Senin, 11 Januari 2016

Perumpamaan tentang suatu amalan yang Buruk (Tafsir QS.2. Al Baqarah: 266)

Sesungguhnya perumpamaan tentang suatu amalan yang buruk, yang akan membawa penyesalan yang tak terhingga kelak adalah ...
Yakni tentang seorang laki-laki yang kaya, lalu dia beramal dengan menta'ati Allah Azza Wa Jalla ...
Kemudian Allah mengutus syetan kepadanya, sebagai cobaan ...
Maka ia pun melakukan suatu niat dan perbuatan yang buruk hingga ia tenggelamkan sendiri amalan kebaikan yang telah dilakukannya ...

Jika sebelumnya ia menta'ati Allah dengan ikhlas, namun ketika syetan menggodanya ...
Orang tersebut mulai menafkahkan hartanya karena riya, membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain, dan menyakiti hati orang, dengan mengundat²nya atau menyebut-nyebut pemberiannya ...
Atau malah menghardiknya, seolah² ia seorang yang memiliki segalanya dan orang yg meminta² itu adalah orang paling miskin dan hina ...

Padahal, semua harta yang dimilikinya, dan semua ilmu yang dimilikinya, adalah milik Allah, sebagai karunia dan cobaan baginya ...
Sedangkan orang miskin atau orang yang membutuhkan bantuannya, itu adalah makhluk Allah juga, yang memang sedang dicoba oleh Allah dng kemiskinan ...
Tidakkah ia memperhatikan bahwa ia kaya dan orang lain miskin itu adalah cobaan dari Allah ...?
Patutkah ia meremehkan dan merendahkan orang lain yang memang miskin ...?

Andaikan tidak ada orang miskin, bagaimana ia dapat beramal dan mengeluarkan zakatnya ...?
Andaikan semua orang kaya, apakah yang terjadi ...? kenikmatan ataukah malah bencana ...?
Andaikan semua orang kaya, berarti semua orang harus membangun rumahnya sendiri, harus mengobati dirinya sendiri, harus menjahit pakaiannya sendiri, karena semua sudah kaya dan tidak butuh harta lagi ...

Atau patutkah ia beramal karena ingin dipuji oleh orang lain, padahal semua harta yang dipunyainya adalah milik Allah ...?
Atau patutkah ia beramal dengan membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain ...?

Menasehati orang lain itu sangat mudah ...
Yang teramat sulit adalah menasehati diri sendiri ...
Ketika ilmu sudah diperoleh, dan amal-pun dikerjakan kemudian datanglah cobaan ...
Dapatkah ia menasehati dirinya sendiri, supaya tidak jatuh kedalam bujuk rayu setan ...?
Ataukah ia akan tergoda, sehingga akan berbangga hati terhadap semua amal²nya ...?
Ataukah ia akan tergoda, sehingga ia merasa baik sendiri, kemudian meremehkan orang lain ...?
Ataukah ia akan tergoda, sehingga sedikit demi sedikit ia senang dan berharap amalnya dipuji orang lain ...?
Dapatkah ia ridlo' terhadap semua keputusan Allah ...?
Sabarkah ia ketika kesulitan demi kesulitan yang sangat berat menimpanya ...?

Maka pikirkanlah perumpamaan yang disebutkan Allah SWT berikut ini ...
Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ...
Dia mempunyai didalam kebun itu segala macam buah-buahan, yang banyak dan lezat serta sedap dipandang mata ...
Kemudian datanglah masa tua pada orang itu, sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil ...
Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakar habislah kebun itu ...
Apakah yang bisa diharapkan dng kebun yang terbakar habis, yang ia persiapkan untuk masa tuanya ... ?
Dan sekarang masa tuanya telah tiba, sedangkan anak²nya masih kecil dan ia sangat memerlukan panen dari hasil kebunnya ...

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kita supaya kita memikirkannya ...
Subhanallah ...

QS.2. Al Baqarah:

أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَن تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِّن نَّخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلأَنْهَـٰرُ لَهُ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَأَصَابَهُ ٱلْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَآءُ فَأَصَابَهَآ إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَٱحْتَرَقَتْ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلأَيَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ

266. Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim Telah mengabarkan kepada kami Hisyam dari Ibnu Juraij Aku mendengar Abdullah bin Abu Mulaikah bercerita dari Ibnu Abbas dia berkata; dan aku juga mendengar saudaranya yaitu Abu Bakr bin Abu Mulaikah bercerita dari Ubaid bin Umair dia berkata; Pada suatu hari Umar radliallahu 'anhu berkata kepada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; Menurut kalian berkenaan dengan apakah ayat ini; "Adakah salah seorang dari kalian yang ingin memiliki kebun…. (al Baqarah; 266). Para sahabat menjawab; 'Allahu A'lam.' Maka Umar pun marah, seraya berkata; 'Katakan kami tahu atau kami tidak tahu'. Kemudian Ibnu Abbas berkata; 'aku mengerti sedikit tentang ayat itu ya Amirul Mukminin.' Umar berkata; 'Wahai anak saudaraku, katakanlah! Jangan kamu cela dirimu sendiri.' Ibnu Abbas berkata; 'ayat itu membuat sebuah perumpamaan tentang suatu amalan.' Umar berkata: 'Amalan apakah?' Ibnu Abbas menjawab: 'tentang suatu amalan'. Umar melanjutkan: "yaitu tentang seorang laki-laki yang kaya, lalu dia beramal dengan menta'ati Allah Azza Wa Jalla. Kemudian Allah mengutus syetan kepadanya. Maka ia pun melakukan maksiat hingga ia tenggelamkan amalan kebaikan yang telah dilakukannya." (No. Hadist: 4174 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: Dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bahwa beliau bersabda: "Tidak seorang pun di antara kalian yang akan diselamatkan oleh amal perbuatannya". Seorang lelaki bertanya: "Engkau pun tidak, wahai Rasulullah?". Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjawab: "Aku juga tidak, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku akan tetapi tetaplah kalian berusaha berbuat dan berkata yang benar". (Shahih Muslim No.5036)

Bab. Seseorang Tidak akan Masuk Surga karena Amalannya sewaktu di Dunia
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Az Zabriqan telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Uqbah dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Beramalah sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku imbanglah, dan berilah kabar gembira, sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga karena amalannya." Para sahabat bertanya; 'Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah? ' Beliau bersabda: 'Begitu juga denganku, kecuali bila Allah meliputi melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku.' Perawi berkata; aku kira dari Abu An Nadlr dari Abu Salamah dari Aisyah. 'Affan mengatakan; telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Musa bin 'Uqbah dia berkata; saya mendengar Abu Salamah dari Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan redaksi "saddidu (beristiqamahlah dalam beramal) wa absyiruu (dan berilah kabar gembira)." Mujahid mengatakan mengenai firman Allah "Qaulan sadida" yaitu berkataan yang benar." (No. Hadist: 5986 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Semua Nabi, dan semua Rasul tidak ada yg mengajarkan kesombongan dan kedengkian. Semua mengajarkan kerendahdirian dan tawadlu kepada Allah SWT. Semua mengajarkan supaya umatnya tunduk dan patuh serta merendahkan diri hanya dan hanya kepada Allah SWT. Siapaun Nabi itu, seperti: Nabi Adam AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS dan juga Nabi Muhammad SAW.
Adakah Nabi yang mengajarkan kesombongan dan kedengkian?

> Semua Manusia, semua Nabi dan Semua Rasul TIDAK akan masuk Surga karena amalannya. Namun hanya karena limpahan Rahmat dan Ampunan Allah sajalah yang dapat mengantarkan Manusia, semua Nabi dan Semua Rasul bisa masuk Surga.

Sesungguhnya Petunjuk itu juga datangnya dari Allah, dan jika tidak ada petunjuk dari-Nya supaya kita tetap berjalan dijalan yang lurus (Al Islam), maka masuk Nerakalah kita. Karena itu mintalah selalu supaya kita tetap istiqomah dijalan-Nya yang lurus (Al Islam), karena tidak ada jaminan kita akan tetap istiqomah dijalan-Nya yang lurus (Al Islam) kecuali hanya jaminan dari Allah SWT saja ...

QS.1. Al Faatihah:

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَاطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yakni meminta --dibaca berulang-ulang hingga berharap istiqomah-- di jalan Al Islam)

Sungguh Allah telah mengajarkan kepada kita semua (manusia, para Nabi dan juga para Rasul Allah) dengan suatu permintaan yg indah dari seorang hamba yg merasa lemah dan rendah diri, kepada Sang Pencipta yang Mahamengetahui lagi Maha Perkasa ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar