Jumat, 27 Oktober 2017

Senjata Setan Setelah Tauhid Diserang, adalah Perselisihan

Jauhi Perselisihan dan Pertengkaran 
Dasar Hukum:
1.) Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ »  أخرجه مسلم

“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk menjadikan orang-orang beriman menyembahnya di Jazirah Arab, namun masih tersisa tipu dayanya yaitu mengadu domba diantara kalian”. (HR Muslim 2812)

2.) Sabda Nabi shallalaahu ‘alaihi wasallam,

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِِتَالُهُ كُفْرٌ.

Artinya:"Mencaci orang Islam adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

3.) Dan sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam,

لاَ تَرْجِعُوْا بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُم رِقَابَ بَعْضٍ.ٍ

Artinya: "Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lain (membunuh tanpa haq)." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

4.) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ

Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat. (HR. Bukhâri, no. 2457; Muslim, no. 2668)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. (HR. Abu Dawud, no. 4800; dishahîhkan an-Nawawi dalam Riyâdhus Shâlihîn, no. 630 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni di dalam ash-Shahîhah, no. 273)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” (Shahih at-Targib wat Tarhib, jilid 1, no. 138)

Bagaimana Jika Terjadi Perbedaan Pendapat?
1. Pergunakan akhlaq dan adab yang baik, bagaimana menghadapi orang yang lebih tua, sebaya atau yang lebih muda. Terutama menghadapi para tokoh, Kyai dan pejabat.
2. Hindari perkelahian hanya karena beda pandangan/pendapat. Tahan diri dari sikap buruk dan mau menang sendiri.
3. Tidak ada pendapat yang pasti mutlak benar, bisa jadi pendapat berubah jika menghadapi situasi dan keadaan yang berbeda.
4. Carilah ilmu dimanapun juga untuk mencari ilmu yang terbaik, dengan dasar akhlaq yang baik.
5. Internet hanyalah alat, yang menyediakan ilmu yang melimpah ruah, jauh diatas perkiraan kita, sehingga kita bisa mendapatkan ilmu yang sahih atau malah ilmu hoax/sampah.
6. Internet tidak bisa mengajarkan adab dan akhlaq.
Hanya guru yang bijaksana yang dapat mengajarkan akhlaq dan adab yang baik, sedangkan  setan mengajarkan pertengkaran dan pertikaian.
7. Dalam agama sering ada beda pendapat, lha selevel sahabat saja dengan guru yang sama, yakni Nabi SAW, tetap ada perbedaan pendapat.
8. Ngapain bertikai dng saudara sendiri, yang nanti malah menimbulkan perpecahan. Sehingga Iblis bersorak gembira.
9. Berselisih dan bertengkar itu menjadikan umat muslim lemah sehingga mudah disetir dan dihancurkan oleh para pembenci. Karena itu jangan berselisih dan jangan bertengkar ...!

Selengkapnya:
Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ »  أخرجه مسلم

“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk menjadikan orang-orang beriman menyembahnya di Jazirah Arab, namun masih tersisa tipu dayanya yaitu mengadu domba diantara kalian”. (HR Muslim 2812)

Imam Nawawi mengatakan: ‘Hadits ini termasuk salah satu dari mu’jizat kenabian yang dipunyai  oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun maknanya yaitu setan telah berputus asa untuk menjadikan penduduk Jazirah Arab menyembahnya, akan tetapi syaiton berusaha untuk menabur benih perselisihan diantara kalian kaum muslimin  dengan perselisihan, pertengkaran, peperangan serta permusuhan dan yang semisalnya” Shahih Muslim bi syarh an-Nawawi 60/156.

>>> Setidaknya ada beberapa hal yg bisa dibahas:
1. Ilmu Tauhid dan Ilmu agama di Jazirah Arab bisa dijadikan patokan dan rujukan semua umat Islam sedunia. Karena hadis tersebut menyatakan "setan telah berputus asa untuk menjadikan orang-orang beriman menyembahnya di Jazirah Arab". Keilmuan Tauhid mereka sudah sangat mumpuni, sehingga setanpun telah berputus asa. Dan sebaliknya, umat Islam diluar Jazirah Arab perlu hati2, karena Nabi SAW tidak memberikan jaminan kalau ketauhidan mereka sudah benar. Umat Islam diluar Jazirah Arab ini mungkin tidak ada pergolakan, sulit diadu domba, karena setan masih bisa merusak ketauhidan mereka, sehingga tidak perlu memakai senjata berikutnya, yaitu adu domba dan perselisihan.
Namun perlu juga disadari, kalau tidak mungkin suatu wilayah yang sangat luas itu muslim semua, sehingga sabda Nabi SAW tersebut bersifat umum. Dan jaminan Nabi SAW secara umum adalah Ilmu Ketauhidan Muslimin di Jazirah Arab, sudah sangat mumpuni, sehingga setanpun telah berputus asa supaya bisa membelokkan ketauhidan mereka. Namun setan tidak pernah berputus asa supaya bisa membelokkan ketauhidan Muslimin diluar Jazirah Arab!.
Bukankah sampai sekarang, kebanyakan wali, kyai dan ustadz yang mumpuni juga belajar dari Jazirah Arab? Dan selalu merujuk dari sana?.   
     
2. Benih perselisihan diantara kaum muslimin, dengan pertengkaran, peperangan serta permusuhan dan yang semisalnya, diperuntukkan bagi umat Islam yang sudah benar Keimanan dan Ketauhidan mereka (secara umum, tidak hanya di Jazirah Arab). Karena itu merupakan senjata pamungkas berikutnya, apabila keimanan dan ketauhidan mereka sulit dibelokkan.
Karena memang ada hadis yang menjelaskannya secara umum, seperti hadis diatas, namun dari kitab yang berbeda, yakni:


Hannad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari A'masy, dari Sufyan, dari Jabir, ia berkata, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Syetan telah berputus asa untuk dapat disembah oleh orang-orang yang sholat (sholih), namun dia berupaya menebarkan benih permusuhan di kalangan mereka.” (HR Tirmidzi 1937)

3. Setan telah mengetahui, kalau tidak bisa merubah ketauhidan mereka, maka senjata berikutnya adalah permusuhan, perselisihan, hingga peperangan dan pembunuhan. Sehingga Muslim yang membunuh saudaranya seiman tanpa Haq, dapat menjadi kafir karena perbuatannya itu, meskipun secara zhahir mereka tetap menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. 

Sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi shallalaahu ‘alaihi wasallam,

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِِتَالُهُ كُفْرٌ.

Artinya:"Mencaci orang Islam adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dan sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam,

لاَ تَرْجِعُوْا بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُم رِقَابَ بَعْضٍ.ٍ

Artinya: "Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lain (membunuh tanpa haq)." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Surat Ali 'Imran Ayat 103

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

4. Yang dimaksud setan disini adalah dari golongan Jin dan Manusia. Kadangkala ada manusia yang menebarkan fitnah sehingga umat Islam terprovokasi. Saling menjatuhkan, perselisihan, hingga terjadi pembunuhan dan peperangan.

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاس *ِ مَلِكِ النَّاسِ * إِلَهِ النَّاس * مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاس *ِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ * مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاس (سورة الناس)

"Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia . Rajanya manusia. Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) Setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia." (QS Surat an Naas: 1-6)

Al Hasan Al Bashri  berkata: Kedua-duanya merupakan setan, adapun setan yang berbentuk jin maka dia membisikkan ke dalam dada manusia, dan adapun setan yang berwujud manusia maka dia datang secara jelas dan nyata. Qatadah berkata : Sesungguhnya dari golongan jin itu ada setan-setannya, demikian pula dari golongan manusiapun ada setan-setannya, maka hendaklah berlindung kepada Allah dari Setan-setan jenis manusia  maupun dari jenis jin. Inilah yang paling benar dalam penafsiran ayat-ayat yang mulia tersebut.

Sudah Sunnatullah, bahwa setiap ada kebaikan yang akan menerangi, maka akan disertakan juga setan2 sebagai musuh dari golongan manusia dan jin untuk mengujinya.

Allah Ta’ala berfirman :

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

"Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan." (QS Al An’am: 112).

Wallahu A’lam.


Kitab Sahih Sunan Tirmidzi: http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=2&bookhad=1937

Bab: Apakah Itu Tauhid dan Aqidah?
1. Tauhid
Secara bahasa:
Tauhid merupakan masdar/kata benda dari kata wahhada – yuwahhidu, yang artinya menunggalkan sesuatu.

Secara istilah syar’i:
Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat

2. Aqidah
Secara bahasa:
Diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ikatan

Secara istilah syar’i:
Aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

CONTOH KASUS
Berikut contoh-contoh untuk membantu memetakan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pembahasan aqidah

a. Seseorang datang ke kubur, kemudian berdoa dan meminta kepada penghuni kubur, maka hal ini merupakan pelanggaran tauhid, yakni tauhid uluhiyah.
b. Seseorang meyakini bahwa adanya penguasa laut selatan selain Allah, maka hal ini merupakan pelanggaran tauhid, yakni tauhid rububiyah
c. Seseorang yang meyakini bahwa ada Nabi setelah Nabi Muhammad saw, maka telah melakukan pelanggaran aqidah, bahkan Rukun Imannya rusak, yakni Iman kepada para Rasul, dimana salah satu point dalam iman kepada para Rasul adalah meyakini bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul terakhir
d. Seseorang melakukan zina, apakah pelakunya kafir? Perbuatan Zina merupakan dosa besar, akan tetapi tidak menyebabkan pelakunya kafir. Perbuatan zina adalah perbuatan maksiat, yang tidak berkaitan dengan aqidah/keyakinan, yakni selama pelakunya masih meyakini bahwa perbuatan zina adalah haram.
e. Pemahaman khowarij, dimana mereka memberontak kepada Ali bin Abi Thalib ra, maka telah melakukan pelanggaran prinsip-prinsip Aqidah Islam, yakni haramnya memberontak kepada pemerintah selama pemerintah masih muslim. Selengkapnya tentang khawarij: http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2017/09/analisis-sejarah-pemerintahan-ali-bin.html
f. Pemahaman Qodariyah, dimana mereka tidak beriman dengan adanya takdir, maka telah melakukan pelanggaran aqidah, bahkan rukun imannya rusak, yakni berkenanan dengan Rukun Iman – Iman kepada Taqdir.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar