Senin, 15 Agustus 2016

Tanda-tanda Kecintaan Allah Kepada Seseorang Hamba (Siapakah Waliullah itu?)

QS.3. Ali 'Imran:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad SAW.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS.5. Al Maa'idah:

يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَـٰفِرِينَ يُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلاَ يَخَـٰفُونَ لَوْمَةَ لاَئِمٍ ذٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. 


Dari Abu 'Amr, ada yang mengatakan namanya Abu 'Amrah, Sufyan bin Abdullah r.a., katanya: "Saya bertanya: Ya Rasulullah, katakanlah padaku dalam Islam tentang suatu ucapan yang saya tidak akan menanyakan lagi pada seseorang selain Tuan." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Katakanlah, saya beriman kepada Allah kemudian bertindak luruslah* -berpegang teguhlah pada kebenaran." (Riwayat Muslim)
Maksudnya bertindak lurus itu ialah:
Kalau kita telah mengaku beriman pada Allah, hendaklah kita jangan segan berlaku yang benar dan jujur, misalnya benar-benar memperjuangkan cita-cita Islam. Maka jangan hanya menamakan dirinya itu seorang Muslim sekedar hanya pengakuan kosong belaka, tetapi berlakulah yang benar sebagai seorang Muslim sejati.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia akan Kuperangi -Kumusuhi-. Tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon perlindungan padaKu, pasti Kulindungi." (Hadits Riwayat Imam Bukhari)
Makna lafaz Aadzantuhu artinya: "Aku (Tuhan) memberitahukan kepadanya (yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa Aku memerangi atau memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, artinya "Ia memohonkan perlindungan padaKu." Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista-aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista-aadzanii.
Keterangan:
Namanya Hadis Qudsi yakni yang menyatakan firman-firman Allah selain yang tercantum dalam al Quran. Dalam Hadis ini dijelaskan betapa tingginya darajat seseorang itu apabila telah diakui sebagai kekasih oleh Allah Ta'ala atau yang lazim disebut Waliullah. Banyak orang yang salah pengertian perihal siapa yang dapat disebut Waliullah itu.
Sebagian ada yang mengatakan bahwa Waliullah ialah semacam dukun yang dapat menyembuhkan beberapa orang sakit atau yang dapat menerka nasib seseorang dikemudian harinya, atau orang yang tidak mudah ditemui karena selalu menghilang-hilang saja dan siapa yang ditemui olehnya adalah orang yang bahagia.
Ada pula yg mengatakan bahwa Waliullah itu bisa merubah batu menjadi emas dan bisa pula terbang, ataupun dapat berjalan diatas air. Bahkan yg keterlaluan, ada yang mengatakan bahwa waliullah itu boleh meminum minuman yg memabukkan, boleh menikahi lebih dari 4 wanita, dan tidak perlu lagi Sholat fardlu di Masjid juga tidak usah berpuasa (dibulan Romadlon) sebab sudah menjadi kekasih Allah.

Persangkaan sebagaimana di atas itu tidak benar, sebab memang tidaklah demikian sifat dari waliullah.
Maka yang lebih dulu perlu kita ketahui ialah: Siapakah yang sebenarnya dapat disebut waliullah atau kekasih Allah itu? Jawabnya:
QS.10. Yunus:

أَلاۤ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

62. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ

63. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu berTAKWA.

لَهُمُ ٱلْبُشْرَىٰ فِي ٱلْحَيوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلأَْخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ ٱللَّهِ ذٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

64. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. 

Atau dng kata lain:
"Sesungguhnya Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah, melainkan bagi orang-orang yang bertaqwa kepadaNya, dengan sebenar-benar taqwa, sehingga ia mencintai Allah dan dicintai Allah. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."
Alangkah ringkasnya pengertian waliullah itu, tetapi benar-benar dapat menyeluruhi semua keadaan.
Kalau ada pengertian waliullah selain yang difirmankan oleh Allah sendiri itu, jelaslah bahwa itu hanyalah penafsiran manusia sendiri dan tidak berdasarkan kepada agama sama sekali. Waliullah yang berupa orang-orang yang bertaqwa kepada Allah itulah yang dijamin oleh Allah akan mendapatkan perlindungan dan penjagaanNya selalu dan siapa saja yang hendak memusuhinya, pasti akan ditumpas oleh Allah, sebab Allah sendiri menyatakan permusuhan terhadap orang tadi.
Jika ia bertakwa sehingga menjadi kekasih Allah (Waliullah), tentu ia akan mengikuti perbuatan, tindakan, dan perkataan Nabi Muhammad SAW., dimana beliau sebagai seorang Nabiullah -tentunya lebih dari sekedar Waliullah-, tetap mendirikan Sholat Fardlu -berjamaah di Masjid-, Zakat, Puasa, dan Berhaji di Baitullah, Makkah.
Pernahkah Nabi Muhammad SAW. meninggalkan Sholat fardlu berjamaah di Masjid, juga meninggalkan ibadah lainnya? Subhanallah, Tentu Tidak Pernah, bahkan beliau termasuk yg terbaik ibadahnya, tidak satupun dari kita yg sanggup menyamai ibadah Nabi Muhammad SAW.
Sesungguhnya, Allah telah berfirman dalam Al Qur'an mengenai betapa pentingnya sholat:
QS.5. Al Maa'idah:

وَإِذَا نَـٰدَيْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ ٱتَّخَذُوهَا هُزُواً وَلَعِباً ذٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّ يَعْقِلُونَ

58. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.

Keterangan: Kalau Allah saja sangat menekankan Sholat dan RasulNya pun telah memberikan contoh, dng selalu sholat fardlu berjamaah di Masjid, maka, apakah seorang Waliullah yg hanya manusia biasa, dng derajat dibawah Nabi, akan meremehkannya? 

QS.2. Al Baqarah:

وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلوٰةَ وَآتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُواْ مَعَ ٱلرَّاكِعِينَ

43. "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'[perintah mendirikan shalat fardlu berjama'ah dan menunaikan zakat, atau dapat pula diartikan: Tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk]."

Sekarang bagaimanakah taraf pertamanya supaya kita dikasihi oleh Allah?
Jawabnya: Mendekatkan (bertaqarrublah) kepada Allah dengan melakukan segala apa-apa yang telah difardhukan (diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang sebaik-baiknya dalam taraf permulaan.
Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala itu dengan jalan melakukan hal-hal yang sunnah-sunnah. Segala yg sunnah, seperti yg dicontohkan dan dikatakan Rasulullah SAW. ia perhatikan, ia jalankan dengan ikhlas penuh keridloan. Ia melakukannya karena ia memang mencintai Allah dan RasulNya (lebih dari cintanya terhadap dirinya sendiri, orang tua, keluarga atau yg lainnya). Kalau ini telah dilaksanakan, pastilah Allah akan menyatakan kecintaanNya.
Selanjutnya, apabila seseorang itu telah benar-benar bertaqarrub kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik pendengarannya, penglihatannya, tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu mendapatkan petunjuk dari Allah, selalu diberi bimbingan dan hidayah serta pertolongan oleh Allah. Bahkan Allah menjanjikan kalau orang itu meminta apa saja, pasti dikabulkanNya, mohon perlindungan dari apa saja, pasti dilindungiNya. Dengan demikian, maka seringkali timbullah beberapa macam karomah dengan izin Allah.
Karomah ialah sesuatu yang tampak luar biasa di mata umum yang dapat dilakukan oleh seseorang waliullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau penghargaan yang dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahwa tidak seorang waliullah pun yang dapat mengetahui bahwa dirinya itu menjadi waliullah. Kalau seseorang sudah mengatakan sendiri bahwa dirinya itu waliullah, jelaslah bahwa ia telah tertipu oleh anggapan atau persangkaannya sendiri dan sudah pasti ia telah tertipu oleh ajakan syaitan yang menyesatkan.
Selain itu, bagaimana juga hal-ihwal dan keadaan seseorang waliullah itu, pasti ia tidak dapat mengetahui hal-hal yang ghaib, misalnya mengetahui apa yang tersimpan dalam hati orang lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya miskinnya dll.

Dalam al-Quran, Allah berfirman:
QS.72. Al Jin:

عَـٰلِمُ ٱلْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَداً

26. (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu[secara terang-terangan, kecuali kepada hamba yang dipilih olehNya -inipun tdk semuanya yg ghaib itu diperlihatkanNya-].

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan seseorang untuk memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan. Orang itu suka benar membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu Wallahu Ahad (QS. Al Ikhlash) sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kembali, hal itu mereka sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Coba tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?" Mereka sama bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: "Sebab itu adalah sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali membacanya." Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w. -setelah diberitahu jawaban orang itu-: "Beritahukanlah padanya bahwasanya Allah Ta'ala mencintainya."
(Muttafaq 'alaih)

Dari Anas r.a., berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seseorang hambaNya[untuk menjadi kekasihNya], maka ia mempercepatkan suatu siksaan -penderitaan- sewaktu dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada se-seorang hambaNya, maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan balasan -siksaannya- hari kiamat."
Dan Nabi s.a.w. bersabda - juga riwayat Anas r.a.: "Sesungguhnya besarnya balasan -pahala- itu menilik besarnya bala' yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela -menerima bala' tadi-, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini Hadis hasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar