Senin, 21 Maret 2016

Dimana Allah ?

Tulisan ini dibuat bukan untuk mempermasalahkan mengenai bagaimana Dzat Allah, namun dengan tujuan agar tidak ada yang menganggap Allah itu berdimensi dan membutuhkan dimensi. Mengapa demikian? Sebab diakhir jaman, Dajjal yg berdimensi dan membutuhkan dimensi itu akan muncul dan menganggap dirinya tuhan. Dengan banyak tipu daya, yang manusia bilang itu merupakan keajaiban yang dahsyat, sehingga ada muslim yg mengikutinya. Itulah yang hendak dicegah dengan mengangkat masalah ini.
Jadi pembahasan sebenarnya bukan membahas tentang Dzat Allah, karena kita memang tidak tahu, dan tidak pernah melihat-Nya, melainkan hanya dari nash. Seperti 3 orang buta dari lahir, yang tidak pernah lihat gajah, lalu dijelaskan oleh seseorang yang dapat melihat gajah, maka interprestasi mereka bertiga pasti macam², dan pasti tidak akan sama persis dengan orang yang melihat gajah dengan jelas.
Dengan kata lain, tujuannya bukan menjelaskan apa dan bagaimana itu gajah, namun menjelaskan kalau ada yg mengatakan gajah itu berkaki dua, maka itu pasti BUKAN gajah.
Jadi kalau ada yg mengatakan sesuatu yg nampak itu tuhan, atau dia mengaku tuhan maka dia itu pasti BUKAN tuhan.
Meng-Esakan Allah adalah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat.
Kalau menggunakan logika, itu menggunakan logika 'AND', sehingga jika ada satu saja sifat, yang tidak dimiliki "pengaku tuhan" maka dia sudah dapat dipastikan kalau BUKAN Tuhan. Dia itu Dajjal, sang pendusta besar.


Seringkali kita mendengar bahwa Allah itu dimana-mana ...
Apakah benar demikian ?
Apakah mungkin Allah di kamar kita atau dibawah kita atau bahkan (maaf) di WC?
Kalau mengatakan "Allah itu dimana²", maka sama dengan menganggap Allah itu berdimensi dan membutuhkan tempat...
Janganlah kita terpedaya antara pengertian dari Dzat Allah (wujud) dengan kekuasaan dan ilmu Allah ...
Sangatlah jauh berbeda antara Wujud dengan kekuasaan dan ilmu Allah ...

Jika Wujud berarti berurusan dengan Dzat Dia Yang Maha Mulia -yang pasti kita semua BELUM pernah melihatNya dengan kedua mata kita-, namun kalau kekuasaan dan ilmu Allah, hanya akan dapat terlihat oleh mata hati kita dan pasti tidak akan terlihat Wujud Asli-Nya oleh mata kita ...
Mata hati dapat melihatNya kalau mata hati kita sering diasah dng selalu bertakwa kepadaNya ...
Dan tetap saja mata hati tidak akan dapat melihat Wujud-Nya ...
Hati², jangan sampai terperdaya oleh Syaitan, jangan sampai menyekutukan Dia, dng membayangkan / mewujudkan-Nya ...
Maha Suci Dia, dan tidak ada satupun yang dapat menyamaiNya ...

Kita hanya tahu tentang Dia dari Nabi SAW, yakni dari firmanNya dalam Al Qur'an yg diwahyukan kepada Nabi SAW ...
Jangan beranggapan kalau Dunia ini adalah bagian dari DiriNya ...
Jangan pula beranggapan diantara ciptaan-Nya itu merupakan bagian dari DiriNya ...

Dunia ini BUKAN bagian dari (Dzat) Allah, namun dunia beserta isinya ini milik Allah ...
Dunia ini hanyalah tempat kunjungan sementara, tempat ujian dan cobaan dari Allah ...
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ...
Semua milikNya pasti akan kembali kepadaNya ...
Mahasuci Allah dari apa² yang mereka persekutukan ...

Di mana Allah?

QS 16. An Nahl:96

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوۤاْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

QS 43. Az Zukhruf:15

وَجَعَلُواْ لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ ٱلإنسَـٰنَ لَكَفُورٌ مُّبِينٌ

"Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian daripada(diri)-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah)."

Sesungguhnya Allah tidak dimana-mana, namun Dia bersemayam di atas 'Arsy ...
Dimana bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya ...
Dia TIDAK membutuhkan tempat, TIDAK berdimensi dan tidak membutuhkan makhlukNya ...
Tidak akan sanggup mata kita, pikiran kita dan hati kita untuk melihatNya (WujudNya) di Dunia ini ...
Kita tidak tahu tentang Diri-Nya namun Dia Mahamengetahui tentang kita ...
Sungguh Mahasuci Allah dari apa² yang mereka persekutukan ...

QS.7. Al A'raaf:

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَمَـٰوَٰتِ وَٱلأَْرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلأَْمْرُ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. 

QS.57. Al Hadiid:

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلأَْرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى ٱلأَْرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy[Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya] Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [Yang dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan do´a-do´a hamba]. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 

QS.25. Al Furqaan:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلأَْرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱلرَّحْمَـٰنُ فَسْئلْ بِهِ خَبِيراً

59. Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. 

QS.20. Thaahaa:

ٱلرَّحْمَـٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

5. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy. 

Dimanakah 'Arsy?
'Arsy berada diatas Matahari, sedangkan matahari diatas kita (dilangit)
Segala sesuatu yg diatas kita, kita biasa menyebutnya dilangit.
Bagaimana tepatnya ('Arsy)? inilah yang wajib kita imani, karena memang kita tidak pernah dan tidak bisa melihatnya. Pikiran juga tidak akan bisa mencernanya.
Katakanlah, "Amantu Billah" Aku beriman kepada Allah ...

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Telah menceritakan kepada kami Waki' Telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Ibrahim At Taimi dari Bapaknya dari Abu Dzar dia berkata; Aku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang firman Allah Ta'ala: "dan matahari berjalan ditempat peredarannya." Beliau bersabda: "Tempat peredarannya berada dibawah Arsy." (Yasiin: 38).(No. Hadist: 4429 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)


Adakalanya seseorang yg baru saja memeluk Islam, dan ia belum mengerti Al Qur'an, akan mengatakan Allah di Langit (Fii Samaa'), maksudnya Allah tidak dimana-mana, dan kita tidak bisa menjangkauNya, karena itu dikatakan dilangit. Bukankah 'Arsy diatas langit?.
Sesuatu yang tidak terjangkau oleh indera kita, maka kita akan mengatakan "di langit" ...
Dan mengatakan ini juga masih diperkenankan. Ini hadis selengkapnya:

Dari hadits Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulamiy dengan lafazh dari Muslim,

“Saya memiliki seorang budak yang biasa menggembalakan kambingku sebelum di daerah antara Uhud dan Al Jawaniyyah (daerah di dekat Uhud, utara Madinah, pen). Lalu pada suatu hari dia berbuat suatu kesalahan, dia pergi membawa seekor kambing. Saya adalah manusia, yang tentu juga bisa timbul marah. Lantas aku menamparnya, lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perkara ini masih mengkhawatirkanku. Aku lantas berbicara pada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah aku harus membebaskan budakku ini?” “Bawa dia padaku,” beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berujar. Kemudian aku segera membawanya menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya pada budakku ini,

أَيْنَ اللَّهُ

“Di mana Allah?”

Dia menjawab,

فِى السَّمَاءِ

“Di atas langit.”

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Siapa saya?” Budakku menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ

“Merdekakanlah dia karena dia adalah seorang mukmin.”
(HR.Ahmad [5/447], Malik dalam Al Muwatho’ [666], Muslim [537], Abu Daud [3282], An Nasa’i dalam Al Mujtaba’ [3/15], Ibnu Khuzaimah [178-180], Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah [1/215], Al Lalika’iy dalam Ushul Ahlis Sunnah [3/392], Adz Dzahabi dalam Al ‘Uluw [81])

Adz Dzahabi mengatakan, “Inilah pendapat kami bahwa siapa saja yang ditanyakan di mana Allah, maka akan dibayangkan dengan fitrohnya bahwa Allah di atas langit


Ayat berikut ini jelas menunjukkan bahwa daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, namun ketakwaan kitalah yang dapat mencapaiNya ...
Pada jaman jahiliyah, mereka meletakkan daging dan melumuri berhala² sesembahan mereka (juga Baitullah) dengan darah kurban, dengan anggapan daging dan darah kurban tersebut akan sampai pada tuhan mereka ...
Ketika Islam datang, turunlah ayat berikut ini, yang menunjukkan bahwa daging dan darah itu tidak akan sampai kepada (Dzat) Allah ...

QS.22. Al Hajj:

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلاَ دِمَآؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. 

QS 2.Al Baqarah:118

وَقَالَ ٱلَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ لَوْلاَ يُكَلِّمُنَا ٱللَّهُ أَوْ تَأْتِينَآ ءَايَةٌ كَذَٰلِكَ قَالَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَـٰبَهَتْ قُلُوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا ٱلآيَـٰتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.

Sesungguhnya Allah memilih Rasul-rasulNya dari kalangan Malaikat dan Manusia. Sebagai contoh Malaikat Jibril as. dan Nabi Muhammad SAW.
Bukankah ini menunjukkan bahwa Dzat-Nya tidak di Bumi? Andaikan DzatNya di Bumi atau Bumi ini bagian dari DiriNya, tentunya Dia tidak perlu Utusan/Rasul dalam menyampaikan FirmanNya !!!.

Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang lebih suka terhadap argumentasi daripada Allah, karena itulah Allah mengutus para Rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan bagi makhluq2Nya ...
Katakanlah, "Amantu Billah" Aku beriman kepada Allah ...

QS.22. Al Hajj:

ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَـٰئِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ ٱلنَّاسِ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

75. Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. 

Allah sendiri telah menetapkan tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan -yakni Dia-lah penguasa waktu, jarak dekat, jarak jauh, tempat dan lain sebagainya-
Janganlah menyembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Dia yang hendak kamu sembah ...

QS.41. Fushshilat:

وَمِنْ ءَايَـٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ لاَ تَسْجُدُواْ لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُواْ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

37. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah (kalian) menyembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.

Bagaimana dengan ayat yg mengatakan bahwasanya Allah adalah dekat?
Sesungguhnya ayat ini berhubungan dengan kekuasaan dan ilmu Allah, dan bukanlah Dzat/Wujud Dia ...
Dia Mahamendengar, Mahamelihat dan Mahamengetahui kita semua walaupun Dzat-Nya tidak di Bumi ...
Seperti seorang direktur yang mengawasi pekerjanya menggunakan CCTV, dimana direktur tersebut tidak bersama pekerjanya, namun di ruangan yang terpisah, bahkan mungkin jauh dari para pekerjanya ...
Walaupun jauh dan tidak berada dalam satu ruangan, direktur itu masih bisa mengawasi pekerjanya ...
Kalau manusia saja (makhluq) mudah mengawasi yang lainnya menggunakan CCTV, apalagi Allah, Sang Pencipta kita semua, tentu jauh lebih mudah mengawasi kita semua, walaupun Dzat-Nya tidak di Bumi ...

Dikatakan Dia adalah dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi atau urat leher kita ...
Karena sesungguhnya kekuasaan dan ilmu Allah meliputi apapun juga, termasuk diri kita, nasib kita, masa depan kita, dekat-jauh-waktu, awal-akhir dan semuanya adalah milikNya ...

Sehingga berdo'alah kita hanya kepadaNya dengan suara yg lembut dan penuh harap, tidak usah dengan mengeraskan suara ...
Karena Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, tidak ada satupun yg luput dari ilmuNya ...
Bahkan semua terjadi hanya karena ijinNya saja ...
Hendaknya semua takut hanya kepadaNya, karena Dia Maha Mendengar segala bisikan, bahkan Maha Mendengar apa² yg tersirat dihati ...
Dan semua itu akan diperhitungkanNya ...

QS.2. Al Baqarah:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِى وَلْيُؤْمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.  

Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)

QS.2. Al Baqarah:

لِّلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَـٰوٰتِ وَمَا فِى ٱلأَْرْضِ وَإِن تُبْدُواْ مَا فِيۤ أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ ٱللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Ya Allah, Engkau memerintahkan untuk berdoa dan aku bertawakal dalam masalah pengabulannya ...
Kupenuhi seruan-Mu, ya Allah, kupenuhi seruan-Mu, kupenuhi seruan-MU, tiada sekutu bagimu, kupenuhi seruan-Mu ...
Sesungguhnya segala puji dan nikmat hanyalah milik-Mu dan begitu pula semua kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu ...
Aku bersaksi bahwa Engkau tiada tandingan lagi Maha Esa, bergantung kepada-Mu segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tiada seorang pun yang setara dengan-Mu ...
Aku bersaksi bahwa janji-Mu adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, dan hari kiamat pasti akan datang tanpa diragukan lagi, dan Engkaulah yang akan membangkitkan manusia dari kuburnya ...

Al-Kahfi 18:110

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا 

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia (kita) mengerjakan kebajikan dan janganlah (kita) mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan pada kami Al-Hasan ibnu Yahya Al-Azdi dan Muhammad ibnu Yahya AlQat'i; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami AlHajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Mazi, dari Al Hasan, dariAnas, dari Nabi SAW. yg bersabda: Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, satu hal untukmu, dan satu hal untuk-Ku, serta satu hal lagi antara Aku dan kamu. Adapun hal yang untuk-Ku ialah kamu harus menyembah-Ku, janganlah kamu persekutukan Aku dengan sesuatu pun. Dan adapun yang bagimu ialah semua hal yang kamu lakukan atau amal apa pun, maka Aku pasti menunaikan (pahala)nya kepadamu. Dan adapun yang antara Aku dan kamu ialah kamu berdoa dan Aku yang memperkenankan (mengabulkan)."

Bab. Al Quran Surat Qof ayat 16
Qaf 50:16
 وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ

"dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaf: 16)

Allah swt lebih dekat kepada manusia dari urat lehernya sendiri. Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Sa'id bahwa Nabi saw bersabda: Allah dekat kepada manusia (putra Adam) dalam empat keadaan;
Ia lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya.
Ia seolah-olah dinding antara manusia dengan hatinya.
Ia memegang setiap binatang pada ubun-ubunnya, dan
Ia bersama dengan manusia dimana saja ia berada. (Riwayat Ibnu Mardawaih)

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.(Qof:16)

Yakni malaikat-malaikat Allah Swt. lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. Dan menurut pendapat ulama yang menakwilkannya dengan pengertian ilmu Allah, sesungguhnya yang dimaksud hanyalah untuk menghapuskan pengertian dugaan adanya bertempat atau ke­manunggalan, karena kedua sifat tersebut merupakan hal yang mustahil bagi Allah Swt.
Menurut kesepakatan semua ulama, Mahasuci Allah dari keduanya.

Akan tetapi bila ditinjau dari segi teks, ayat tidak menunjukkan ke arah pengertian pengetahuan Allah, karena Allah Swt. TIDAK mengatakan, "Aku lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."
Dan yang Dia katakan hanyalah:
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf: 16)

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam ayat lain sehubungan dengan orang yang sedang meregang nyawanya:

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. (Al-Waqi'ah: 85)

Yaitu malaikat-malaikat-Nya. Dan sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Para malaikatlah yang turun membawa wahyu Al-Qur'an dengan seizin Allah Swt. Demikian pula para malaikatlah yang lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya berkat kekuasaan Allah Swt. yang diberikan kepada mereka untuk hal tersebut. Maka malaikat itu mempunyai jalan masuk ke dalam manusia sebagaimana setan pun mempunyai jalan masuk ke dalam manusia melalui aliran darahnya, seperti yang telah diberitakan oleh Nabi Saw. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

(yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya (Qaf: 17)
_________________________


Bagaimana dng firman Allah: "Dan sesungguhnya ia (Muhammad SAW) melihatnya (Dzat Allah???) di ufuk yang terang ..."
Hadis riwayat Aisyah Radhiyallahu'anhu: Dari Masruq ia bercerita: Ketika aku bertelekan di sisi Aisyah, Aisyah berkata: Wahai Abu Aisyah, ada tiga hal barang siapa yang membicarakan salah satunya, maka ia berbohong besar atas Allah. Aku bertanya: Tiga hal apa itu?
Aisyah menjawab: (Pertama) Barang siapa yang menyangka bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wassalam melihat Tuhannya, maka ia berbohong besar atas Allah. Aku mulanya bersandar, santai, lalu duduk sambil berkata: Hai Ummul mukminin, tunggu, jangan tergesa-gesa! Bukankah Allah telah berfirman "Dan sesungguhnya ia melihatnya di ufuk yang terang. Dan sesungguhnya ia telah melihatnya di waktu lain". Aisyah berkata: Aku adalah orang pertama umat ini yang menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Beliau bersabda: Itu adalah Jibril as (bukan Dzat Allah yg dilihat Muhammad SAW, tp hanya melihat Jibril as, makhluqNya). aku tidak pernah melihatnya dalam bentuk aslinya, kecuali dua kali ini. Aku melihatnya turun dari langit, besarnya menutupi cakrawala antara langit dan bumi. Aisyah melanjutkan: Apakah engkau belum pernah mendengar firman Allah: "Dia tidak dapat dicapai oleh mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. Dia Maha halus dan Maha mengetahui". Tidakkah engkau mendengar firman Allah: "Tidak mungkin bagi manusia berbicara dengan Tuhannya kecuali dengan perantaraan wahyu, di belakang hijab (maksudnya hanya mendengar suara), atau mengutus malaikat untuk mewahyukan apa saja yang diinginkan-Nya kepada manusia. Sesungguhnya Dia Maha tinggi dan Maha bijaksana".
Aisyah berkata lagi: (Kedua) Barang siapa yang menyangka bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menyembunyikan sebagian isi Kitabullah (Alquran), maka ia berbohong besar atas Allah. Allah berfirman: "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan oleh Tuhanmu. Dan jika engkau tidak melakukan (perintah itu) maka engkau tidak menyampaikan amanat-Nya".
Kemudian Aisyah melanjutkan: (Ketiga) Barang siapa yang menyangka bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam diberi tahu tentang apa yang akan terjadi besok, maka ia berbohong besar atas Allah. Allah berfirman: "Katakanlah Tidak ada sesuatu pun di bumi dan di langit yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah". (Shahih Muslim No.259)

Tentang sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bahwa Allah tidak tidur dan sabda beliau bahwa tirai-Nya adalah Nur, jika Dia menyingkapnya, tentu Keagungan Zat-Nya akan membakar semua makhluk-Nya 
Hadis riwayat Abu Musa Radhiyallahu'anhu, ia berkata: Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam berada di tengah-tengah kami, memberikan lima kalimat. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Taala tidak pernah tidur dan mustahil Dia tidur, Dia kuasa menurunkan timbangan (amal) dan menaikkannya kepada-Nya, dinaikkan (dilaporkan) amal malam sebelum amal siang, dan amal siang sebelum amal malam, tirai-Nya adalah Nur (menurut riwayat Abu Bakar adalah Nar=api) yang andai kata Dia menyingkapnya, tentu keagungan Zat-Nya akan membakar makhluk yang dipandang-Nya (maksudnya seluruh makhluk akan terbakar, sebab pandangan Allah meliputi semua makhluk). (Shahih Muslim No.263)

Bukti bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Allah di akhirat 
Hadis riwayat Abu Musa Radhiyallahu'anhu: Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam, beliau bersabda: Dua surga yang wadah-wadahnya dan segala isinya terbuat dari perak dan dua surga yang wadah-wadahnya dan segala isinya terbuat dari emas. Antara orang-orang dan kemampuan memandang Tuhan mereka hanya ada tirai keagungan pada Zat-Nya, di surga Adn. (Shahih Muslim No.265)

Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan surga yang telah kalian peroleh)?" "Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?" Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka mengatakan,

فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزٌّ

“Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.” (HR. Muslim no. 181).

Sehingga tidak mungkin seorang makhluq dapat melihat Dzat-Nya yang Maha Mulia, di dunia yang hina ini ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar