Senin, 07 Maret 2016

Bersungguh-sungguh diJalan Allah

Barang siapa yang takut kepada Allah...
Maka cepat dan bersegeralah dalam kebaikan dan ketaqwaan...
Barangsiapa yang bersegera, maka ia akan cepat sampai ketujuan ...
Yaitu keridloan Allah...

Ingatlah, dagangan Allah itu sangat mahal ...
Ingatlah, dagangan Allah itu Surga yang penuh kenikmatan...
Dan Surga tidak bisa diperoleh melainkan dengan keridloan-Nya ...
 
Bagaimana caranya supaya mendapatkan Surga dengan selamat?

Yakni ...

1. Menyebarkan Salam, 
2. Bersedekah saat kamu kaya, miskin, susah dan senang,
3. Memberi makan pada orang miskin dan yang membutuhkan,
4. Tidak suka bermusuhan,
5. Tidak hasad dan dengki,
6. Menjaga Sholat malam disaat orang2 tidur,
7. Dan menjaga sholat2 fardlu berjamaah di Masjid ...

Ingatlah pula, sesungguhnya Allah itu sangat membenci hamba2Nya yg sombong ...

Karena itu lakukan semua amal baik itu dengan segera dan dengan segala kerendahan hati dan penuh harap kepadaNya ...


Rasulullah ﷺ bersabda:
أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الجَنَّةُ
“Ketahuilah, bahwa barang dagangan Allah itu mahal. Dan ketahuilah, bahwa barang dagangan Allah itu adalah Surga.” [HR. Tirmidzi]

Hadits ini merupakan sindiran bagi makhlukNya yang mempunyai watak dasar pedagang. Yakni kikir dan tidak mau merugi. Inginnya mendapatkan untung yang sebesar²nya dengan pengeluaran yang sekecil²nya. Sehingga mereka kalau sedekah ada yang dengan barang² jelek yang ia sudah tidak suka, dan dengan bilangan yang sedikit. Menyumbang Rp.1000 namun mintanya Surga dan bidadari yang cantik² dan banyak (layakkah minta seperti itu?). Padahal ia kaya raya, dengan dalih biar ikhlas. Katanya lebih baik sedikit tapi ikhlash, daripada banyak tapi dengan menggerutu. Itulah watak dasar manusia. 

Sehingga dalam hadits tersebut, diibaratkan Allah sebagai pedagang dengan barang dagangan yang sangat² mahal. Dagangan Allah sangatlah mahal yakni Surga Nya. Maka dari itu berikanlah infak dan sedekah yang terbaik dan banyak sesuai perintah Nya dan tidak perlu ikhlas. Loh???
Iya benar, melatih hati dan melenyapkan watak dasar manusia yang buruk memang harus dipaksa. Nanti lama² akan terasa nikmat untuk sedekah dengan yang baik dan banyak. 
_________
Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw juga menggunakan istilah dalam perdagangan seperti dalam artikel ini: 
_________

Bersungguh²lah dalam perdagangan dengan Allah, karena keridloan Allah sangatlah mahal jauh lebih mahal daripada kemewahan dunia beserta isinya. Bersungguh² ini merupakan makna dari berjihad, seperti ditunjukkan dalam ayat berikut ini...


QS.29. Al 'Ankabuut:

وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُواْ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ

69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. 

QS.15. Al Hijr:

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

99. dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

QS.73. Al Muzzammil:

وَٱذْكُرِ ٱسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلاً

8. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.

وَمَا تُقَدِّمُواْ لأَِنفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيْراً وَأَعْظَمَ أَجْراً وَٱسْتَغْفِرُواْ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

20. ... Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

QS.2. Al Baqarah:

وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

215. ... Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

QS.99. Al Zalzalah:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya

Silahkan baca juga: https://tausyiahaditya.blogspot.com/2014/07/perintah-sholat.html

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun surat Al Insaan ayat 8 kaum Muslimin menganggap bahwa orang yang bershadaqah sedikit tidak akan memperoleh pahala dan menganggap pula bahwa orang yang berbuat dosa kecil seperti berbohong, mengumpat, mencuri penglihatan dan sebangsanya tidak tercela serta menganggap bahwa ancaman api nereka dari Allah disediakan bagi orang yang berbuat dosa besar. Maka turunlah ayat ini (S.99:7,8) sebagai bantahan terhadap anggapan mereka itu,
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Jubair.)


Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis qudsi : "Barangsiapa memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi -Kumusuhi-. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan andaikata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi." (Hadits Riwayat Bukhari)

Makna lafaz Aadzantuhu, artinya: "Aku (Tuhan) memberitahu-kan kepadanya (yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa Aku memerangi atau memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, artinya "Ia memohonkan perlindungan padaKu. Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista'aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista'aadzanii.

Keterangan:
Yang perlu kita resapkan dalam Hadis ini ialah:
(a) Di atas itu, Hadis Qudsi namanya.
(b) Kekasih Allah ialah orang yang amat taqwa kepadaNya dan orang yang memusuhi kekasih Allah ini pasti akan rusak binasa sebab dimusuhi oleh Allah.
(c) Jadi bila hendak mendekat pada Allah, lebih dulu penuhilah kewajiban-kewajiban yang telah dipikulkan oleh Allah pada kita itu,
(d) Maka kalau orang itu sudah benar-benar dekat pada Allah semua pendengarannya, penglihatannya, pengambilannya dan perjalanannya selalu diberi petunjuk oleh Allah sehingga cahaya Tuhan selalu ada untuk membimbingnya.

Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Idris al-Khawlani dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah r.a. dari Nabi s.a.w., dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala, bahwasanya Allah berfirman -ini adalah Hadis Qudsi-:

"Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan pada diriku sendiri akan menganiaya dan menganiaya itu Kujadikan haram di antara engkau sekalian. Maka dari itu, janganlah engkau sekalian saling menganiaya.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu tersesat, kecuali orang yang Kuberi petunjuk. Maka itu mohonlah petunjuk padaKu, engkau semua tentu Kuberi petunjuk itu.
-Seringlah meminta petunjuk kepada Allah, seperti dlm surat Al Fatihah:6. "Tunjukilah kami jalan yang lurus"-
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu lapar, kecuali orang yang Kuberi makan. Maka mohonlah makan padaKu, engkau semua tentu Kuberi makanan itu.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu telanjang, kecuali orang yang Kuberi pakaian. Maka mohonlah pakaian padaKu, engkau semua tentu Kuberi pakaian itu.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu berbuat kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku inilah yang mengampunkan segala dosa. Maka mohon ampunlah padaKu, pasti engkau semua Kuampuni.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu tidak dapat membahayakan Aku. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan membahayakan Aku. Lagi pula engkau semua itu tidak dapat memberikan kemanfaatan padaKu. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan memberikan kemanfaatan itu padaKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu padu seperti hati seseorang yang paling bertaqwa dari antara engkau semua, hal itu tidak akan menambah keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu-padu seperti hati seseorang yang paling curang (durhaka kepada Allah) dari antara engkau semua, hal itu tidak akan dapat mengurangi keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama berdiri di suatu tempat yang tinggi di atas bumi, lalu tiap seseorang meminta sesuatu padaKu dan tiap-tiap satu Kuberi menurut permintaannya masing-masing, hal itu tidak akan mengurangi apa yang menjadi milikKu, melainkan hanya seperti jarum bila dimasukkan ke dalam laut -jadi berkurangnya hanyalah seperti air yang melekat pada jarum tadi-.
Wahai hamba-hambaKu, bahwa semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri. Aku menghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan memaki kecuali pada dirinya sendiri."


Said berkata: "Abu Idris itu apabila menceriterakan Hadis ini, ia duduk di atas kedua lututnya." (Hadits Riwayat Muslim)
Kami juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan ia berkata: "Tidak sebuahpun Hadis bagi ahli Syam yang lebih mulia dari Hadis ini."

Keterangan:
Hadis yang diriwayatkan oleh Nabi s.a.w. dan berasal dari Allah semacam Hadis di atas ini disebut Hadis Qudsi (suci). Bedanya dengan al-Quran ialah kalau al-Quran merupakan mu'jizat sedang Hadis Qudsi tidak. Lagi pula dengan hanya membaca al-Quran saja itu sudah merupakan ibadah dan mendapatkan pahala. Yang penting kita perhatikan ialah:
(a) Menganiaya itu adalah benar-benar besar dosanya dan doanya orang yang dianiaya itu tidak akan ditolak oleh Allah yakni pasti dikabulkan Allah SWT.
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Mu'tamir dari Humaid dari Anas radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tolonglah saudaramu yang berbuat zhalim (aniaya) dan yang dizhalimi". Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, jelas kami faham menolong orang yang dizhalimi tapi bagaimana kami harus menolong orang yang berbuat zhalim?" Beliau bersabda: "Pegang tangannya (agar tidak berbuat zhalim) ".(No. Hadist: 2264 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)
(b) Semua dosa itu dapat diampuni oleh Allah asal kita mohon ampun serta bertaubat kecuali syirik (menyekutukan Allah).
(c) Kalau kita taat pada Allah, melakukan semua perintahNya, ini bukan berarti bahwa Allah butuh kita taati. Kita taat atau tidak bagi Allah tetap saja. Maka bukannya kalau kita taat, Allah tambah mulia atau kalau kita ingkar lalu Allah kurang kemuliaanNya. Itu tidak sama sekali. Hanya saja Allah menyediakan tempat kesenangan (syurga) bagi orang yang taat dan tempat siksa (neraka) bagi orang yang ingkar.
(d) Orang yang amat taqwa yang dimaksudkan dalam Hadis ini ialah Nabi Muhammad s.a.w. dan yang paling curang itu ialah syaitan (setan) sebab syaitan itu dahulunya bernama Izazil dan termasuk dalam golongan jin.
(e) Begitu banyaknya air laut, kalau isinya hanya dikurangi oleh jarum yang melekat di situ, maka kekurangan itu tidak berarti samasekali. Begitulah perumpamaannya andaikata Allah mengabulkan semua permohonan makhlukNya.


HIDUP BAGAIKAN SEORANG PENGEMBARA

عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .   

[رواه البخاري]

 Terjemah hadits :

Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara", Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu " [Bukhari no. 6416]

Pelajaran yang terdapat dalam hadits :

1. Hadis ini TIDAK memerintahkan untuk bersegera dalam mengejar harta dan kepentingan dunia, namun bersegeralah dalam mengerjakan pekerjaan baik dan memperbanyak ketaatan, tidak lalai dan menunda-nunda  karena dia tidak tahu kapan datang ajalnya.
2. Menggunakan berbagai kesempatan dan momentum sebelum hilangnya berlalu .
3. Zuhud di dunia adalah tidak bergantung kepadanya hingga mengabaikan ibadah kepada Allah ta'ala untuk kehidupan akhirat.
4. Hati-hati dan khawatir dari azab Allah adalah sikap seorang musafir yang bersungguh-sungguh dan hati -hati agar tidak tersesat.
5. Waspada dari teman yang buruk hingga tidak terhalang dari tujuannya.
6. Pekerjaan dunia dituntut untuk menjaga jiwa dan mendatangkan manfaat, seorang muslim hendaknya menggunakan semua itu untuk tujuan akhirat.
7. Bersungguh-sungguh menjaga waktu dan mempersiapkan diri untuk kematian dan bersegera bertaubat dan beramal shaleh.
8. Rasulullah memegang kedua pundak Abdullah bin Umar, adalah agar beliau memperhatikan apa yang akan beliau sampaikan. Menunjukkan bahwa seorang pelajar harus diajarkan tentang perhatian gurunya kepadanya dan kesungguhannya untuk menyampaikan ilmu kedalam jiwanya. Hal ini dapat menyebabkan masuknya ilmu, sebagaimana hal itu juga menunjukkan kecintaan Rasulullah kepada Abdullah bin Umar, karena hal tersebut pada umumnya dilakukan oleh seseorang kepada siapa yang dicintainya.


Bab. Tetap Setia Kepada Allah dan RasulNya Walaupun Dikhianati oleh Para Munafiq

Kenapa Jasad Sahabat 'Ashim Dikerumuni Lebah?

Oleh : Ustadz Faishal

#ShalihaSurabaya - Adalah 'Ashim bin Tsabit Al Anshori (' Ashim bin Tsabit bin Aqlah ra.) salah satu sahabat Rasul SAW.. yang tidak absen dalam peristiwa Badar dan Uhud. Rasul saw. pernah memujinya, menyeru para sahabat untuk cara berperang ' Ashim.

Rasul saw. berkata, “Bagaimana caramu berperang Wahai 'Ashim?” 'Ashim memeragakan busur anak panah yang ada di tangannya." Jika musuh di hadapanku 100 hasta kupanah dia, jika musuh mendekat dalam jarak tikaman lembing, aku bertanding hingga lembingku sampai patah, jika lembingku patah, kuhunus pedangku lalu aku pakai pedang" ia ahli dalam panah dan bermain pedang.

Kisah ini bermula di peristiwa uhud (3 H), Ia berhasil membunuh tiga laki-laki sekaligus (Musafi', Kilab, Jallas). Ketiganya adalah putra salah seorang pemuka Quraisy, Thalhah dan Sulafah binti Sa'ad bin Suhaid, keluarga tersebut dalam bagian pasukan Quraisy di perang Uhud.

Ketika pertempuran mulai mereda/hampir selesai. Kaum Quraisy (kalangan wanitanya) berlompatan kegirangan berhasil menuntut balas terhadap peristiwa satu tahun sebelumnya (Badar) dimana banyak tokoh-tokoh mereka yang terbunuh. Dalam peristiwa Uhud tak sedikit kaum muslimin yang gugur, mereka (Quraisy) menendang, mencincang, merusak mayat-mayat kaum muslimin. Ada yang dibelah perutnya, dipotong hidung dan telinganya dijadikan kalung.

Sulafah binti Sa'ad hatinya gundah, gelisah dan tak menentu, menunggu kemunculan suami dan ketiga anaknya. Lama menunggu tak kunjung datang, ia putuskan masuk ke arena pertempuran, ia masuk hingga jauh ke dalam. Diperiksalah satu persatu wajah-wajah yang sudah tak bernyawa. Tiba-tiba ia tertegun didapati suaminya sudah terbaring tak bernyawa dengan berlumuran darah, pandangannya kosong dan hampa, ia melompat bagai singa betina yang wajahnya memerah penuh amarah. Dia arahkan pandangannya ke segenap penjuru arah mata angin, dia dapati tidak jauh dari suaminya dua anaknya Musafi' dan Kilab sudah tak bernyawa. Jallas anaknya ketiga sudah dalam keadaan bersimbah darah antara hidup dan mati. Ia dekati, ia peluk tubuh anaknya dia angkat dipangkuannya, ia bersihkan darah dikening dan wajahnya.

Sullafah berkata, “Siapa yang telah berbuat seperti ini wahai anakku?”

Dengan nafas yang terputus putus, Jallas menjawab, “'Ashim bin Tsabit al Anshori, dia pula yang juga membunuh Musafi' dan...” Belum selesai dia bicara ajal telah menjemputnya.

Sullafah binti Sa'ad bagai orang gila, menangis meraung-raung sekeras-kerasnya, ia bersumpah, "Aku tidak akan makan dan menghapus air mata ini sebelum membalas dendam kepada 'Ashim bin Tsabit dengan menjadikan batok kepalanya sebagai mangkok tempat minum khomr". Untuk mewujudkan dendamnya ia membuat sayembara menjanjiakan 100 ekor unta kepada siapapun yang berhasil membawakan batok kepala 'Ashim bin Tsabit kepadanya.

Sofyan bin Kholid lelaki Quraisy tergiur iming-iming tersebut, ia atur strategi dan rencana, ditemuilah beberapa orang dari suku Adhul dan Qarah, agar pura-pura masuk islam pergi ke Madinah untuk menemui Rasul saw.

Benar ditahun 4 H beberapa orang dari suku Adhul dan Qarah datang ke Madinah menemui Rasul saw., meminta kepada beliau agar mengirim beberapa sahabat untuk mengajarkan Islam kekampung mereka, salah seorang yang diminta adalah Ashim bin Tsabit. Rasul saw. tak menaruh curiga, beliau mengabulkan permintaan mereka, dikirimlah 10 orang sahabat (Ibnu Ishaq). Diriwayat lain 6 sahabat yang diketuai 'Ashim hin Tsabit.

Utusan Rasul saw. tersebut berangakat ke perkampungan Adhul dan Qarah bersama orang-orang Adhul dan Qarah tersebut. Sesuai rencana yabg telah disiapkan Sufyan bin kholid, ketika utusan Rasul saw. tersebut sampai di Raji' (daerah sumber mata air milik suku Hudzail) tiba-tiba beberapa orang utusan dari Adhul dan Qarah tersebut melakukan pengkhianatan dengan memprovokasi kabilah Hudzail yakni bani Lihyan. Terkumpullah 100 orang dengan mengepung 6 atau 10 utusan Rasul saw. tersebut.

Mereka berkata, “Kami tidak ingin menumpahkan darah di tanah kami, kami hanya ingin membawa kalian untuk ditukar dengan harta, maka ikutilah kami, kami tidak akan membunuhmu"

'Ashim menjawab, “Sungguh orang-orang ini telah mengkhianati kita" (pengkhianatan mereka akan dibalas oleh Rasul saw., ditema lain Insya Alloh).

'Ashim berseru, “Janganlah kalian lemah, ghonimah berupa sahid telah menanti kita, para bidadari pun telah menunggu menyambut kita." Karena jumlah yang tidak seimbang, 'Ashim bin Tsabit menemui apa yang telah dijanjikan Rabbnya, syahid.

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dan iapun telah mendengar perihal sayembara tersebut, 'Ashim berdoa, "Yaa Allah, sampaikan berita ini kepada Rasul-Mu, Yaa Allah aku telah mengorbankan diriku di jalan agama-Mu yang benar, selamatkan diriku (kepalaku) dari tangan tangan kotor Musuh-Mu."

Allah SWT mengabulkan doanya dengan mengirimkan sekelompok lebah yang mengerumuni tubuh 'Ashim sehingga mereka tidak bisa memenggal kepalanya. Ketika mereka mendekat ke jasad Ashim, sekelompok lebah tersebut menyerangnya, hingga mereka berharap akan bisa memenggal kepala 'Ashim di malam hari atau esuk hari, tapi dimalamnya ternyata Allah SWT menurunkan hujan yang sangat lebat yang menimbulkan banjir, sehingga jasad Ashim terbawa arus banjir tersebut, hingga mereka tidak dapat menemukan jasad Ashim.

Allahu Akbar!! Maha suci Allah inilah cara-Nya menjaga hamba hamba-Nya yang bertaqwa, yang memperjuangkan agama-Nya, menjaga kesuciannya dari tangan-tangan keji musuh-musuh Allah. Namun Rasul saw. amat sedih atas peristiwa Raji' ini.

Tatkala Umar bin Khattab ra. mendengar kejadian ini, beliau berkata:

"Allah Menjaga hamba-Nya yang mukmin setelah meninggalnya sebagaimana Dia menjagaNya sewaktu masih hidup".
(Mubarokfuri)

Dari sumber lain:
Ketika utusan Nabi Muhammad sampai di desa ar-Raji, Bani Lahyan –yang sebelumnya diminta Suku ‘Adhal/’Udhul dan al-Qarah- mengepung utusan Nabi Muhammad. Pasukan Bani Lahyan yang terdiri dari 100 pemanah berjanji tidak akan membunuh jika mereka bersedia menyerah. Ashim bin Tsabit dan beberapa orang lainnya menolak menyerah. Mereka langsung dieksekusi mati di tempat. Sementara Zaid bin Datsinah, Abdullah bin Thariq, dan Khubaib bin Adi bersedia menyerah. Mereka kemudian dijual di pasar budak di Makkah. Pada akhirnya, mereka juga dibunuh tuan-tuan yang membelinya sebagai pembalasan atas meninggalnya tokoh-tokoh musyrik Makkah dalam Perang Badar.  

Beberapa hari berselang, seorang dari kepala suku Bani Amir, Abu Bara’ Amir bin Malik Mula’ib al-Asinnah, mendatangi Nabi Muhammad. Dia meminta agar Nabi Muhammad mengirimkan beberapa sahabatnya untuk mengajarkan Islam di wilayahnya di Najd. Semula Nabi Muhammad khawatir utusannya akan bernasib sama dengan tragedi ar-Raji. Abu Bara’ meyakinkan Nabi dan siap memberikan jaminan perlindungan (jiwar). Nabi Muhammad akhirnya mengutus 70 orang yang dikenal dengan nama ‘al-Qurra’. 

Utusan yang dipimpin Al-Mundzir bin Amir itu dihabisi Amir bin Thufail ketika sampai di wilayah Bir Ma’unah. Hanya ada satu orang yang lolos dari peristiwa pengkhianatan Bani Sulaim tersebut, yaitu Amr bin Umayyah al-Dhamri –riwayat lain menyebutkan Muhammad bin Uqab. Sahabat yang selamat tersebut kemudian balik ke Madinah dan memberi tahu Nabi Muhammad tentang tragedi tersebut.  
Nabi Muhammad sangat sedih dengan dua tragedi yang merenggut nyawa sahabatnya tersebut. Terlebih, kejadiannya hampir bersamaan, yakni sama-sama bulan Shafar 4 Hijriyah. Sebagaimana keterangan dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad saw dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), Nabi Muhammad kemudian berdoa agar Allah memberikan balasan kepada para pengkhianat tersebut selama sebulan penuh setiap Shalat Shubuh. Doa Nabi itulah yang kemudian disebut dengan qunut nazilah atau ‘qunut petaka’ dan terus diamalkan hingga kini, terutama ketika umat Islam sedang menghadapi suatu persoalan yang berat. 
Perlu diketahui bahwa pengkhianatan itu bukan dilakukan oleh Abu Bara’ –orang yang mengusulkan agar Nabi mengirim utusan untuk mengajarkan Islam kepada kaumnya, namun oleh anak saudaranya Abu Bara’, Amir bin Thufail. Setelah tragedi itu, Abu Bara’ memerintahkan anaknya, Rabiah, untuk membunuh Amir bin Thufail. Karena bagaimanapun, sebelumnya dia sudah berjanji akan memberikan jaminan perlindungan (jiwar) kepada utusan Nabi, namun akhirnya gagal. Itu dilakukan ‘untuk membayar kegagalan’ itu.  Amir bin Thufail hanya terluka setelah ditikam dengan tombak oleh Rabiah. Amir kemudian menuju Madinah untuk membunuh Nabi Muhammad. Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad berdoa agar Amir bin Thufail dibalas atas perbuatannya. Di tengah perjalanan, Amir singgah di rumah seorang perempuan yang terkena penyakit. Amir tertular dan meninggal di tengah padang pasir.

Sumber: (islam.nu.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar