Senin, 02 Mei 2016

Sholawat Kepada Nabi SAW

Tuduhan orang² kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada para Rasul-Nya, sudah ada sejak jaman dulu. Orang² kafir itu menuduh Rasul-Nya adalah seorang pendusta dan sombong. Menuduh utusan Allah dengan suatu tuduhan yang sangat tidak layak dan jauh dari kebenaran. Bahkan, tuduhan itu sebenarnya adalah untuk sipenuduh itu sendiri, karena pada kenyataannya sipenuduh itulah seorang pendusta lagi sombong.

QS.54. Al Qamar:

أَءُلْقِىَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِن بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ

25. Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. 

Namun tuduhan itu (Nabi SAW dituduh pendusta lagi sombong) dibantah oleh Allah, karena sesungguhnya orang² kafir itulah yang sangat pendusta lagi sombong. Dan mereka memutar-balikkan fakta (seperti: Maling teriak Maling), dengan menuduh Rasul-Nya adalah seorang pendusta dan sombong. Allah SWT berfirman:

QS.54. Al Qamar:

سَيَعْلَمُونَ غَداً مَّنِ ٱلْكَذَّابُ ٱلأَْشِرُ

26. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. 

Bab: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi
Orang² kafir telah menuduh Nabi Muhammad SAW telah tersesat dan tidak pasti selamat diakhirat(karena masih membutuhkan shalawat dari kita) , karena itu mengapa harus mengikuti Nabi Muhammad SAW?
Subhanallah, alangkah buruk perkataan mereka, mereka mengolah dan memutar-balikkan makna dari Al Qur'an, hanya karena hati mereka dipenuhi dengan kedengkian ..
Mereka benar² ingin mendapatkan adzab yg sangat dahsyat dengan perbuatan buruknya itu ...
Mengapa mereka suka mempermainkan firman Allah, dan mengolah firmanNya berdasarkan nafsu yang buruk dengan kedengkian mereka?

Semua Nabi-Nya mengajarkan kerendahdirian dan melarang sombong kepada para umatnya. Tidak ada satupun Nabi yang mengajarkan kesombongan. Tidak ada yang layak untuk sombong, kecuali hanya Allah sendiri, Allah-lah pemilik kesombongan itu, dan akan dihinakan oleh-Nya, bagi hamba²Nya yang sombong lagi membangga-banggakan diri. Sungguh indah, Nabi SAW yang sudah pasti masuk Surga (dan tidak terpengaruh dng shalawat yg kita ucapkan/tidak), namun masih diperintahkan untuk kita supaya bershalawat untuk Nabi. Padahal, sebenarnya ini adalah ungkapan yang sangat indah, karena sesungguhnya sholawat untuk Nabi itu sebenarnya adalah untuk diri kita sendiri, dengan dibalasnya shalawat kita, 10 kali lipat oleh Allah SWT.
Jangan pelit untuk membaca shalawat untuk Nabi, karena walaupun kita tidak membaca sholawat, Allah dan malaikat-malaikat-Nya selalu bershalawat untuk Nabi.
Jika kita membaca shalawat untuk Nabi, maka yang beruntung adalah diri kita sendiri, dengan memperoleh 10 sholawat dari Allah.
Sungguh, begitu indah cara Allah memberikan kebaikan kepada kita.

Berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa membaca sholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan membalas kepadanya sepuluh kali." (HR Muslim nomor 408)

QS. 33. Al Ahzab:

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰئِكَـتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيماً

56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[Dengan mengucapkan perkataan seperti:Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu hai Nabi]

Muhammad bin Isma'il menceritakan kepada kami, Abdullah bin Yazid Al Muqri menceritakan kepada kami, Haiwah menceritakan kepada kami, Ka'ab bin Alqamah mengabarkan kepada kami bahwa dirinya mendengar dari Abdurahman bin Jubair: ia mendengar dari Abdullah bin Amr: ia mendengar Nabi SAW bersabda, "Apabila kalian mendengar (suara) muadzin, maka katakanlah (oleh kalian) seperti apa yang ia katakan. Lalu bacalah shalawat kepadaku. Barang siapa yang membaca satu shalawat kepadaku, maka Allah akan membaca sepuluh shalawat untuknya. Lalu mintalah wasilah kepada Allah untuk diriku. Sesungguhnya wasilah adalah sebuah derajat di dalam surga yang tidak semestinya —diberikan— kecuali hanya untuk seorang hamba di antara hamba-hamba-Nya. Aku berharap, akulah yang akan menjadi hamba tersebut. Barang siapa yang memohon wasilah untukku, maka wajib baginya syafaat(dari Nabi SAW)." Shahih: Al Irwa' (242), At-Ta'liiq ala Bidaayah As-Sul (20/52); Muslim dan Shahih Sunan Tirmidzi(3614).

Sungguh, bukankah Nabi SAW jauh dari kesombongan? Bahkan Nabi SAW berharap supaya umatnya memohon wasilah untuk beliau(berdoa kepada Allah SWT), yang sebenarnya Allah telah menganugerahkan wasilah itu untuk NabiNya. Namun karena Nabi SAW ingin "memanusiakan" umatnya, maka Nabi juga minta didoakan (yang sebenarnya doa itu untuk kebaikan diri orang yg berdoa). Sungguh suatu ungkapan yang indah, dan sangat mengangkat derajat umatnya, sehingga "seolah-olah" sejajar dengan Nabi Muhammad SAW.

Bab. Bershalawat kepada Selain Kepada Nabi SAW. 
Bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, tapi diikuti oleh kepada selainnya. Seperti Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa Sallam. Ini ijma’ kebolehannya, berkata Imam Ibnu Katsir:

وأما الصلاة على غير الأنبياء، فإن كانت على سبيل التبعية كما تقدم في الحديث: ( اللهم، صل على محمد وآله وأزواجه وذريته ) ، فهذا جائز بالإجماع

Adapun bershalawat kepada selain para nabi, jika caranya dengan mengikuti setelah shalawat kepada Nabi sebgaimana dijelaskan dalam hadits: [Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aalihi wa azwaajihi wa dzurriyatihi], maka ini BOLEH menurut ijma’. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/477)


Bab. Bershalawat kepada SELAIN PARA NABI secara sendiri penyebutannya, seperti Allahumma Shalli ‘ala Fulan.
Sebagian ulama membolehkan berdasarkan ayat:

هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ
Dialah yang bershalawat kepada kalian (orang-orang beriman) dan malaikat-Nya [memohonkan ampunan untuk kalian]. (Q.S. Al Ahzab: 43)

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
Mereka itulah yang mendapat shalawat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka. (Q.S. Al Baqarah: 157)

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
Ambillah zakat dari harta mereka, yang dengannya dapat menyucikan mereka dan membersihkannya, dan bershalawatlah (berdoa) kepada mereka, sebab doamu membuat mereka tenteram. (Q.S. At Taubah: 103)

Abdullah bin Abi Aufa bercerita:


كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتاه قوم بصدقتهم قال: ( اللهم صل عليهم ) وأتاه أبي بصدقته فقال: ( اللهم صل على آل أبي أوفى ).

Dahulu jika ada sekelompok kaum yang mendatangi Rasulullah ﷺ membayar zakat, maka beliau membaca: Allahumma shalli ‘alaihim. Ayahku pernah membayar zakat, Beliau bersabda: Allahumma shalli ‘ala aali Abi Aufa. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadits lainnya:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- صَلِّ عَلَىَّ وَعَلَى زَوْجِى. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ

Dari Jabir bin Abdillah bahwa ada seorang wanita yang berkata kepada Nabi ﷺ: “Doakanlah aku, dan suamiku.” Maka Nabi ﷺ berdoa: Shallallahu ‘Alaiki wa ‘ala Zaujiki – Semoga Allah bershalawat kepadamu dan suamimu. (H.R. Abu Daud No. 1535, shahih)

Semua keterangan ayat dan hadits ini menunjukkan kebolehan bershalawat kepada selain Nabi dan Rasul, secara sendiri tanpa digandengkan dengan nama Nabi Muhammad ﷺ. Inilah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah. Beliau berkata:

والصلاة على غير الأنبياء تبعاً جائزة بالنص والإجماع لكن الصلاة على غير الأنبياء استقلالاً لا تبعاً هذه موضع خلاف بين أهل العلم هل تجوز أو لا ؟ فالصحيح جوازها ، أن يقال لشخص مؤمن صلى الله عليه

Bershalawat kepada selain para nabi dengan cara menggandengkan adalah boleh berdasarkan ijma’, tetapi selain para nabi secara sendiri maka ini zona yang diperselisihkan para ulama, boleh atau tidak? Yang benar adalah BOLEH, bahwasanya boleh dikatakan kepada seorang mu’min Shallallahu ‘Alaih. (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 11/13)

Hanya saja Syaikh Utsaimin tetap mengatakan TIDAK BOLEH jika hal itu menjadi syiar khusus yang jika disebut namanya maka kita menjawab Shallallahu ‘Alaihi.

Adapun MAYORITAS ulama mengatakan tidak boleh bershalawat kepada seseorang tanpa mengawalinya dengan Nabi ﷺ, sebab itu syiar para Nabi dan Rasul yang sudah melekat kepada mereka. Jika memang boleh, tentu sudah sejak dulu para sahabat menulis Abu Bakar Shallallahu ‘Alaih. Umar Shallallahu ‘Alaihi, dan seterusnya.

Adapun ayat-ayat dan hadits di atas, adalah tentang bershalawat (berdoa) secara umum, memang itu dibolehkan, bukan bermakna syiar shalawat kepada mereka lalu melekat kepada mereka.


Bab. Betapa Murkanya Allah Terhadap HambaNya yang Sombong
QS.31. Luqman:

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِى ٱلأَْرْضِ مَرَحاً إِنَّ ٱللَّهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 

Kesombongan adalah Milik Allah dan Hanya Milik-Nya Kesombongan itu
Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu. Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya," artinya mencabut ialah merasa dirinya paling mulia atau berlagak sombong. (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan dengan mengenakan pakaian yang merasa heran - bangga - dengan dirinya sendiri, ia menyisir rapi-rapi akan rambutnya lagi pula berlagak sombong di waktu berjalan, tiba-tiba Allah membenamkannya, maka ia tenggelamlah dalam bumi sehingga besok hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

Qutaibah menceritakan kepadaku. Abu 'Awanah menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Salim bin Abu Al Ja'd, dari Tsauban, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan bebas dari tiga (hal) yaitu kesombongan, ghulul dan utang, maka ia masuk surga'. " Shahih: Ibnu Majah (2412) dan Shahih Sunan Tirmidzi(1572).

Abu Hisyam menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Ayyasy menceritakan kepada kami, dari A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi. dan tidak akan masuk neraka orang yang dalam hatinya terdapat keimanan seberat biji (sawi)'."Shahih: Takkrij Ishlah AlMasajid(115); Muslim dan Shahih Sunan Tirmidzi(1998)

Bab: Mengenai Rendahnya Nilai Dunia ini, jadi Mengapa Harus Menyombongkan Diri di Bumi yg Hina ini?
Qutaibah menceritakan kepada kami. Abdul Hamid bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dari Abu Hazim. dari Sahal bin Sa'ad, ia berkata, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya dunia ini di sisi Allah sebanding  sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir meski hanya satu tetes air".
Shahih: AshShahihah (940)  dan Shahih Sunan Tirmidzi(2320).

Suwaid bin Nashr menceritakan kepada kami, Abdullah bin Al Mubarak mengabarkan kepada kami, dari Mujalid, dari Qais bin Abu Hazim, dari Mustaurid bin Syaddad, ia berkata, Saya pernah bersama rombongan yang sedang berhenti bersama Rasulullah di hadapan bangkai anak kambing. Rasulullah kemudian bertanya, "Apakah kalian berpendapat bahwa binatang ini hina bagi pemiliknya ketika ia melemparkannya (membuangnya)?" Mereka menjawab, "Karena kehinaannya itulah mereka melemparkannya (membuangnya), wahai Rasulullah". Beliau bersabda. "Dunia ini lebih hina dalam pandangan Allah daripada binatang ini dalam pandangan pemiliknya ".
Shahih: Ibnu Majah (4111) dan Shahih Sunan Tirmidzi(2321).

Bab. Seseorang Tidak akan Masuk Surga karena Amalannya sewaktu di Dunia
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Az Zabriqan telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Uqbah dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Beramalah sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku imbanglah, dan berilah kabar gembira, sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga karena amalannya." Para sahabat bertanya; 'Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah? ' Beliau bersabda: 'Begitu juga denganku, kecuali bila Allah meliputi melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku.' Perawi berkata; aku kira dari Abu An Nadlr dari Abu Salamah dari Aisyah. 'Affan mengatakan; telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Musa bin 'Uqbah dia berkata; saya mendengar Abu Salamah dari Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan redaksi "saddidu (beristiqamahlah dalam beramal) wa absyiruu (dan berilah kabar gembira)." Mujahid mengatakan mengenai firman Allah "Qaulan sadida" yaitu berkataan yang benar." (No. Hadist: 5986 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Semua Nabi, dan semua Rasul tidak ada yg mengajarkan kesombongan dan kedengkian. Semua mengajarkan kerendahdirian dan tawadlu kepada Allah SWT. Semua mengajarkan supaya umatnya tunduk dan patuh serta merendahkan diri hanya dan hanya kepada Allah SWT. Siapaun Nabi itu, seperti: Nabi Adam AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS dan juga Nabi Muhammad SAW.
Adakah Nabi yang mengajarkan kesombongan dan kedengkian?

> Semua Manusia, semua Nabi dan Semua Rasul TIDAK akan masuk Surga karena amalannya. Namun hanya karena limpahan Rahmat dan Ampunan Allah sajalah yang dapat mengantarkan Manusia, semua Nabi dan Semua Rasul bisa masuk Surga.

Sesungguhnya Petunjuk itu juga datangnya dari Allah, dan jika tidak ada petunjuk dari-Nya supaya kita tetap berjalan dijalan yang lurus (Al Islam), maka masuk Nerakalah kita. Karena itu mintalah selalu supaya kita tetap istiqomah dijalan-Nya yang lurus (Al Islam), karena tidak ada jaminan kita akan tetap istiqomah dijalan-Nya yang lurus (Al Islam) kecuali hanya jaminan dari Allah SWT saja ...

QS.1. Al Faatihah:

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَاطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yakni meminta --dibaca berulang-ulang hingga berharap istiqomah-- di jalan Al Islam)

Sungguh Allah telah mengajarkan kepada kita semua (manusia, para Nabi dan juga para Rasul Allah) dengan suatu permintaan yg indah dari seorang hamba yg merasa lemah dan rendah diri, kepada Sang Pencipta yang Mahamengetahui lagi Maha Perkasa ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar