Sesungguhnya Allah itu dekat ...
Allah mengabulkan permohonan orang yang berdo'a, apabila ia memohon kepada Allah ...
Tidak perlu berteriak untuk berdoa kepada Allah, karena Dia Mahadekat, dan Mahamendengar ...
Semakin banyak hambaNya berdo'a, semakin Allah menyukai hambaNya, sebab karunia Allah sangatlah luas ...
Semakin sedikit hambaNya berdo'a, semakin Allah tdk suka, karena hal tersebut menandakan kesombongan makhlukNya, merasa tdk membutuhkanNya ...
Namun, bukan berarti banyak berdo'a lalu tdk berusaha ...
Berdo'a yg banyak dan selalu berusaha, itulah yg dicintai Allah ...
Beberapa adab dalam berdo'a:
1. Jangan tergesa2 dlm berdo'a, dahului dng ucapan sholawat Nabi SAW, dan memuji Allah
2. Akhiri pula dng ucapan sholawat Nabi SAW, dan memuji Allah
3. Tidak perlu memohon atau berdo'a keras2, cukup dng suara yg lembut dan lirih, juga dng penuh harap untuk dikabulkan ...
4. Perbanyak Istighfar, sebab mungkin dosa kita yg banyak yg telah "menutupi" do'a kita (sebab menjauh dari Allah, karena banyak dosa)
Supaya do'a seorang mukmin itu mudah dikabulkan, hendaklah mereka beriman kepada Allah saja (dalam meminta, berdoa, dan bertawakkal),dan memenuhi segala perintah-Nya ...
Agar selalu berada dalam kebenaran yg telah ditetapkan dalam Syara' (ketentuan agama) ...
Sesungguhnya Allah itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri ...
Dan Allah mengabulkan permohonan orang yang berdo'a, apabila ia mau memohon kepada Allah ...
Namun, sesungguhnya Dzat Allah tidaklah dekat, karena kita bukan bagian dari Allah ...
Kita hanya makhluk Allah, namun kekuasaan-Nya meliputi apa saja, baik yg nyata maupun yg ghaib ...
Allah Mahamendengar dan Mahamelihat ...
Allah tidak mengantuk dan tidak tidur ...
Allah tidak memerlukan hambaNya, namun makhlukNya lah yg membutuhkan Allah ...
Allah Mahakaya dan Mahapemberi ...
Allah selalu dalam kesibukan mengurus makhluk2Nya dan tidak pernah lelah ...
QS 2.Al Baqarah:186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِى وَلْيُؤْمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
Kita semua bukan bagian dari Allah, karena kita hanyalah makhluq. Sedangkan Dia, Allah yang menciptakan dan yang memberi bentuk kita semua. Tidak mungkin sama antara Pencipta dan Makhluq-Nya, walau hanya sedikit.
QS. 43.Az Zukhruf:15
وَجَعَلُواْ لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ ٱلإنسَـٰنَ لَكَفُورٌ مُّبِينٌ
"Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah)."(Az Zukhruf:15)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, ayahku telah menceritakan kepada kami, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abdah ibnu Abu Barzah As-Sukhtiyani, dari As-Silt ibnu Hakim ibnu Mu'awiyah (yakni Ibnu Haidah Al-Qusyairi), dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa ada seorang penduduk Badui bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita dekat, maka kita akan bermunajat (berbisik) kepada-Nya; ataukah Dia jauh, maka kita akan menyeru-Nya?" Nabi Saw. diam, tidak menjawab. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. (Al-Baqarah: 186)
BalasHapusPenduduk Badui itu Bertanya mengenai Dzat Allah SWT. Dan Allah menjawabnya bahawa Dia Dekat. Persoalan Kita Makhluk atau bukan sebahagian dari Dzat Allah SWT. tiada kena mengena dengan dekatnya Allah itu.
Allah Dekat tidak bersentuh, Jauh tidak berjarak.
dari hadits Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulamiy dengan lafazh dari Muslim,
BalasHapus“Saya memiliki seorang budak yang biasa mengembalakan kambingku sebelum di daerah antara Uhud dan Al Jawaniyyah (daerah di dekat Uhud, utara Madinah, pen). Lalu pada suatu hari dia berbuat suatu kesalahan, dia pergi membawa seekor kambing. Saya adalah manusia, yang tentu juga bisa timbul marah. Lantas aku menamparnya, lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perkara ini masih mengkhawatirkanku. Aku lantas berbicara pada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah aku harus membebaskan budakku ini?” “Bawa dia padaku,” beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berujar. Kemudian aku segera membawanya menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya pada budakku ini,
أَيْنَ اللَّهُ
“Di mana Allah?”
Dia menjawab,
فِى السَّمَاءِ
“Di atas langit.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Siapa saya?” Budakku menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
“Merdekakanlah dia karena dia adalah seorang mukmin.”[12]
Adz Dzahabi mengatakan, “Inilah pendapat kami bahwa siapa saja yang ditanyakan di mana Allah, maka akan dibayangkan dengan fitrohnya bahwa Allah di atas langit