Jumat, 05 Januari 2018

Benarkah Islam Tidak Menjamin Pemeluknya Masuk Surga?

Ketika seseorang berkata demikian, dan bahkan menyebutkan hadits berikut ini:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوْقُ: ( إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ المَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيَؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا ) – رواه البخاري ومسلم

Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.
[Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]


Hadits diatas berhubungan dengan Taqdir Allah. Kalau berbicara tentang takdir Allah, pembahasan bisa sangat panjang. Mengapa demikian?
Sebab kalau membahas mengenai takdir Allah, ada dua sisi yang perlu diperhatikan. Yakni sisi Pencipta, yakni Allah, dan sisi Makhluq.

*) Kalau dari sisi Allah, tidak ada satupun mahkluq yang mengetahui, baik tentang DiriNya, DzatNya, WujudNya, PerbuatanNya dan masih banyak lagi, kecuali yang memang diterangkan sendiri oleh Dia.

وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ
Allah berfirman : “Manusia tidak sedikit pun mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah kehendaki”.(QS. Al Baqarah : 255).

Termasuk hadits diatas juga bagian dari sedikit penjelasan Allah.

*) Kalau ditinjau dari sisi Makhluq, maka segala pengetahuannya adalah apa yang nampak dihadapannya. Makhluq tidak mengetahui kejadian detik-detik berikutnya. Sehingga kewajiban makhluq hanya bisa berusaha, sesuai dengan diperintahkan Allah kepadanya.
Sedikitpun manusia tidak mengetahui, apakah usahanya bisa berhasil ataukah tidak.

Kalimat “ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.”

---> Kalimat ini lebih banyak menjelaskan mengenai ilmu Allah, dan kehendakNya. Sehingga tidak satupun makhluq tahu nasibnya kelak, kecuali Allah sendiri yang memberi tahunya, seperti nasib Iblis yang dijelaskan dalam Al Quran.
Kehendak Allah sangat rahasia, lebih rahasia dari apapun juga yang paling rahasia, dan kehendak itu pasti terjadi. Karena itu makhluq hendaknya takut kepada Allah dengan sebenar2 takut. Namun bukan ketakutan yang berlebihan hingga ia berputus asa. Makhluq itu hendaknya berprasangka baik kepada Allah dan selalu mengharap RahmatNya saja. Bukankah Rahmat Allah Maha luas?

---> Mengingatkan manusia supaya sadar bahwa jangan sampai sembrono dalam beramal. Jika manusia beramal baik, maka yang perlu diingat:
1. Amal baik itu dikerjakan istiqomah
2. Hindari perbuatan riya’, sombong, merasa dirinya suci.
3. Amal itu jangan untuk mendapatkan pujian/popularitas atau kekayaan dunia.
4. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah niat pelakunya harus semata-mata karena Allah.
5. Manusia itu wajib sadar kalau Amal baik yang bisa ia kerjakan itu adalah merupakan karunia dan rahmat Allah Ta’ala saja.
6. Sehingga jangan terlalu bangga dengan amal baik yang telah dikerjakan.
7. Jangan meremehkan orang lain yang amal ibadahnya lebih sedikit dari kita.

Jika manusia itu tidak istiqomah dalam melakukan amal baik, atau bahkan ia murtad (Na'udzubillahi min Dzalika), maka terhapuslah segala amal baik itu. Nah, disinilah jaminan Allah tentang balasan Surga menjadi hilang. Manusia itu sendiri telah menentukan nasibnya sendiri untuk masuk neraka. Sehingga jangan menyalahkan taqdir Allah, namun salahkan diri sendiri, bukankah Allah telah memberikan pilihan?

Jika seseorang itu tetap istiqomah berada pada jalan Allah, hingga ia wafat, maka janji Allah untuk memberikan balasan Surga isyaAllah terwujud. (Penulis menggunakan isyaAllah, karena memang penulis tidak tahu kehendak Allah).

[Berikut artikel tentang Taqdir: http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2015/11/takdir.html]

Hal seperti ini, tentang janji Allah bagi hamba2Nya yang berbuat baik dan istiqomah akan mendapat balasan Surga dapat dijelaskan seperti berikut ini:

Sesungguhnya Ahli Surga itu telah ditetapkan, demikian juga Ahli Neraka ...
... Sahabat-sahabat beliau berkata, "Apa manfaat amal perbuatan yang kita lakukan, jika urusannya telah ditetapkan seperti itu?"
Rasulullah menjawab, "Mintalah kebenaran dan istiqamah dengan amal perbuatan kalian, dan jangan berlebihan dalam semua urusan."
Sesungguhnya ahli surga itu (hidupnya) akan diakhiri dengan amal perbuatan ahli surga, meski (selama hidup) dia melakukan amal perbuatan apapun  (termasuk amal perbuatan ahli neraka). Dan, sesungguhnya ahli neraka itu (hidupnya) akan diakhiri dengan amal perbuatan ahli neraka, meski (selama hidup) dia melakukan amal perbuatan apapun (termasuk amal perbuatan ahli surga).
Allah telah menentukan nasib para hambaNya, sebagian dari mereka menjadi ahli Surga dan sebagian yang lain menjadi penghuni Neraka.
[Hasan:Shahih Sunan Tirmidzi (2141), AshShahihah(848), dan AzhZhilal (348).] (Diringkas)


عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا

“Dari Sufyan bin ‘Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: “Aku berkata, wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘Rabbku adalah Allah’, lalu istiqomahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini”.[HR Tirmidzi, no. 2410. Ibnu Majah, no. 3972. Dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albani]

--> Perintah untuk beristiqomah dijalan Allah, dan tentang bahayanya lidah, bukankah dengan lidah seseorang bisa menjadi mukmin, kafir atau bahkan murtad?

Dan hadits ini hadits yang shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
“Setiap umatku akan masuk Surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah?. Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk Surga “ (H.R Bukhari)

Allah Ta’ala telah berfirman tentang Nabi-Nya (SAW),

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad SAW), niscaya Allah menyayangimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali ‘Imran :31)

Surat Al-Fath Ayat 17

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَمَنْ يَتَوَلَّ يُعَذِّبْهُ عَذَابًا أَلِيمًا

17. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.

Inilah jaminan Allah tentang balasan Surga. Bukankah Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya yang beriman?

Perhatikan ayat2 berikut ini:

Surat Al-Mu’minun Ayat 1-11:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, [tidak menyekutukan Dia sedikitpun sampai ajal menjemput (wafat)]
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya,
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
dan orang-orang yang menunaikan zakat, [dan sedekah]
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
dan orang-orang yang memelihara sholatnya. [Sesuai dengan sunnah Nabi SAW, misalnya, Sholat tepat waktu, dan berjamaah di Masjid secara istiqomah]
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.


Sumpah Setia Sahabat Nabi Isa 'Alaihissallam untuk Bersama2 menegakkan agama Allah 
Surat Ali 'Imran Ayat 52

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.

Seruan Nabi Isa 'Alaihissallam untuk Hanya Menyembah Allah Saja
Surat Al-Ma'idah Ayat 116-117

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۚ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنْتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

Nabi Isa 'Alaihissallam menceritakan nikmat yang diperolehnya dalam Al Qur’an dan Perintah Allah untuk Mendirikan Sholat dan Menunaikan Zakat:

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. [Maryam :31].

Perintah Allah untuk Mendirikan Sholat dijaman Kenabian Muhammad SAW dan Perintah untuk Sholat Berjamaah Tepat Waktu :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.[Thaha:132].


مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

Barangsiapa yang mendengar adzan lalu tidak datang, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur.[Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya, kitab Al Masajid wal Jama’ah, Bab At Taghlidz Fi At Takhalluf ‘Anil Jama’ah, no. 785. Hadits ini dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah, no. 631.]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar