Minggu, 17 April 2016

Apa yang sebenarnya kita cari ?

Pagi² sebelum subuh sudah berangkat kerja ...
Pulang larut malam, hingga hampir pagi ...
Setiap hari bekerja seperti itu ...
Apakah yang sebenarnya dicari ?
Harta, uang, kedudukan atau malah semuanya ?
Apakah harta, uang atau kedudukan sangat berarti dan menentukan kehidupan di dunia ini?
Mungkin sebagian mengatakan "Ya", namun apakah sebenarnya kehidupan hanya didunia ini?
Apakah tidak ada kehidupan setelah kematian?
Berapakah perbandingan waktu lamanya antara kehidupan sekarang dan setelah kematian?
Mana bekal kita untuk menghadapi kehidupan setelah kematian?

Tengah malam bangun, sholat tahajjud ...
Hampir subuh, sahur dulu kemudian sholat witir ...
Waktu subuh pergi ke masjid, kemudian i'tikaf diMasjid ...
Hingga waktu dhuhur ...
Istirahat sejenak, pergi ke Masjid lagi Sholat Asar ...
Diteruskan Maghrib hingga Isya kemudian berbuka puasa ...
Apakah yang sebenarnya dicari ?
Surga? atau Pahala?
Katanya kehidupan akhirat lebih utama dan lebih abadi ...
Memang "Ya", namun tidakkah terpikir olehnya?
Apakah ia tidak punya keluarga? Bagaimana dengan kebutuhan makan dan kebutuhan lainnya?
Apakah ia berharap sedekah dari orang lain?
Subhanallah, apakah tidak malu berharap sedekah dari orang lain, padahal masih mampu dan kuat untuk bekerja?

Sesungguhnya satu hari itu ada 24 jam ...
Alangkah baiknya kalau dibagi menjadi 3 bagian waktu:
1. Sepertiga pertama, digunakan untuk bekerja mencari nafkah (8 jam)
2. Sepertiga kedua, digunakan untuk Ibadah (8 jam, rinciannya(relatif): sholat berjamaah 5 waktu 5 jam, kemudian membaca Al Qur'an 1 juz 1 jam, i'tikaf di Masjid 1 jam, Sholat sunnah 1 jam)
3. Sepertiga ketiga, digunakan untuk Istirahat (8 jam)
Kira² sudah seperti inikah kita?
Atau kita kerja terus menerus, siang-malam dan kerja itu dianggap sebagai ibadah, kemudian sholat hanya 5 menit dan selesai? Cukupkah?
Atau kita ibadah terus menerus, siang-malam untuk mendapatkan Surga? Cukupkah ?
Subhanallah tidak ada yang cukup, tidak ada yang cukup semua ibadah yg telah kita lakukan, supaya bisa memasukkan kita ke dalam Surga-Nya.
Kita dimasukkan Surga hanyalah karena rahmat dan karunia Allah saja ...
Namun, bukan berarti kita meninggalkan ibadah, ibadah yang kita lakukan setidaknya mencontoh Nabi SAW beserta para Sahabat beliau.

Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: Dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bahwa beliau bersabda: Tidak seorang pun di antara kalian yang akan diselamatkan oleh amal perbuatannya. Seorang lelaki bertanya: Engkau pun tidak, wahai Rasulullah? Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjawab: Aku juga tidak, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku akan tetapi tetaplah kalian berusaha berbuat dan berkata yang benar. (Shahih Muslim No.5036)

Pernahkah Nabi SAW, Sholat fardlu sendirian saja? Jawabannya tidak pernah, beliau selalu sholat fardlu di Masjid bersama para sahabatnya (berjamaah).

QS 48. Al Fath:29

تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَـٰهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ

"...Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud..."

Mereka juga bekerja unt mencari karunia Allah (nafkah), namun cara bekerja mereka tidak seperti kebanyakan orang jaman sekarang, yg seolah-olah bekerja seharian penuh. Dalih orang jaman sekarang kerja seharian penuh juga ibadah. Namun apakah para sahabat Nabi SAW juga mengatakan yg demikian itu? Mereka (para sahabat Nabi SAW) juga bekerja, bahkan juga kaya, namun ketika tiba waktu sholat, mereka segera menghentikan kegiatannya dan berjalan menuju Masjid untuk Sholat.
Apakah orang² yang mengatakan kerja seharian penuh juga ibadah, juga melakukan yg demikian itu? Yakni menghentikan kegiatannya dan berjalan menuju Masjid untuk Sholat berjamaah, ketika waktu sholat fardlu tiba?

Ataukah kita meragukan negeri akhirat karena tidak pernah kita melihatnya?
Subhanallah, padahal kita diperintahkan menyembah hanya kepada Allah sampai datang yang DIYAKINI, yakni ajal atau maut yang pasti menjemput, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan yang lurus.

QS.23. Al Mu'minuun:74.



"Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman (tidak percaya) kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). "

QS.16. An Nahl:22-23

إِلَـٰهُكُمْ إِلٰهٌ وَٰحِدٌ فَٱلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِٱلأَْخِرَةِ قُلُوبُهُم مُّنكِرَةٌ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ
لاَ جَرَمَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ

"Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. "

"Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. "

QS.15. Al Hijr:98-99

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِّنَ ٱلسَّـٰجِدِينَ
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

"maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), "
"dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal atau maut atau kematian). "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar