Senin, 26 Oktober 2015

Misteri Bangunan Piramida, Al-Qur’an Ternyata Lebih Dulu Punya Jawaban

BANGUNAN menjulang berbentuk segitiga itu, diyakini memiliki beragam analisis tentang misteri konstruksinya. Dibangun pada masa kekuasaan Firáun Khufu pada tahun 2560 SM, rupa-rupanya kontraversi masih terus berlanjut hingga akhir abad ke-19.

Logika para ilmuwan pun bingung menangkap bagaimana sebuah piramida dibangun? Hal ini karena teknologi mengangkat batu-batu besar yang bisa mencapai ribuan kilogram ke puncak-puncak bangunan belum ditemukan di zamannya. Apa rahasia di balik pembangunan piramida ini?

Koran Amerika Times edisi 1 Desember 2006, menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian tersebut disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat piramida adalah tanah liat yang dipanaskan hingga membentuk batu keras yang sulit dibedakan dengan batu aslinya.



Para ilmuwan mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dalam mengelola tanah liat hingga menjadi batu. Dan teknik tersebut menjadi hal yang sangat rahasia jika dilihat dari kodifikasi nomor di batu yang mereka tinggalkan.

Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa Piramida yang paling besar di Giza, terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual alias olahan tanah liat.

Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah “Journal of American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen yang tinggi, termasuk piramida. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram. Sementara untuk dasarnya, Firaun menggunakan batu alam.

Lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur di tungku perapian yang dipanaskan dengan uap air garam dan berhasil membuat uap air sehingga membentuk campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan dalam tempat yang disediakan di dinding piramida. Singkatnya lumpur yang sudah diolah menurut ukuran yang diinginkan tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding piramid.

Profesor Davidovits telah mengambil batu piramida yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut dan menemukan jejak reaksi cepat yang menegaskan bahwa batu terbuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu membedakan antara batu alam dan batu buatan.

Dengan metode pembuatan batu besar melalui cara ini, sang profesor membutuhkan waktu sepuluh hari hingga mirip dengan batu aslinya.

Sebelumnya, seorang ilmuwan Belgia, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari rahasia di balik pembuatan batu besar di puncak-puncak piramida. Ia pun berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan studi, sekarang saya baru yakin bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”

Penemuan oleh Profesor Prancis Joseph Davidovits soal batu-batu piramida yang ternyata terbuat dari olahan lumpur ini memakan waktu sekitar dua puluh tahun. Sebuah penelitian yang lama tentang piramida Bosnia, “Piramida Matahari” dan menjelaskan bahwa batu-batunya terbuat dari tanah liat! Ini menegaskan bahwa metode ini tersebar luas di masa lalu. (Gambar dari batu piramida).

Sebuah gambar yang digunakan dalam casting batu-batu kuno piramida matahari mengalir di Bosnia, dan kebenaran ilmiah mengatakan bahwa sangat jelas bahwa metode tertentu pada pengecoran batu berasal dari tanah liat telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dalam peradaban yang berbeda baik Rumania atau Firaun!

Al-Qur’an Ternyata Lebih Dulu Punya Jawaban!.

Jika dipahami lebih dalam, ternyata Alquran telah mengungkapkan hal ini 1400 tahun sebelem mereka mengungkapkannya, perhatikan sebuah ayat dalam Al Quran berikut ini:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰأَيُّهَا ٱلْملاَُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرِى فَأَوْقِدْ لِى يَٰهَـٰمَـٰنُ عَلَى ٱلطِّينِ فَٱجْعَل لِّى صَرْحاً لَّعَلِّىۤ أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَـٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّى لأََظُنُّهُ مِنَ ٱلْكَـٰذِبِينَ

Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.” (QS. Al-Qashash: 38)


Subhanallah! bukti menakjubkan yang menunjukkan bahwa bangunan bangunan raksasa, patung-patung raksasa dan tiang-tiang yang ditemukan dalam peradaban tinggi saat itu, juga dibangun dari tanah liat! Al-Quran adalah kitab pertama yang mengungkapkan rahasia bangunan piramida, bukan para Ilmuwan Amerika dan Perancis.

Kita tahu bahwa Nabi saw tidak pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat piramida, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa Nabi saw ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satupun di muka bumi ini pada waktu itu yang mengetahui tentang rahasia piramida. Sebelum ini, para ilmuwan tidak yakin bahwa Firaun menggunakan tanah liat dan panas untuk membangun monumen tinggi kecuali beberapa tahun belakangan ini.

Ajaib, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad saw, berbilang tahun setelah Berakhirnya dinasti Firaun memberitahukan bahwa Firaun membangun monumen yang kelak dinamakan Piramid menggunakan tanah liat.

Kenyataan ini sangat jelas dan kuat membuktikan bahwa nabi Muhammad saw tidaklah berbicara sesuai hawa nafsunya saja melainkan petunjuk dari Allah yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa … Dan Dia pula yang memberitahukan kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini menjadi saksi kebenaran kenabiannya dikemudian hari!!

Subhanallah! Sungguh suatu hal yang hanya dapat dipahami oleh orang orang yang bukan sekedar berakal, tetapi juga mempergunakan akalnya. Wallahu a’lam

-----------------------
Sumber: Al-Habib Hasan Bin Jafar Assegaf


Bab. Diselamatkannya Nabi Musa as atas kekejaman Fir'aun:

﴿وَإِذْ نَجَّيْنَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَاءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ ۝ وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ﴾ [سورة البقرة: 49-50]

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan bala tentaranya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” [Q.s. al-Baqarah: 49-50]

Ini adalah Q.s. al-Baqarah, yang merupakan Surat Madaniyah, surat yang turun setelah Rasulullah Shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama hijrah ke Madinah. Ketika, di Madinah terdapat komunitas Yahudi. Ayat ini telah dikaji dan dipelajari oleh para sahabat, yang mengerti betul bahasa al-Qur’an, yang berbahasa Arab. Coba perhatikan, bagaimana cara Allah menjelaskan kepada kita:

Pertama, ketika Allah menjelaskan cara-Nya menyelematkan Nabi Musa ‘Alaihissalam, dan Bani Israil, dari kekejaman dan kezaliman Firaun dan bala tentaranya, dan tentu membutuhkan waktu yang lama, bertahun-tahun, maka Allah Subahanahu wa Ta’ala menggunakan ungkapan:

﴿وَإِذْ نَجَّيْنَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَاءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ﴾ [سورة البقرة: 49]

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan bala tentaranya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan yang besar dari Tuhanmu.” [Q.s. al-Baqarah: 49]

Ungkapan, “Najjainakum” [Kami selamatkan kalian] digunakan Allah, karena waktu yang dibutuhkan oleh Nabi Musa ‘Alaihissalam, dan Bani Israil untuk menyelamatkan diri dari kekejaman dan kezaliman Fir’aun dan para begundalnya itu lama. Karena, “Najjainakum” [Kami selamatkan kalian] itu menggunakan wazan, “Fa’ala” [dengan ditasydid ‘ain]. Maknanya, Mubalaghah [luar biasa], dan Tadh’if [berlipatganda].

Kedua, bandingkan dengan ayat berikutnya, ketika Allah Subahanahu wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa ‘Alaihissalam, dan Bani Israil, dari kejaran Firaun dan bala tentaranya di tengah Laut Merah, yang terjadi dalam waktu singkat, maka Allah menggunakan ungkapan, “Faanjainakum” [Kami selamatkan kalian]:

﴿وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ﴾ [سورة البقرة: 50]

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” [Q.s. al-Baqarah: 50]

Mengapa, Allah menggunakan uangkapan, “Fa Anjainaku” dengan menggunakan wazan, “Af’ala”? Karena, waktu yang dibutuhkan oleh Nabi Musa ‘Alaihissalam, dan Bani Israil untuk selamat dari Fir’aun dan bala tentaranya sangat singkat.

Bahkan, saking singkatnya, dalam Q.s. al-Fajr, Allah menggambarkannya dengan ungkapan:

﴿وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ ۝ الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ ۝ فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ ۝ فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ﴾ [سورة الفتح: 10-13]

Dan Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab.” [Q.s. al-Fajr: 10-13]

Ungkapan, “Sautha ‘Adzab” [cemeti adzab] itu bisa diartikan, dengan sekali hentakan, atau cambukan, mereka langsung binasa. Begitulah, rapuhnya kekuasan dan bala tentara mereka sombongkan, yang dengannya digunakan untuk melakukan berbagai kezaliman di muka bumi. Bagaimana tidak rapuh, hanya dengan sekali hentakan, dan cambukan, semua “kedigdayaan” mereka rontok.

Ketika ayat-ayat ini dibaca oleh Nabi dan para sahabat, maka moment kemenangan ini begitu istimewa, karena menjadi pelajaran berharga bagi mereka. Juga generasi berikutnya. Betapa, pertarungan antara al-Haq dan Batil, antara iman dan kekufuran itu, akan berlangsung lama, dan membutuhkan daya tahan yang luar biasa. Meski, pada akhirnya Allah pasti akan memberikan kemenangan kepada pejuang kebenaran. Tetapi, ayat-ayat ini penting disampaikan kepada mereka, agar semangat mereka tak runtuh, dan patah di tengah jalan sebelum sampai pada titik kemenangan.

Karena, kemenangan itu pasti. Kemenangan itu di tangan Allah. Semua ada waktunya. Maka, dibutuhkan kesabaran, hingga kemenangan yang dijanjikan itu tiba. Di sinilah, pentingnya ayat-ayat ini memberikan panduan, sekaligus obat, yang mengobati dahaga para pejuang yang merindukan kemenangan di sisi-Nya.

1 komentar: