Senin, 28 Desember 2015

Mendamaikan Manusia yang Bermusuhan

QS:3. Ali 'Imran:

وَٱعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَٱذْكُرُواْ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُم أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُمْ مِّنْهَا كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَـٰتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 



Bab: Tingginya Derajat Mendamaikan Manusia Melebihi Derajat Puasa, Shalat, dan Sedekah
Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Amru bin Murrah, dari Salim bin Abu Al Ja'ad, dari Ummu AdDarda', ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Maukah kalian aku beritahukan derajat yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat, dan sedekah? " Para sahabat menjawab, 'Tentu". Beliau bersabda, "Mendamaikan/memperbaiki keadaan manusia. Sesungguhnya kerusakan keadaan manusia adalah pencukur/penghancur ".
Shahih: Ghayah Al Maram (414), shahih Tirmidzi dan Al Misykah (5038-Tahqiq kedua).
Abu Isa berkata, "Hadits ini shahih".

Diriwayatkan dari Rasulullah, bahwasanya beliau bersabda, "Ia adalah pencukur." Aku tidak mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pencukur rambut, akan tetapi pencukur agama.

Bab: Keburukan dari Perpecahan sebagai Penghancur Agama
Abu Yahya bin Muhammad bin Abdurrahim Al Baghdadi menceritakan kepada kami, Mu'alla bin Manshur menceritakan kepada kami, Abdullah bin Ja'far Al Makhrami —salah seorang putra Miswar bin Makhramah— menceritakan kepada kami, dari Utsman bin Muhammad Al Akhnasi, dari Sa'id Al Maqburi, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Hindarilah keburukan yang mengakibatkan perpecahan dan kerusakan, karena sesungguhnya hal itu adalah pencukur, penghancur ". Hasan: Al Misykah (5041-Ta'liq kedua), shahih Tirmidzi.

Makna dari kata 'keburukan yang mengakibatkan perpecahan' adalah permusuhan dan kebencian. Sedangkan maksud dari kata 'pencukur' adalah pencukur agama.

Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, dari Harb bin Syaddad, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Yaisy bin Al Walid, bahwa maula (mantan budak) AzZubair menceritakannya, dari Zubair bin Awwam, Bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Telah menjalar kepada kalian penyakit orang-orang sebelum kalian, yaitu sifat dengki dan benci. Sifat itu adalah pencukur. Yang aku maksudkan bukan mencukur rambut, tetapi mencukur agama. Demi jiwaku yang berada di tanganNya kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman dan kalian tidak akan beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang dapat memperteguh (keimanan) kalian? Tebarkanlah Salam di antara kalian ".
Hasan: AtTa'liq ArRaghib (3/12), Al Irwa' (238), Takhrij Musykilah Al Faqr (20), Ghayah AlMaram (414), Shahih Al Adab (197), shahih Tirmidzi.

Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ibrahim mengabarkan kepada kami, dari Uyainah bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Bakrah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada dosa yang layak bagi Allah untuk menyegerakan siksaan bagi pelakunya di dunia dan disimpan di akhirat nanti daripada sikap aniaya dan memutuskan hubungan silaturahim ".
Shahih: Ibnu Majah (4211), shahih Tirmidzi.

Bab: Tidak Termasuk Dusta Jika Untuk Mendamaikan Perselisihan
Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'aziz bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad dari Shalih dari Ibnu Syihab bahwa Humaid bin 'Abdurrahman mengabarkan kepadanya bahwa ibunya, Ummu Kultsum binti 'Uqbah mengabarkan kepadanya bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukanlah disebut pendusta orang yang menyelesaikan perselisihan diantara manusia lalu dia menyampaikan hal hal yang baik (dari satu pihak yang bertikai) atau dia berkata, hal hal yang baik". (No. Hadist: 2495 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Keterangan:
Bukanlah disebut pendusta, jika seseorang menyelesaikan perselisihan, dengan cara menceritakan kebaikan dari satu pihak yang bertikai kepada pihak lawannya. Padahal sebenarnya itu hanyalah dusta, namun dalam agama bukanlah disebut dusta, karena tujuannya untuk mendamaikan perselisihan.

Bab: Kemulyaan Al Hasan ra dalam Usaha Mendamaikan Dua Kelompok Besar
Telah bercerita kepada kami Shadaqah telah bercerita kepada kami Ibnu 'Uyainah telah bercerita kepada kami Abu Musa dari Al Hasan bahwa dia mendengar Abu Bakrah; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas mimbar bersabda, ketika itu Al Hasan ada disamping beliau. Sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya: "Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin) dan dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum Muslimin ".(No. Hadist: 3463 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Keterangan:
Setelah Nabi SAW wafat, dan dilanjutkan oleh para sahabat Beliau, yakni Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra dan Ali ra, hingga akhirnya terjadi konflik besar antara Ali ra dan Muawiyah ra (keduanya sahabat dekat Nabi SAW). Saat itu kaum muslimin terpecah menjadi dua golongan, pendukung Ali ra dan pendukung Muawiyah ra, yang masing2 didukung para sahabat dekat Nabi SAW. Hingga terjadi peperangan besar diantaranya, akibat konflik yang sangat rumit saat itu.
Al Hasan, cucu Nabi SAW, menjabat sebagai Khalifah menggantikan ayahnya, Ali ra yang wafat. Ali ra sendiri dibunuh ketika hendak masuk masjid untuk sholat subuh (berbeda dengan Umar ra yang dibunuh ketika sudah mulai sholat subuh, sebagai Imam). Perbedaannya lagi, Ali ra ditebas dengan pedang pada keningnya mengarah ke janggut (wafat sendirian), sedangkan Umar ra ditusuk dengan belati khusus, pada perutnya hingga bocor lambungnya (wafat bersama 13 jamaah subuh lainnya yang juga terkena sabetan belati).
Al Hasan tidak menjabat lama, hanya sekitar 3 bulan. Setelah itu Al Hasan ra menyerahkan kepemimpinan (walau terasa berat) kepada Muawiyah ra untuk mendamaikan konflik dua kelompok besar kaum Muslimin. Karena itu Al Hasan ra disebut sebagai pemimpin yang sesungguhnya oleh Nabi SAW, karena Al Hasan ra sudi menyerahkan jabatannya supaya ada kedamaian diantara kaum Muslimin.
Akhirnya Hasan ra kembali ke Madinah, tanah suci yang dicintainya, dan wafat disana, karena diracun istrinya sendiri (3 kali). Lagi-lagi Hasan ra malah memilih untuk memaafkan perbuatan istrinya, dan melarang saudaranya Husain ra untuk menghukum istri Hasan ra.
Sungguh mulia perbuatanmu wahai cucu kesayangan Nabi SAW, pemimpin sejati yang sebenarnya ...

Bab: Beberapa Penyebab Terjadinya Perpecahan
Ibrahim bin Sa'id At Jauhari menceritakan kepada kami, Abu Usamah menceritakan kepada kami, Buraid bin Abdullah menceritakan
kepada kami, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, ia berkata, "Rasulullah pernah ditanya, "Siapa kaum muslimin yang paling utama?"
Beliau menjawab, "Yaitu orang yang kaum muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya ".
Shahih: Muttafaq alaih.

Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: Bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Sungguh ada seorang hamba yang mengucapkan satu kata (buruk) sehingga ia terjerumus ke dalam neraka lebih dalam dari jarak antara timur dan barat. (Shahih Muslim No.5303)

Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, dari Harb bin Syaddad, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Yaisy bin Al Walid, bahwa maula (mantan budak) AzZubair menceritakannya, dari Zubair bin Awwam, Bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Telah menjalar kepada kalian penyakit orang-orang sebelum kalian, yaitu sifat dengki dan benci. Sifat itu adalah pencukur. Yang aku maksudkan bukan mencukur rambut, tetapi mencukur agama. Demi jiwaku yang berada di tanganNya Kalian tidak akan masuk surga hingga beriman dan kalian tidak akan beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang dapat memperteguh (keimanan) kalian? Tebarkanlah salam di antara kalian ".
Hasan: AtTa'liq ArRaghib (3/12), Al Irwa'(238), Takhrij Musykilah Al Faqr (20), Ghayah AlMaram (414), Shahih Al Adab (197), shahih Tirmidzi.

Bab: Lebih Mengutamakan Prinsip Persatuan
Telah bercerita kepada kami 'Ali bin Al Ja'di telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Ayyub dari Ibnu Sirin dari 'Abidah dari 'Ali radliallahu 'anhuma berkata; "Putuskanlah sebagaimana biasa kalian memutuskan perkara, karena aku tidak suka perbedaan pendapat sehingga semua manusia berada dalam kesepakatan, atau aku mati (diatas prinsip persatuan) sebagaimana para sahabatku mati". Adalah Ibnu Sirin berpendapat bahwa pada umumnya apa yang diriwayatkan tentang 'Ali (yang berselisih dengan dua orang pendahulunya, Abu Bakr dan 'Umar bin Al Khaththab, seperti pendapat kaum ar-Rafidlah) adalah dusta (maksudnya Ali selalu bersepakat dengan dua orang pendahulunya, karena mengutamakan prinsip persatuan) (No. Hadist: 3431 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Keterangan:
Pada beberapa masalah, terdapat masalah2 yang krusial, yang menyangkut masyarakat banyak, misalnya penetapan Idul Fitri. Sehingga perbedaan tanggal Idul Fitri akan bisa menjadi penyebab perpecahan, walau tanpa disadari (secara langsung). Karena itu, peran pemerintah sangatlah penting untuk menyatukan perbedaan penetapan Idul Fitri. Dan hendaknya semua masyarakat mengikuti tanggal yang ditetapkan pemerintah, meskipun tidak suka/ tidak sependapat. Mengutamakan persatuan umat itu jauh lebih penting, yakni menghindari perpecahan umat yang merupakan pencukur agama.
Sedangkan perbedaan pendapat yang tidak menyangkut masyarakat banyak (bisa berarti individu/perorangan/kelompok kecil), bolehlah terjadi, asalkan tidak saling menyalahkan dan menghormati pendapat yang lain. Berdasarkan hadits berikut ini:

Tentang perbedaan pendapat antar para mujtahid 
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu:Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam beliau bersabda: Ketika dua orang wanita sedang bersama anak mereka, tiba-tiba datanglah seekor serigala membawa anak salah seorang dari mereka. Lalu wanita yang satu berkata kepada yang lain: "Yang dibawa lari serigala itu adalah anakmu". Yang lain mengatakan: "Tidak, anakmulah yang dibawa". Lalu mereka berdua meminta keputusan kepada Nabi Dawud as., lalu ia memutuskan (memberikan anak itu) untuk wanita yang lebih tua. Kemudian keluarlah keduanya menghadap Sulaiman bin Dawud as. dan menceritakan perkara itu kepadanya. Sulaiman berkata: "Ambilkanlah pisau, aku akan membelahnya untuk kalian berdua". Maka berkatalah wanita yang lebih muda: "Semoga Allah tidak merahmatimu (janganlah dia dipotong), ia adalah anaknya!". Maka Sulaiman memutuskan (memberikan anak itu) untuk yang lebih muda. (Shahih Muslim No.3245)

Bab: Larangan Menghindari Manusia yang Berakhlak Jelek dan Lebih Utama Bersabar Terhadapnya
Abu Musa bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami. Ibnu Abi Adi menceritakan kepada kami, dari Syu'bah. dari Sulaiman Al A'masy, dari Yahya bin Watsatsb, dari seorang syaikh yang merupakan salah seorang sahabat Nabi SAW, dari Nabi SAW, beliau bersabda. "Seorang muslim yang bergaul dengan manusia dan bersikap sabar terhadap kejelekan mereka, lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas kejelekan mereka".
Shahih: Ibnu Majah (4032), shahih Tirmidzi.

Bab: Bahayanya Pertikaian yang Dapat Menjatuhkan Seseorang Ke Jurang Kekafiran
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu'bah Telah mengabarkan kepada kami Waqid bin Muhammad dari ayahnya dari Ibnu Umar, bahwasanya ia mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Janganlah kalian sepeninggalku kembali kepada kekafiran, sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lainnya". (No. Hadist: 6550 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar