Pengaruh
Tabuk, Islamnya 'Urwa bin Mas'ud, Perutusan Thaqif, Nabi menolak
berhala, Minta dibebaskan dari salat, Lat dibinasakan, Abu Bakr memimpin
jemaah haji, Dasar ideal negara yang baru tumbuh, Keputusan yang berlebih-lebihan, Kebebasan berpikir dan peradaban Barat, Bolsjevisma sebagai konsepsi ekonomi, Membungkam kebebasan berpikir yang beralasan, Gambaran kehidupan syirik, Revolusi
terhadap syirik dibenarkan, 'Amir bin't-Tufail, Perjuangan dalam Islam dan alasannya, Catatan kaki,
DENGAN berakhirnya ekspedisi ke Tabuk itu maka ajaran Islam
sudah selesai tersebar ke seluruh jazirah Arab. Muhammad sudah aman dari setiap
serangan yang datang dari luar. Sebenarnya, begitu Muhammad kembali ke Medinah
dari perjalanan ekspedisi itu, semua penduduk jazirah yang masih berpegang pada
kepercayaan syirik, sekarang sudah mulai berpikir-pikir. Meskipun kaum Muslimin
yang telah ikut menemani Muhammad dalam perjalanan ke Syam itu cukup mengalami
pelbagai macam kesukaran, memikul segala penderitaan karena haus dan panas musim
yang begitu membakar, namun mereka kembali dengan hati kesal, sebab mereka tidak
jadi berperang, tidak membawa rampasan perang, karena pihak Rumawi menarik
pasukannya hendak bertahan dalam benteng-benteng di pedalaman Syam. Akan tetapi
penarikan mundur ini sebenarnya telah meninggalkan kesan yang dalam sekali dalam
hati kabilah-kabilah bagian selatan - di Yaman, Hadzramaut dan 'Umman (Oman).
Bukankah pasukan Rumawi itu juga yang telah mengalahkan Persia, telah mengambil
kembali Salib Besar, kemudian membawanya kembali ke Yerusalem dalam suatu
upacara besar-besaran? Sedang Persia, waktu itu dalam waktu yang cukup lama
merupakan penguasa yang perkasa atas wilayah Yaman dan daerah-daerah sekitarnya
itu.
Selama kaum Muslimin berada tidak jauh dari Yaman dan
daerah-daerah Arab lainnya, bukankah sudah selayaknya apabila seluruh wilayah
ini bergabung semua dalam suatu kesatuan di bawah naungan panji Muhammad, panji
Islam, supaya mereka dapat diselamatkan dari kekuasaan pihak Rumawi dan Persia?
Apa salahnya kalau kepala-kepala kabilah dan daerah itu berbuat begitu, selama
mereka memang membuktikan Muhammad tetap mengakui kekuasaan daerah-daerah dan
kabilah-kabilah mereka yang datang menyatakan keislaman dan kesetiaan mereka
itu?! Ya, hendaknya tahun kesepuluh Hijrah ini memang menjadi Tahun Perutusan,
manusia datang berbondong-bondong menyambut agama Allah. Hendaknya ekspedisi
Tabuk dan penarikan mundur pasukan Rumawi menghadapi pihak Muslimin itu akan
memberi pengaruh lebih besar daripada pembebasan Mekah, kemenangan Hunain dan
pengepungan kota Ta'if selama ini.
Nasib baik yang telah membawa Ta'if -- kota yang tadinya
paling gigih melawan Nabi selama kota itu dalam pengepungan sehingga akhirnya
ditinggalkan kaum Muslimin tanpa dapat diterobos - ialah karena sesudah
peristiwa Tabuk, kota inilah yang pertama-tama menyatakan kesetiaannya, meskipun
sebelum itu lama sekali ia maju-mundur hendak mengumumkan pernyataan setianya
itu.
Setelah kejadian Hunain, selama Nabi memimpin ekspedisi ke
Ta'if, 'Urwa b. Mas'ud - salah seorang pemimpin Thaqif yang tinggal di kota
tcrsebut - sedang tak ada di tempat. Ia sedang pergi ke Yaman. Bilamana kemudian
ia kembali ke daerahnya dan melihat Nabi mendapat kemenangan di Tabuk dan sudah
kembali ke Medinah, ia pun segera menyatakan dirinya masuk Islam serta
memperlihatkan betapa besar hasratnya ingin mengajak masyarakatnya juga masuk
Islam 'Urwa bukan tidak mengenal Muhammad dan kebesarannya. Dia termasuk salah
seorang yang pernah ikut berunding mewakili Quraisy dalam perdamaian Hudaibiya.
Setelah 'Urwa masuk Islam dan Nabi mengetahui hasratnya hendak pergi mengajak
golongannya menerima agama ini yang sudah juga dianutnya, Nabi yang sudah pula
mengetahui betapa bangga dan kerasnya fanatik orang-orang Thaqif itu terhadap
Lat berhala mereka, diingatkannya 'Urwa dengan katanya: "Mereka akan membunuh
engkau."
Tetapi 'Urwa yang merasa kedudukannya cukup kuat di
tengah-tengah golongannya itu sebaliknya berkata: "Rasulullah, mereka mencintai
saya lebih daripada mencintai mata mereka sendiri."
Kemudian 'Urwa pergi hendak mengajak golongannya itu menganut
Islam. Mereka berunding sesama mereka dan tidak memberikan sesuatu pendapat
kepadanya. Keesokan harinya pagi-pagi ia pergi ke ruangan atas rumahnya, ia
mengajak orang bersembahyang. Tepat sekalilah firasat Rasulullah waktu itu.
Masyarakatnya itu sudah tak dapat menahan hati. Ia dikepung lalu dihujani panah
dari segenap penjuru, dan sebatang anak panah telah dapat pula menewaskannya.
Keluarga 'Urwa yang berada di sekelilingnya jadi gelisah. Kata 'Urwa ketika
sedang mengembuskan napas terakhir: "Suatu kehormatan telah diberikan Tuhan
kepadaku, suatu kesaksian oleh Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami
ini sama seperti yang dialami para syuhada yang berjuang di samping Rasulullah -
s.a.w. - sebelum meninggalkan kita."
Kemudian dimintanya supaya ia dikuburkan bersama-sama para
syuhada. Oleh keluarganya ia pun dikuburkan bersama-sama mereka.
Tetapi nyatanya darah 'Urwa tidak sia-sia mengalir.
Kabilah-kabilah yang berada di sekitar Ta'if semuanya sudah masuk Islam. Disini
mereka menyadari bahwa apa yang telah diperbuat Thaqif terhadap pemimpin itu
adalah suatu dosa besar. Akibat perbuatan itu Thaqif menyadari juga, bahwa
mereka merasa tidak tenang. Setiap ada orang keluar dari kalangan mereka pasti
tertangkap. Sekarang mereka yakin, bahwa bila tidak diadakan suatu perdamaian
atau semacam gencatan senjata, pasti nasib mereka akan hilang tak ada artinya.
Segera mereka mengadakan perundingan dengan sesama mereka. Mereka mengusulkan
kepada pemimpin mereka ['Abd Yalail] supaya ia berangkat menemui Nabi dan
mengusulkan suatu perdamaian Thaqif.
Akan tetapi 'Abd Yalail kuatir akan mengalami nasib seperti
yang dialami 'Urwa b. Mas'ud dari masyarakatnya sendiri. Ia tidak akan berangkat
menemui Muhammad kalau tidak diantar oleh lima orang lainnya, dengan keyakinan
bahwa kalau ia berangkat dengan mereka lalu kembali pulang, mereka akan dapat
menggarap golongannya masing-masing.
Ketika sudah mendekati Medinah dan Mughira b. Syu'ba berjumpa
dengan mereka, ia pergi cepat-cepat hendak menyampaikan berita kedatangan mereka
itu kepada Nabi.
Abu Bakr juga melihatnya ia sedang berjalan ccpat-cepat itu.
Setelah ia mengetahui maksud kedatangan mereka dari Mughira, dimintanya biarlah
dia yang akan meneruskan berita gembira itu kepada Rasulullah. Dan Abu Bakr pun
masuk menyampaikan berita kedatangan perutusan Thaqif itu kepada Nabi. Tetapi
sebenarnya perutusan ini masih juga mau membanggakan golongannya. Mereka masih
juga mau mengingat-ingat pengepungan Nabi di Ta'if yang kemudian kembali.
Kendatipun Mughira sudah memberitahukan mereka bagaimana caranya memberi salam
secara Islam kepada Nabi, namun mereka tidak mau juga dan akan memberi salam
hanya dengan cara jahiliah itu juga.
Kemudian mereka memasang sebuah qubba - kemah bulat1 yang
khas di sebelah mesjid. Mereka memasang kemah itu sebab mereka masih sangat
berhati-hati sekali terhadap Muslimin, dan belum yakin. Yang menjadi perantara
antara mereka dengan Rasulullah dalam perundingan itu ialah Khalid b. Sa'id
bin'l-'Ash. Mereka tidak mau merasakan makanan yang datang dari pihak Nabi
sebelum dicoba dimakan terlebih dahulu oleh Khalid. Sebagai perantara orang ini
menyampaikan kepada Muhammad bahwa mereka menerima Islam, dengan permintaan
supaya Lat berhala mereka itu dibiarkan selama tiga tahun jangan dihancurkan,
dan mereka supaya dibebaskan dari kewajiban sembahyang. Tetapi permintaan mereka
itu samasekali ditolak oleh Muhammad. Permintaan mereka sekarang dikurangi lagi:
supaya Lat dibiarkan selama dua tahun lalu berubah menjadi satu tahun,
selanjutnya menjadi satu bulan saja, setelah mereka kembali kepada golongan
mereka. Akan tetapi penolakannya itu sudah tegas sekali dan tidak lagi ragu-ragu
atau dapat ditawar-tawar.
Bagaimana mereka mengharapkan dari Nabi, yang mengajak
manusia menyembah hanya kepada Tuhan Yang Tunggal dan menghancurkan semua
berhala tanpa ampun, akan sudi membiarkan soal berhala mereka itu, meskipun
masyarakatnya sendiri tidak kurang pula gigihnya seperti pada pihak Thaqif di
Ta'if. Buat manusia, yang ada hanyalah: dia beriman atau tidak beriman, di luar
itu yang ada hanya syak (skeptis) dan serba sangsi. Sedang syak dan iman tidak
bisa bertemu dalam satu jantung, sama halnya seperti iman dan kufur. Membiarkan
Lat - datuknya Banu Thaqif itu - berarti suatu perlambang bahwa mereka masih
saling berganti ibadat antara berhala dengan Tuhan, dan ini adalah perbuatan
mempersekutukan Tuhan, sedang Tuhan takkan mengampuni dosa orang yang
mempersekutukan Tuhan.
Sekarang pihak Thaqif minta dibebaskan dari kewajiban
menjalankan salat. Tetapi Muhammad menolak dengan mengatakan: Tidak baik agama
yang tidak disertai salat. Kemudian tidak lagi pihak Thaqif mempertahankan Lat
itu, mereka mau menerima Islam dan menjalankan salat. Tetapi mereka masih
meminta berhala-berhala itu jangan dihancurkan oleh tangan mereka sendiri.
Mereka orang baru dalam mengenal iman, dan masyarakat mereka yang masih menunggu
mereka kembali itu ingin mengetahui apa benar yang sudah mereka lakukan.
Hendaknya Muhammad membebaskan mereka untuk tidak menghancurkan sendiri apa yang
mereka sembah dan disembah nenek-moyang mereka itu. Dalam hal ini Muhammad
menganggap tidak perlu berkeras. Akan sama saja, berhala itu dihancurkan oleh
tangan orang-orang Thaqif atau oleh tangan orang lain. Yang penting berhala itu
dibinasakan, dan pihak Thaqif hanya akan menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Kata
Nabi a.s.: "Kami akan membebaskan kamu menghancurkan berhala-berhalamu itu
dengan tanganmu sendiri."
Untuk mengurus mereka itu kekuasaan diberikan kepada 'Uthman
b. Abi'l-'Ash - orang yang paling muda usianya di antara mereka. Dalam usia
semuda itu ia diberi kekuasaan mengurus mereka, karena dialah yang paling
sungguh-sungguh dalam memahami hukum Islam dan pendidikan Qur'an, dengan
disaksikan oleh Abu Bakr dan orang-orang yang mula-mula dalam Islam.
Utusan Banu Thaqif itu tinggal dengan Muhammad sampai akhir
bulan puasa. Mereka ikut berpuasa bersama-sama dan dikirimkannya pula makanan
kepada mereka untuk sahur dan berbuka. Bilamana sudah tiba saatnya mereka akan
kembali kepada golongannya, Muhammad berpesan kepada 'Uthman b. Abi'l-'Ash
dengan mengatakan: "Ringkaskanlah dalam bersembahyang dan ambil orang yang lemah
sebagai ukuran. Diantara mereka itu ada orang tua, ada yang masih anak-anak, ada
yang lemah dan yang mempunyai keperluan."
Perutusan itu kemudian kembali ke negeri mereka. Untuk
melaksanakan pembinasaan Lat itu, Nabi mengutus bersama mereka Abu Sufyan b.
Harb dan Mughira b. Syuiba. Kedua mereka ini memang sudah mempunyai hubungan
yang baik dan akrab dengan Banu Thaqif. Bilamana Abu Syufyan dan Mughira tiba
dan Mughira menghancurkan berhala itu, wanita-wanita Thaqif karena merasa sedih
mereka menangis, tapi tiada seorang yang berani mendekatinya, karena memang
sudah ada persetujuan antara perutusan Thaqif dengan Nabi untuk membinasakan
berhala itu. Mughira mengambil semua harta Lat termasuk perhiasannya untuk
dipergunakan membayar utang-utang 'Urwa dan Aswad - atas perintah Rasul dan
dengan persetujuan Abu Sufyan.
Jadi dengan runtuhnya berhala Lat dan Ta'if masuk Islam, maka
seluruh Hijaz sekarang sudah menjadi Islam. Pengaruh Muhammad sekarang
membentang dari wilayah Rumawi di utara sampai ke daerah Yaman dan Hadzramaut di
selatan. Daerah-daerah selebihnya di bagian selatan jazirah ini semua sudah pula
bersiap-siap hendak menggabungkan diri ke dalam agama baru ini. Dengan segala
kekuatan yang ada semua ini sudah siap membela agama dan tanah air
masing-masing. Sementara itu utusan-utusan terus berdatangan dari segenap
penjuru. Mereka semua menuju Medinah, untuk menyatakan kesetiaannya, untuk
menyatakan diri masuk Islam.
Sementara para utusan itu berturut-turut datang ke Medinah
dari bulan ke bulan, akhirnya bulan Haji pun sudah pula di ambang pintu. Sampai
pada waktu itu Nabi tidak menunaikan kewajiban itu seluruhnya seperti yang
dilakukan kaum Muslimin dewasa ini. Adakah kita lihat ia pergi dalam tahun ini
sebagai tanda syukur kepada Tuhan karena pertolongan yang diberikanNya dalam
menghadapi Rumawi, memasukkan Ta'if ke dalam pangkuan Islam serta perutusan yang
datang kepadanya dari segenap penjuru?
Sebenarnya di semenanjung itu masih juga ada orang-orang yang
belum beriman kepada Allah dan kepada Rasul, masih juga ada orang-orang kafir
dan masih juga ada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sedang orang-orang kafir
masih berpegang pada adat lembaga jahiliah. Dalam bulan-bulan suci mereka masih
berziarah ke Ka'bah, sedang orang-orang kafir kotor. Jadi kalau begitu, biar dia
akan tinggal saja di Medinah, sampai Tuhan menyelesaikan FirmanNya, sampai Tuhan
mengijinkan ia pergi berhaji ke Baitullah. Biar Abu Bakr saja memimpin orang
naik haji.
Pada waktu itulah Abu Bakr memimpin 300 orang Muslimin menuju
Mekah. Akan tetapi mungkin dari tahun ke tahun orang musyrik masih juga akan
tetap berziarah ke Baitullah yang suci. Bukankah secara umum antara Muhammad
dengan orang-orang itu sudah ada suatu perjanjian bahwa tidak boleh orang
dirintangi datang ke Ruimah Suci, dan orang tidak boleh merasa takut selama
dalam bulan-bulan suci? Bukankah antara dia dengan kabilah-kabilah Arab sudah
ada perjanjian-perjanjian sampai saat-saat tertentu? Selama ada
perjanjian-perjanjian demikian, selama itu pula orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan dan menyembah yang selain Tuhan itu akan tetap berziarah ke Baitullah, dan
Muslimin pun akan selalu menyaksikan cara peribadatan jahiliah di bawah matanya
sendiri, dilangsungkan di sekitar Ka'bah; sedang menurut perjanjian-perjanjian
khusus dan perjanjian secara umum tak ada alasan menghalangi orang datang
berhaji dan beribadat di tempat itu.
Kalau berhala-berhala yang disembah orang-orang Arab itu
sudah banyak yang dihancurkan dan berhala-berhala yang dulu di dalam Ka'bah dan
di sekitarnya sudah pula dimusnahkan, maka suatu pertemuan dalam Baitullah yang
suci dengan nmempersatukan orang-orang yang berontak pada kehidupan syirik dan
paganisma, dengan orang-orang yang tetap dalam kehidupan syirik dan paganismanya
itu, adalah suatu kontradiksi yang tak dapat dimengerti. Kalau orang dapat
memahami orang-orang Yahudi dan Nasrani pergi berziarah ke Bait'l-Maqdis
(Yerusalem) sebab itu adalah Tanah yang dijanjikan buat orang-orang Yahudi, dan
tempat kelahiran Isa Almasih buat orang-orang Nasrani, maka orang tidak akan
dapat memahami pertemuan dua macam peribadatan dalam sebuah tempat, di tempat
itu berhala-berhala dihancurkan dan di tempat itu pula berhala-berhala yang
sudah dihancurkan itu disembah. Oleh karena itu, sudah wajar sekali apabila
orang-orang musyrik itu tidak boleh lagi mendekati Rumah Suci yang sudah
dibersihkan dari segala kehidupan syirik dan segala macam suasana paganisma.
Dalam hal inilah ayat-ayat dalam Surah Bara'ah (At-Taubah (9) itu turun. Tetapi
musim haji kini sudah dimulai dan orang-orang musyrik sudah pula ada yang datang
dari pelosok-pelosok hendak menjalankan upacaranya. Baiklah pertemuan sekali ini
menjadi saat menyampaikan perintah Allah kepada mereka dalam memutuskan segala
perjanjian antara paganisma dengan iman, kecuali buat perjanjian yang dibuat
untuk waktu tertentu ia tetap berlaku sampai pada waktu yang sudah ditentukan
itu.
Untuk maksud itu Nabi lalu mengutus Ali b. Abi Talib menyusul
Abu Bakr, dan berkhotbah menyampaikan perintah Allah dan Rasul itu kepada orang
ramai waktu musim haji di Arafat. Dalam menunaikan tugasnya Ali dapat menyusul
Abu Bakr dan kaum Muslinmin yang berangkat bersama-sama pergi haji itu. Begitu
Abu Bakr melihatnya ia bertanya: "
Amir atau ma'mur? 2"
"Ma'mur,"3 jawab Ali.
Kemudian diceritakannya maksud kedatangannya itu, dan bahwa
Nabi mengutus dia kepada orang banyak karena dia termasuk keluarganya.
Bilamana orang sudah berkumpul di Mina melaksanakan upacara
haji, Ali berdiri di samping Abu Huraira, dan diserukannya kepada orang banyak
dengan membaca firman Allah ini:4
"Suatu pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
kepada orang-orang musyrik yang telah kamu ikat dengan perjanjian (1). Oleh
karena itu, bolehlah kamu berjalan di muka bumi ini selama empat bulan dan
ketahuilah, bahwa kamu tidak akan dapat melemahkan Tuhan dan Tuhan akan
mencampakkan kehinaan kepada orang-orang kafir (2). Dan ini sebuah Maklumat dari
Allah dan Rasul kepada umat manusia pada Hari Haji Akbar5 bahwa Allah dan Rasul
lepas tangan dari orang-orang musyrik. Tetapi kalau mau bertaubat, itu lebih
baik buat kamu. Tetapi kalau kamu mengelak juga, ketahuilah, kamu takkan dapat
melemahkan Tuhan. Beritahukanlah kepada orang-orang yang kafir itu akan adanya
siksa yang pedih (3). Kecuali mereka, yang telah kamu adakan perjanjian dengan
orang-orang musyrik dan tiada pula mereka melanggar sesuatu dalam perjanjian
itu, dan mereka tidak membantu seseorang dalam memusuhi kamu, maka penuhilah
perjanjian itu dengan mereka sampai batas waktunya. Allah menyukai orang-orang
yang teguh dalam kebenaran (4). Apabila bulan-bulan suci sudah lalu, orang-orang
musyrik itu boleh diperangi dimana saja kamu jumpai mereka, tangkap dan
kepunglah mereka dan intailah mereka pada setiap tempat penjagaan. Tetapi
apabila mereka sudah bertaubat, sudah menjalankan salat dan mengeluarkan zakat,
biarkanlah mereka bebas berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan
Penyayang (5). Dan apabila ada seseorang dari pihak musryik itu meminta
perlindungan (suaka) kepadamu, lindungilah ia supaya sempat ia mendengar Firman
Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat vang aman. Demikianlah, sebab mereka
orang-orang yang tidak mengetahui (6). Bagaimana mungkin di hadapan Allah dan
RasulNya akan ada suatu perjanjian dengan orang-orang musyrik; kecuali yang
telah kamu adakan perjanjian dengan mereka di dekat Masjid'l-Haram. Maka selama
mereka berlaku lurus kepada kamu, hendaklah kamu berlaku lurus juga kepada
mereka; sebab Allah menyukai orang-orang yang teguh dalam kebenaran (7).
Bagaimana mungkin (ada perjanjian demikian itu), padahal bilamana mereka dapat
menguasai kamu, mereka tidak akan menghormat kamu, baik dalam tali kekeluargaan
mau pun dalam perjanjian. Mereka menyenangkan kamu dengan mulut (manis) tapi
hati mereka sebaliknya. Dan kebanyakan mereka itu orang-orang fasik (8).
Ayat-ayat Tuhan mereka jual dengan harga murah dan mereka mau menghalangi orang
dari jalan Allah. Memang buruk sekali perbuatan mereka itu (9). Mereka tidak
lagi menghormati orang beriman, baik dalam kekeluargaan mau pun dalam
perjanjian. Mereka itulah orang-orang yang melanggar batas (10). Akan tetapi
bila mereka bertaubat, menjalankan sembahyang dan mengeluarkan zakat, maka
mereka itu saudara-saudaramu seagama. Ayat-ayat itu Kami uraikan kepada mereka
yang mau mengerti (11). Tetapi bilamana mereka sudah melanggar sumpah mereka
sendiri sesudah perjanjian mereka itu, dan mereka memaki agamamu, maka
perangilah pemuka-pemuka orang kafir itu - mereka orang-orang yang tak dapat
menahan diri ( 12). Kamu tidak mau melawan golongan yang telah melanggar
sumpahnya sendiri, padahal mereka sudah berkonmplot hendak mengusir Rasul, dan
mereka itulah yang pertama kali mulai memerangi kamu. Takutkah kamu kepada
mereka? Padahal Allah yang harus lebih ditakuti, kalau kamu orang-orang beriman
(13). Lawanlah mereka itu! Tuhan akan menyiksa mereka melalui tangan kamu, Allah
akan menista mereka dan akan menolong kamu melawan mereka, akan melegakan hati
orang-orang beriman (14). Tuhan akan menghapuskan kemarahan hati mereka, akan
menerima taubat siapa saja yang dikehendakiNya. Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana ( 15). Adakah kamu mengira, bahwa kamu akan dibiarkan begitu saja,
padahal Allah belum membuktikan kamu yang benar berjuang dan tiada pula
mengambil sebagai teman akrabnya, selain Allah, Rasul dan orang-orang beriman.
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat (16). Bukanlah orang-orang musyrik
itu yang akan memeriahkan mesjid-mesjid Allah, karena mereka sudah mengakui
sendiri kekufuran mereka. Perbuatan mereka itu rendah sekali, dan mereka akan
kekal dalam api neraka (17). Tetapi yang akan memeriahkan mesjid-mesjid Allah
ialah orang yang sudah beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta menjalankan
sembahyang dan mengeluarkan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada
Allah. Mereka inilah yang diharapkan akan mendapat petunjuk (18). Pemberian
minuman kepada jemaah haji dan mengurus Mesjid Suci adakah kamu samakan dengan
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjuang di jalan Allah?
Dalam pandangan Tuhan mereka tidak sama. Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang bersalah (19). Orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan
berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwaraga mereka dalam pandangan Allah
lebih tinggi derajatnya; dan mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan
(20). Tuhan memberikan berita gembira kepada mereka dengan rahmat, keridaan dan
surga daripadaNya buat mereka. Disana tempat kesenangan abadi (21). Mereka kekal
selalu disana. Pahala yang besar ada pada Tuhan (22). Orang-orang beriman!
Janganlah kamu menjadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu itu sebagai
wakil-wakil kamu kalau mereka lebih mengutamakan kekufuran daripada iman; dan
barangsiapa mengambil mereka menjadi wakil, mereka itulah orang-orang yang
aniaya (23). Ya, katakanlah: Kalau bapa-bapa kamu, anak-anak kamu,
saudara-saudara dan isteri-isteri kamu serta keluarga kamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatirkan akan menjadi rugi, tempat-tempat
tinggal yang kamu senangi, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah dan
RasulNya serta daripada berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai Allah
memberikan keputusan. Allah tidak memberikan bimbingan kepada orang-orang fasik
(24). Allah telah menolong kamu pada beberapa tempat dan pada Peristiwa Hunain,
tatkala kamu merasa bangga sekali karena jumlah kamu yang besar. Tetapi ternyata
jumlah yang besar itu sedikit pun tidak menolong kamu, dan bumi yang seluas ini
pun terasa amat sempit olehmu, lalu kamu berbalik mundur (25). Sesudah itu Tuhan
menurunkan perasaan tenang kedalam hati Rasul dan orang-orang beriman serta
diturunkanNya pula balatentara yang tidak kamu lihat, dan disiksaNya orang-orang
kafir itu dan memang itulah balasan buat orang-orang kafir (16). Sesudah itu
kemudian Allah menerima taubat barangsiapa yang dikehendakiNya. Allah Maha
Pengampun dan Penyayang (27). Orang-orang beriman! Ingatlah, orang-orang musyrik
itu kotor. Sebab itu. sesudah ini, janganlah mereka memasuki Mesjid Suci, dan
kalau kamu kuatir akan menjadi miskin, maka Tuhan dengan karuniaNya akan
memberikan kekayaan kepada kamu. Jika dikehendaki, sesungguhnya Tuhan Maha Tahu
dan Bijaksana (28). Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan
RasulNya, dan tidak pula beragama menurut agama yang benar.yaitu orang-orang
yang sudah mendapat Al-Kitab, sampai mereka membayar jizya dengan patuh dalam
keadaan tunduk (29). Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah, dan
orang-orang Nasrani berkata: 'Almasih itu putera Allah,. Demikianlah kata-kata
mereka, menurut mulut mereka. Mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir
masa dulu. Tuhan mengutuk mereka. Bagaimana mereka sampai dipalingkan? (30).
Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain
Allah, dan al-Masih putera Mariam (juga mereka pertuhan), padahal mereka
diperintahkan hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tiada tuhan selain Dia. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan (31). Mereka berkehendak memadamkan
Nur ilahi dengan mulut mereka. Tetapi kehendak Tuhan hanya akan menyelesaikan
pancaran cahayaNya itu, meskipun tidak disukai orang-orang kafir (32). Dialah
Yang telah mengutus RasulNya dengan membawa Petunjuk Qur'an dan agama yang benar
untuk dimenangkanNya atas semua agama, meskipun tidak disukai oleh orang-orang
musyrik (33). Orang-orang beriman! Banyak sekali para pendeta dan rahib-rahib
memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka merintangi orang dari
jalan Allah. Dan mereka yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di
jalan Allah, beritahukanlah kepada mereka adanya siksa yang pedih (34). Tatkala
semuanya dipanaskan dalam api jahanam, lalu dengan itu dahi mereka, lambung
mereka dan punggung mereka dibakar. Inilah harta-bendamu yang kamu timbun untuk
dirimu sendiri. Sebab itu, rasakan sekarang akibat apa yang kamu timbun itu
(35). Sebenarnya bilangan bulan dalam pandangan Tuhan ialah duabelas bulan.
Demikian ditentukan Allah tatkala Ia menciptakan langit dan bumi, diantaranya
ada empat bulan suci. Itulah ketentuan agama yang lurus. Oleh karena itu
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu. Lawanlah orang-orang
musyrik itu semua, seperti mereka juga memerangi kamu semua. Ketahuilah, Allah
beserta orang-orang yang teguh bertakwa (36).(Qur'an, 9: 1-36)
Ketika itu Ali berdiri di tengah-tengah orang yang sedang
menunaikan upacara haji di Mina. Dibacakannya kepada mereka itu ayat-ayat Surah
At-Taubah, yang di sini saya kutip secara keseluruhan, dengan maksud seperti
yang akan saya terangkan kemudian. Selesai membaca ia berhenti sejenak, kemudian
serunya lagi kepada orang ramai itu:
"Saudara-saudara! Orang kafir tidak akan masuk surga. Sesudah
tahun ini orang musyrik tidak boleh lagi naik haji, tidak boleh lagi bertawaf di
Ka'bah dengan telanjang. Barangsiapa terikat oleh suatu perjanjian dengan
Rasulullah s.a.w. maka itu tetap berlaku sampai pada waktunya."
Ali menyampaikan keempat perintah itu di tengah-tengah orang
ramai, kemudian sesudah itu kepada mereka diberi waktu empat bulan supaya
masing-masing golongan itu sempat pulang ke daerah dan negeri masing-masing.
Sejak itu tiada seorang musyrik lagi mengerjakan haji, tiada lagi orang
telanjang bertawaf di Ka'bah. Juga sejak itulah dasar tempat berdirinya suatu
negara Islam diletakkan.
Karena dasar ini pulalah maka disini saya kutip bagian-bagian
permulaan Surah At-Taubah itu secara keseluruhan. Dengan hasrat supaya dasar itu
diketahui oleh semua orang Arab. Ali bukan saja membacakan ayat-ayat Bara'ah
(At-Taubah) itu pada musim haji saja - menurut suatu sumber yang sudah disetujui
melainkan juga sesudah itu pun dibacakannya pula di rumah-rumah mereka -
demikian sumber-sumber lain menyebutkan. Kalau orang membaca bagian-bagian
permulaan Surat Bara'ah ini lalu diulang membacanya dan diteliti dengan seksama,
orang akan merasakan sekali bahwa itulah dasar ideal dalam bentuk yang paling
jelas bagi setiap negara yang baru tumbuh. Turunnya Surah Bara'ah ini secara
keseluruhan ialah pada ekspedisi terakhir yang dilakukan Nabi. Setelah penduduk
Tatif datang menyatakan diri sebagai keluarga agama baru ini, setelah seluruh
Hijaz berikut Tihama dan Najd bernaung dibawah bendera Islam, dan setelah
sebagian besar kabilah-kabilah selatan semenanjung menyatakan diri tunduk kepada
Muhammad dan bergabung kedalam ajaran agamanya. ketika itulah tampak hikmah
sejarah turunnya ayat-ayat yang mengatur dasar negara ideal sampai pada waktu
itu. Supaya negara menjadi kuat, maka ia harus mempunyai suatu ideologi ideal
yang umum sifatnya dapat dijadikan keyakinan masyarakat dan semua bersedia pula
membelanya dengan segala kekuatan dan kemampuan yang ada. Dalam hal ini mana
pula ada suatu ideologi yang lebih besar daripada keimanan kepada Allah Yang
Maha Esa dan tidak bersekutu. Dan ideologi yang mana pula yang lebih besar
pengaruhnya dalam jiwa manusia daripada suatu kesadaran bahwa ia merasa dirinya
berhubungan dengan Alam dengan segala manifestasinya yang paling tinggi. Tak ada
yang dapat menguasai dirinya selain Allah dan hanya Allah pula dapat mengawasi
hati nuraninya. Apabila ada orang yang menentang ideologi umum yang harus
menjadi dasar negara ini, maka mereka itu ialah orang-orang fasik, orang-orang
yang mau menyebarkan benih-benih pergolakan perang saudara dan fitnah yang
merusak. Oleh karena itu, terhadap orang-orang semacam itu tidak boleh ada suatu
perjanjian. Negara harus memerangi mereka. Kalau pembangkangan mereka terhadap
ideologi umum itu bersifat liar dan tak terkemudikan, mereka harus diperangi
sampai mereka tunduk. Kalau pembangkangannya terhadap ideologi bersifat tidak
liar dan dapat dikendalikan - seperti halnya dengan Ahli Kitab - maka mereka
wajib membayar jizyah dengan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku.
Dari tinjauan kita mengenai arti ayat-ayat Surah At-Taubah
yang sudah kita baca itu, dari segi sejarah dan sosiologi, tentu akan
mengantarkan kita pada penilaian itu juga. Dan setiap orang yang jujur dan
beritikad baik, akan kesana pula penilaiannya. Akan tetapi, mereka yang telah
memberikan tanggapan kepada Rasul dengan cara yang sudah melampaui batas itu,
akan meninggalkan tinjauan demikian ini. Mereka akan menafsirkan ayat dalam
Surah At-Taubah yang sudah begitu jelas dan kuat itu dengan mengatakan, bahwa
hal itu akan mendorong orang jadi fanatik, yang sudah tidak sesuai lagi dengan
jiwa toleransi peradaban dewasa ini; akan mendorong orang supaya mengejar dan
membunuh orang-orang musyrik dimana saja ada orang-orang yang beriman - tanpa
mengenal ampun dan kasihan lagi, juga mendorong orang membuat undang-undang atas
dasar tirani.
Demikian inilah kata-kata yang sering kita baca dalam
buku-buku kaum Orientalis. Kata-kata ini sangat menarik pikiran orang yang
memang belum matang dalam masalah-masalah kritik sosial dan sejarah, dalam
kalangan Muslimin sendiri sekali pun. Kata-kata demikian itu sebenarnya sama
sekali tidak sesuai dengan kenyataan sejarah, juga tidak sesuai dengan kenyataan
sosial. Hal inilah - yang dalam penafsiran mereka mengenai Surah At-Taubah
seperti yang kita sebutkan, dan yang serupa itu pula yang banyak terdapat dalam
surah-surah lain dalam Qur'an yang menyebabkan orang membuat suatu penafsiran
yang sama sekali tak dapat diterima oleh logika dan kenyataan dalam sejarah
Rasul, juga bertentangan dengan rangkaian sejarah hidup Nabi Besar itu sejak ia
diutus Allah membawa agama ini sampai ia berpulang kembali ke rahmatullah.
Untuk menjelaskan hal ini, baik juga kalau kita bertanya
mengenai dasar ideal peradaban yang berlaku sekarang, lalu kita bandingkan
dengan dasar ideal seperti yang dibawa oleh Muhammad itu. Dasar ideal peradaban
yang berlaku dewasa ini ialah kebebasan berpikir yang tidak terbatas, dan hanya
cara menyatakannya dibatasi dengan undang-undang. Dan kebebasan berpikir inilah
yang lalu dijadikan suatu ideologi, yang dibela orang dan bersedia ia berkorban
untuk itu. Ia berjuang dan berperang mati-matian hendak mewujudkan hal itu, dan
menganggap semua itu sebagai kejayaan yang patut dibanggakan oleh setiap
generasi, dan dibanggakan juga terhadap masa lampau Karena itu pulalah
Orientalis-orientalis seperti yang kita sebutkan itu berkata: "Ajaran Islam yang
hendak memerangi orang yang tidak mau beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian,
ialah ajaran yang menyuruh orang jadi fanatik. Sebenarnya ini bertentangan
dengan kebebasan berpikir."
Ini suatu pemalsuan yang memalukan, apabila kita sudah
mengetahui bahwa nilai pikiran itu terletak pada ajaran dan perbuatannya. Islam
tidak menyuruh menentang orang-orang musyrik penduduk semenanjung itu, kalau
saja mereka patuh dan tidak mengajak orang melakukan syirik dan menyuruh pula
melaksanakan upacaranya. Peradaban yang sedang berkuasa (the ruling culture)
sekarang, dalam memerangi pikiran-pikiran yang berlawanan dengan situasi
ideologi itu sudah melebihi perlawanan kaum Muslimin terhadap orang-orang
musyrik. Juga peradaban yang berkuasa sekarang ini seribu kali lebih jahat
dibandingkan dengan jizya yang berlaku terhadap orang yang dianggap Ahli Kitab
itu.
Sengaja disini kita tidak akan mengambil contoh kejadian dulu
ketika terjadi gerakan pemberantasan perdagangan budak-belian, sekali pun mereka
yang bekerja dalam perdagangan ini yakin sekali bahwa hal itu tidak dilarang.
Kita tidak mengambil ini sebagai contoh, supaya jangan ada yang berkata, bahwa
kita bukan tidak menyetujui adanya perdagangan semacam itu meskipun Islam tidak
menyuruh lebih daripada memberantas apa yang tidak disetujuinya itu. Sebaliknya
Eropa sekarang, Eropa yang punya peradaban yang sedang berkuasa itu, dengan
dibantu oleh Amerika, oleh kekuatan-kekuatan bersenjata di Asia bagian selatan
dan Timur Jauh, telah pula memerangi gerakan bolsyevisma (komunisma), dan
bersedia berperang terus mati-matian. Kami di Mesir ini pun bersedia pula
bersama-sama dengan peradaban yang sedang berkuasa ini memerangi dan memberantas
bolsyevisma, meskipun dalam hal ini bolsyevisma tidak lebih dari suatu gagasan
ekonomi yang mau melawan gagasan lain yang dianut oleh peradaban yang sedang
berkuasa sekarang itu. Adakah seruan Islam yang hendak memberantas orang-orang
syirik yang telah melanggar perjanjian Tuhan setelah disahkan itu sebagai suatu
seruan biadab yang menganjurkan fanatisma dan antikebebasan? Sebaliknya seruan
yang hendak memberantas bolsyevisma yang merusak susunan masyarakat itu, dalam
peradaban yang sedang berkuasa ini dipandang sebagai seruan yang menganjurkan
kebebasan berpikir dan berideologi dan patut dihormati?
Kemudian ada segolongan orang pada beberapa negara di Eropa
yang memandang bahwa pendidikan rohani harus disertai pula dengan pendidikan
jasmani, dan bahwa kebiasaan orang menutup seluruh badan atau sebagian anggota
badannya sebenarnya lebih membangkitkan napsu kelamin (sex) dalam jiwa orang
lain, dan tentunya lebih-lebih lagi akan merusak moral, daripada kalau orang itu
semua telanjang bulat. Maka orang-orang yang punya gagasan ini mulailah
melaksanakan gagasannya, mulai mengadakan tempat-tempat nudis dalam beberapa
kota.6 Mereka mendirikan tempat-tempat yang dapat dikunjungi oleh siapa saja
yang mau membiasakan diri dengan pendidikan jasmani demikian itu. Tetapi begitu
gagasan ini tersebar orang-orang yang bertanggungjawab dalam beberapa negara
memandang tersebamya gejala-gejala semacam ini akan sangat merusak pendidikan
akhlak dan membahayakan masyarakat. "Perkumpulan-perkumpulan nudis" ini
dilarang, mereka yang bertanggungjawab atas gagasan itu dikejar-kejar dan
mengadakan tempat-tempat pendidikan jasmani semacam itu dilarang dengan
undang-undang. Kita tidak akan sangsi, bahwa bilamana gagasan ini sampai
tersebar luas pada suatu bangsa secara keseluruhan, pasti ia akan menyebabkan
timbulnya pengumuman perang dari bangsa-bangsa lain atas bangsa itu dengan
alasan bahwa hal ini akan merusak nilai-nilai kehidupan rohani umat manusia,
seperti yang pernah terjadi dengan timbulnya peperangan-peperangan karena
budak-belian, timbulnya peperangan atau yang semacam itu karena memperdagangkan
budak kulit putih atau perdagangan candu.
Kenapa terjadi semua itu? Sebabnya ialah, karena kebebasan
berpikir secara mutlak itu memang dapat diterima selama ia tetap tersimpan dalam
batas-batas ucapan yang tidak sampai menyentuh tubuh masyarakat secara
membahayakan. Akan tetapi bilamana pikiran itu akan sampai menyebabkan timbulnya
kerusakan pada masyarakat manusia maka penyebabnya itu harus diberantas; juga
manifestasi gagasan itu semua harus diberantas, bahkan gagasannya sendiri harus
diberantas, meskipun manifestasi perang ini berbeda-beda, sesuai dengan tingkat
kerusakan dalam masyarakat sebagai akibat dari manifestasi itu, yang dengan
bertahannya itu dikuatirkan membawa akibat dalam perkembangan etik, sosial dan
ekonomi.
Inilah kenyataan sosial yang sudah diakui dan disahkan oleh
peradaban yang sedang berkuasa sekarang. Kalau kita masih mau menjelajahi terus
manifestasi itu serta pengaruh-pengaruhnya dalam pelbagai bangsa, tentu akan
terlalu panjang kita bicara, dan bukan pula tempatnya disini. Hanya saja orang
akan dapat berkata, bahwa setiap undang-undang yang tujuannya hendak membungkam
setiap gerakan sosial, ekonomi atau politik, maka ini berarti perang melawan
pikiran yang melahirkan gerakan itu, dan perang ini dapat dibenarkan sesuai
dengan bahaya yang menimpa masyarakat manusia, apabila pikiran-pikiran yang
menjadi sasaran perang tersebut dilaksanakan.
Kalau kita mau menilai seruan Islam dalam memberantas
kehidupan syirik dan penganut-penganutnya serta dalam memerangi mereka sampai
mereka itu patuh, dapat dibenarkankah perang demikian ini atau tidak dapat
dibenarkan? Kita perlu sekali melihat peranan yang dimainkan oleh pikiran syirik
ini serta tujuannya. Apabila sudah ada kata sepakat mengenai betapa besar
bahayanya terhadap masyarakat manusia dalam berbagai zaman, maka pengumumam
perang yang dicetuskan oleh Islam kepada mereka itu dapat sekali dibenarkan,
bahkan suatu kewajiban adanya.
Kehidupan syirik yang ada pada waktu Muhammad a.s. membawa
dakwah agama yang benar itu, bukan hanya menggambarkan penyembahan berhala saja
- dan kalau pun demikian adanya harus juga diberantas, sebab adalah suatu ironi
terhadap akal pikiran dan kehormatan martabat manusia, bahwa manusia akan
menyembah batu - tetapi kehidupan syirik ini juga menggambarkan sekelompok
tradisi, adat-istiadat dan kebiasaan, bahkan menggambarkan suatu sistem
masyarakat yang lebih berbahaya dari perbudakan, lebih berbahaya dari
bolsyevisma dan lebih berbahaya dari segala yang dapat digambarkan oleh otak
manusia menjelang akhir abad keduapuluh ini. Mereka menggambarkan cara hidup
yang menguburkan bayi perempuan hidup-hidup, polygami yang tiada terbatas,
laki-laki boleh mengawini perempuan sampai tigapuluh, empatpuluh, seratus,
tigaratus atau lebih dari itu. Mereka menggambarkan suatu perbuatan riba dalam
bentuknya yang paling kotor yang dapat digambarkan manusia, juga mereka
menggambarkan kehidupan anarkhisma moral dalam bentuknya yang paling rendah.
Masyarakat Arab pagan itu sebenarnya adalah masyarakat yang paling jahat yang
pernah dilahirkan ke tengah-tengah umat manusia ini.
Dari setiap orang yang jujur sangat saya harapkan kiranya
akan dapat menjawab pertanyaan ini: Sekiranya sekarang ada suatu masyarakat
manusia membuat suatu sistem untuk mereka sendiri dengan segala tradisi,
adat-istiadat dan kebiasaan meliputi segala perbuatan menguburkan anak perempuan
hidup-hidup, polygami tak terbatas, membolehkan perbudakan dengan suatu sebab
atau tanpa sebab, eksploitasi harta-benda dengan cara yang kejam, kemudian
karena itu semua lalu timbul pemberontakan hendak menghancurkan dan mengikisnya
habis-habis - dapatkah pemberontakan demikian itu kita tuduh dengan fanatisma,
dengan tindakan anti kebebasan berpikir? Kalau kita umpamakan, ada suatu bangsa
yang sudah puas dengan sistem sosial yang rendah ini dan sudah hampir pula
menular sampai ke negara-negara lain, lalu negara-negara ini mengumumkan perang,
dapat juga dibenarkan? Bukankah ini lebih-lebih dapat dibenarkan daripada Perang
Dunia yang baru lalu yang telah menelan jutaan penduduk dunia ini tanpa suatu
sebab selain karena sifat keserakahan dari pihak negara-negara imperialis?
Dan kalau memang sudah begitu adanya, dimana pula nilai
kritik para Orientalis itu terhadap ayat-ayat yang sudah pembaca ikuti dari
Surah Bara'ah dan terhadap seruan Islam dalam memberantas syirik dan
penganut-penganutnya yang berusaha hendak menegakkan suatu sistem dengan segala
akibatnya yang berbahaya seperti yang kita sebutkan tadi?
Kalau ini sudah merupakan suatu kenyataan sejarah sehubungan
dengan sistem yang berlaku di tanah Arab di bawah naungan panji syirik dan
paganisma, maka juga di sana ada suatu kenyataan lain dalam sejarah yang
bersumber dari kehidupan Rasul. Sejak ia diutus Tuhan mengemban Risalah selama
tigabelas tahun, dengan segala susah-payah ia mengorbankan segalanya, mengajak
orang ke dalam agama Allah dengan memberikan bukti dan mengajak mereka
berdiskusi dengan cara yang baik. Semua peperangan dan ekspedisi yang
dilakukannya, sekali-kali tidak bersifat agresi, melainkan selalu mempertahankan
sifatnya, mempertahankan kaum Muslimin, mempertahankan kebebasan mereka
melakukan dakwah agama, agama yang sudah mereka imani, mereka mengorbankan hidup
mereka untuk agama itu.
Seruan yang tegas dan sudah cukup jelas, bahwa orang-orang
musyrik itu patut dilawan - karena mereka kotor, mereka tidak dapat memegang
janji dan piagam perianjian, mereka tidak lagi dapat memegang sesuatu amanat dan
pertalian keluarga dengan orang-orang beriman - ayat-ayatnya turun pada akhir
ekspedisi Nabi ke Tabuk. Apabila Islam turun disuatu daerah dengan kehidupan
paganisima yang sedang luas menjalar, dan berusaha hendak menanamkan suatu
sistem sosial dan ekonomi yang begitu merusak yang sudah ada di semenanjung itu
tatkala Nabi diutus, lalu datang kaum Muslimin mengajak mereka supaya
meninggalkan cara semacam itu dan mari mengambil apa yang dibenarkan Tuhan dan
meninggalkan apa yang dilarangNya - tidak juga mereka mau patuh - maka buat
orang yang jujur tidak bisa lain ia mesti berontak terhadap mereka, memberantas
mereka sampai ajaran Tuhan ini selesai, dan yang tersebar luas hanya keadilan
dan keimanan kepada Allah.
Ayat-ayat Bara'ah (At-Taubah) yang dibacakan oleh Ali itu,
demikian juga seruannya kepada orang banyak, bahwa orang kafir tidak akan masuk
surga, bahwa sesudah tahun ini tidak dibenarkan lagi orang musyrik melakukan
ibadah haji dan melakukan tawaf di Ka'bah dengan telanjang - telah membawa hasil
yang baik sekali. Sikap ragu yang tadinya tertanam dalam hati kabilah-kabilah,
yang selama itu masih lambat-lambat akan menerima ajakan Islam - telah hilang
samasekali.
Dengan demikian negeri-negeri seperti Yaman, Mahra, Bahrain
dan Yamama masuk Islam. Sudah tak ada lagi pihak yang akan mengadakan perlawanan
kepada Muhammad kecuali sejumlah kecil, yang karena kecongkakannya malah berbuat
dosa dan tertipu oleh golongannya sendiri, diantaranya 'Amir bin't-Tufail, yang
pergi bersama-sama dengan perutusan Banu 'Amir yang hendak berlindung dibawah
bendera Islam. Tetapi setelah berhadapan dengan Nabi, 'Amir menolak dan tidak
mau menenma Islam. Ia ingin supaya ia dijadikan sekutu Nabi. Nabi masih berusaha
meyakinkan supaya dia menerima Islam. Tetapi ia tetap menolak. Kemudian sambil
keluar ia berkata:
"Kota ini akan saya hujani dengan pasukan berkuda dan tentara
untuk melawan kamu."
Lalu kata Muhammad: "Allahumma ya Allah! Lindungi aku dari
perbuatan 'Amir bin't-Tufail!"
'Amir pun lalu pergi hendak menuju kabilahhya. Tetapi di
tengah perjalanan itu tiba-tiba ia terserang penyakit sampar di leher sampai ia
menemui ajalnya ketika ia sedang berada di rumah seorang wanita dari Banu Salul.
Ketika akan menemui ajalnya berulang-ulang ia berkata: "Oh Banu 'Amir! Ini
penyakit kelenjar seperti penyakit serdi pada unta dan mati pula di rumah wanita
Banu Salul!"
Juga Arbad b. Qais, ia tidak mau menerima Islam, ia kembali
ke Banu 'Amir. Tetapi belum lama tinggal di tempat itu ia mati terbakar disambar
petir, tatkala ia pergi naik unta yang akan dijualnya. Sungguh pun begitu,
penolakan 'Amir dan Arbad ini tidak mengalangi golongannya untuk masuk Islam.
Yang lebih jahat lagi dari mereka itu semua ialah Musailima ibn Habib. la datang
bersama-sama dengan perutusan Banu Hanifa dari Yamama. Oleh rombongan itu ia
ditinggalkan di belakang dengan barang-barang, dan mereka pergi menemui
Rasulullah. Ketika itulah mereka semua masuk Islam, dan oleh Nabi mereka diberi
hadiah. Juga mereka menyebut-nyebut tentang Musailima, yang oleh Nabi kemudian
juga diberi hadiah seperti mereka, dengan katanya: "Dia tidak lebih buruk
kedudukannya di kalangan kamu," yakni karena dia menjagakan barang-barang
teman-temannya. Tetapi mendengar kata-kata itu dari mereka Musailima lalu
mendakwakan dirinya nabi, dan menduga bahwa Tuhan mempersekutukannya dengan
Muhammad dalam kenabian itu. Kepada masyarakat golongannya ia bersajak7 dan
menggunakan kata-kata dengan mencoba-coba hendak meniru-niru Qur'an: "Tuhan
memberikan kenikmatan kepada yang bunting. Yang mengeluarkan nyawa bergerak.
Dari antara kulit bawah dengan isi lambung"8
Musailima menghalalkan minuman keras dan perzinaan dan
membebaskan golongannya dari sembahyang. Ia aktif sekali mengajak orang supaya
mempercayainya. Selain mereka ini, orang-orang Arab dari segenap pelosok jazirah
datang berduyun-duyun menyambut agama Allah, dipimpin oleh orang-orang
terpandang dan terhormat semacam Adi b. Hatim dan 'Amir b. Maidi Karib.
Raja-raja Himyar juga telah mengutus orang membawa surat kepada Nabi menyatakan
diri mereka masuk Islam. Nabi pun menetapkan dan berkirim pula surat kepada
mereka mengenai hak dan kewajiban mereka menurut syariat Allah.
Sesudah lslam tersebar di bagian selatan semenanjung,
Muhammad mengutus orang-orang yang mula-mula dalam Islam supaya dapat
mengajarkan hukum dan memperdalam dan menguatkan agama mereka.
Kita tidak akan lama-lama berhenti pada masalah perutusan
orang-orang Arab kepada Nabi itu seperti yang biasa dilakukan oleh
penulis-penulis dahulu, sebab masalahnya hampir sama, mereka semua bernaung di
bawah bendera Islam. Ibn Sa'd dalam At-Tabaqat 'l-Kubra telah mengkhususkan 50
halaman besar mengenai perutusan-perutusan Arab ini saja kepada Rasul. Kiranya
cukup disini kita menyebutkan nama-nama kabilah dan anak-kabilah yang punya
perutusan. Utusan-utusan itu datang dari: Muzaina, Asad, Tamim, 'Abs, Fazara,
Murra, Tha'laba, Muharib, Sa'd b. Bakr, Kilab, Ru'as b. Kilab, 'Uqail b. Ka'b,
Ja'da, Qusyair b. Ka'b, Banu'l-Bakka', Kinana, Asyja', Bahila, Sulaim, Hilal b.
'Amir, 'Amir b. Sha' sha'a dan Thaqif. Utusan-utusan Rabi'a datang dari
'Abd'l-Qais, Bakr b. Wa'il, Taghlib, Hanifa dan Syaiban. Dari Yaman datang
utusan-utusan: Tayy Tujib, Khaulan, Ju'fi, Shuda', Murad, Zubaid, Kinda, Shadif,
Khusyain, Sa'd Hudhail, Bali, Bahra', Udhra, Salaman, Juhaina, Kalb, Jarm, Azd,
Ghassan Harith b. Ka'b, Hamdan, Sa'd'l-Asyira, 'Ans, Dar, Raha, [dari
daerahMadhhij], Ghamid, Nakha', Bajila, Khath'am, Asy'ari, Hadzramaut, Azd
'Uman, Ghafiq, Bariq, Daus, Thumala, Hudan, Aslam, Judham, Muhra, Himyar, Najran
dan Jaisyah. Demikian seterusnya, tiada sebuah kabilah atau anak-kabilah di
Semenanjung itu yang tidak masuk Islam, kecuali yang sudah kita sebutkan di
atas. Demikian juga orang-orang musyrik penduduk jazirah itu, mereka
berlumba-lumba masuk Islam, dan dengan sendirinya meninggalkan penyembahan
berhala. Sekarang seluruh tanah Arab sudah bersih dari berhala-berhala dengan
segala penyembahannya. Sesudah perjalanan ke Tabuk, selesailah semua itu secara
sukarela dan atas kemauan sendiri, tanpa bersusah payah atau pertumpahan darah.
Sekarang apa yang dilakukan pihak Yahudi dan pihak Nasrani
terhadap Muhammad, dan apa pula yang dilakukan Muhammad terhadap mereka?
1 Qubba, ialah 'semacam kemah dalam bentuk rumah kecil bulat'
(LA) yang tidak sama dengan kemah biasa (A).
2 Harfiah, 'yang memerintah atau yang diperintah' yakni
'adakah ia ditugaskan oleh Nabi memimpin jamaah haji atau Lkut dalam rombongan?'
(A).
3 Yakni yang ikut dalam rombongan haji di bawah pimpinan Abu
Bakr (A).
4 Oleh karena ayat-ayat yang dikutip ini cukup panjang, maka
setiap ayat diberi bernomor (A)
5 Harfiah berarti hari haji yang lebih besar,
(al-hajj'l-akbar); menurut beberapa kitab tafsir berarti yang meliputi hari
Arafat atau hari Nahr atau secara keseluruhan sebaliknya dari 'haji yang lebih
kecil' (al-hajj'l-ashghar) (A).
6 Nudism, ialah suatu gerakan yang mau melaksanakan cara
hidup telanjang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, dimulai pada awal abad
ke-20 di Jerman. dikenal dengan nama kelompok-kelompok Nackhtkultur ("kebudayaan
telanjang"). Mereka terdiri umumnya dari orang-orang kelas menengah. Sebelum
pecah Perang Dunia II, gerakan ini mulai meluas pada segenap lapisan, dari yang
paling konservatif sampai kepada yang paling radikal. Dengan mengambil pola
seperti di Jerman, perkumpulan-perkumpulan nudis ini kemudian berdiri pula di
Perancis, Inggris, Skandinavia dan beberapa negara Eropa lainnya. Di Amerika
Serikat dan di Kanada didirikan dalam tahun tigapuluhan. Gerakan ini terhenti
karena pecah Perang Dunia II (A).
7 Dari kata bahasa Arab saja'a, saj'an 'bicara dengan
kata-kata dengan persamaan bunyi akhir kata seperti pada syair tanpa matera'
(LA), dan 'saj', juga berarti manzera dukun' (LA). Sebaliknya susunan kata-kata
dalam Qur'an tidak termasuk saja' karena tidak terikat pada asonansi, juga bukan
prosa. Dalam pengertian bahasa Indonesia yang umum, kata 'sajak' sering berarti
'puisi' atau 'syair' (A).
8 Dalam bahasa aslinya tersusun dalam bentuk sajak akhir
(A).
Sumber: Sejarah Hidup Muhammad oleh Dr. Mohammad Hussein Haekal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar