNya ...?
Sesungguhnya yg dimaksud dengan adanya dialog tawar-menawar mengenai jumlah sholat itu, Allah hendak menunjukkan kepada kita, kalau sebenarnya kewajiban umat Muhammad SAW adalah sholat 50 kali. Namun karena kasih-sayang dan RahmatNya, sholat fardlu ditetapkan menjadi 5 waktu. Dialog tersebut sedemikian indah, Dia Tidak menunjukkan KekuasaanNya untuk "memaksa" hambaNya dengan sesuatu yg berat, namun Dia telah memberikan keringanan dengan menjadikan sholat fardlu hanya 5 waktu saja. Dan sholat 5 waktu ini sebanding dengan sholat 50 kali sehari-semalam...! Sungguh suatu nikmat yg tiada terkira yang dilimpahkan kepada umat Muhammad SAW ...
Coba perhatikan potongan terakhir dari hadits dibawah ini:
... hingga dijadikan (sholat) lima waktu, lalu kembali aku menemui Musa dan dia bertanya; "Apa yang kamu dapatkan?". Aku jawab; "Telah ditetapkan lima waktu". Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakan; "Aku telah menerimanya dengan baik". Tiba-tiba ada suara yang berseru: "Sungguh AKu telah putuskan kewajiban dariku ini dan Aku telah ringankan buat hamba-hamba-Ku dan Aku akan balas setiap satu kebaikan (shalat) dengan sepuluh balasan (pahala) ". Dalam KITAB SHAHIH BUKHARI: No. Hadist: 2968
Mengapa umat Muhammad SAW diwajibkan sholat hingga 50 kali?
Jawabannya adalah: bukankah umat Muhammad SAW telah diberikan nikmat yg tiada terkira, yang tidak pernah dilimpahkan kepada umat² Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW? Diantara nikmat itu adalah:
1. Umat Muhammad SAW adalah yang pertama kali masuk Surga, dimana pintu Surga tidak akan dibuka, sebelum umat Muhammad SAW masuk terlebih dahulu.
2. Diampuni semua Dosa² yang telah dilakukan, asalkan tidak menyekutukan Allah.
3. Diberi kenikmatan, dimana ibadah 1 malam saja sebanding dengan ibadah 1000 bulan di bulan Ramadlon.
4. Dibatalkannya taubat bunuh diri, seperti pertaubatan pada jaman Nabi Musa as.
5. Diringankannya beberapa syariat, diantaranya, baju yg kena najis, bisa disucikan dengan air atau debu. Padahal syariat pada umat Nabi Musa as, pakaian yg terkena najis harus dipotong.
6. Dijadikan seluruh tanah/tempat di Bumi ini sebagai tempat ibadah, sangat berbeda dng ibadah pada umat Nabi Musa as, yg tempat peribadatan adalah tertentu saja.
Dengan sekian banyak limpahan Rahmat Allah, kepada umat Muhammad SAW, sangatlah pantas jika diwajibkan sholat 50 kali. Bahkan kalau dilihat point 1 dan 2 pada keterangan diatas, diwajibkan sholat lebih dari 50 kali masih pantas bagi kita ...
Namun sekali lagi, karena limpahan Rahmat Allah pula, Dia "memberikan diskon" lagi dng perintah sholat fardlu yang hanya 5 waktu saja, dan sholat 5 waktu ini sebanding dengan sholat 50 kali sehari-semalam...!. Dan cara menyampaikannya melalui dialog yg sungguh INDAH antara Allah yang MahaPerkasa dengan Muhammad SAW hamba dan RasulNya ...!.
Silahkan membaca selengkapnya di: Kedahsyatan Isra Mi'raj: Relativitas Alam, ruang dan Waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar