Senin, 06 April 2015

Musibah

Kadangkala kita mendapati suatu perkara yg sulit ...
Mendapatkan suatu cobaan yang sangat berat ...
Dan ketika berdo'apun terasa lambat datangnya pertolonganNya ...

Bahkan terkadang putus-asa menghinggapi perasaan ...
Suatu yg diharapkan ternyata tak kunjung tiba ...
Meskipun kita telah berdo'a dan berharap dengan sungguh² ...

Tidak ada satu musibah pun yang datang tanpa seijinNya ...
Tidak ada satupun yang lepas dari pengawasanNya ...
Tidak ada satupun musibah yg menimpa, melainkan Allah akan menggantinya dng yg lebih baik, jika kita bersabar ...

Sabar itu adalah pada pukulan pertama ...
Maksudnya, bersabar itu dapat terlihat pada sikapnya, saat pertama kali mendapatkan musibah ...
Saat pertama kali mendapatkan musibah itu, apakah ia bersabar ataukah tidak ...
Jika saat pertama kali ia mendapatkan musibah ia bersabar, maka ia termasuk orang yg sabar ...
Namun jika ia bersabar agak belakangan/terlambat, berarti ia bukan termasuk orang yg sabar ...

__________________
Dan yg patut diingat dan diketahui bahwa keridhaan Allah mendahului kemurkaan-Nya ...
Karena itu mintalah keridloan Allah dng merendahkan diri dan bersungguh-sungguh ...

Dan ingatlah bahwa ampunan Allah mendahului siksa-Nya ...
Karena itu mintalah ampunan-Nya dengan penuh harap dari siksaan-Nya ...

Dan ingatlah pula bahwa rahmat Allah mendahului musibah—Nya ...
Karena itu memintalah dengan rahmat Allah dari musibah—Nya ...
__________________
Dan tidak ada do'a yg dipanjatkan kepada Allah, dng tanpa menyekutukanNya dan dng memurnikan ibadah hanya kepadaNya, melainkan do'a itu pasti akan dikabulkanNya ...

QS. 2. Al Baqarah:

يَـٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسْتَعِينُواْ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوۤاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّـآ إِلَيْهِ رَٰجِعونَ

156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.].

QS. 64. At Taghaabun:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ ٱللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Qutaibah menceritakan kepada kami, AlLaits memberitahukan kepada kami dari Yazid bin Abu Habib, dari Sa'ad bin Sinan, dari Anas, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sabar adalah pada benturan yang pertama (ketika awal musibah)."
Shahih: Ahkamul Janaiz (hal. 22) dan Muttafaq 'alaih

Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Yahya bin Said memberitahukan kepada kami dari Sufyan, ia berkata, "Zubaid bin Al Ayami menceritakan kepada kami dari Ibrahim, dari Masruq, dari Abdullah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, 'Tidak termasuk golonganku orang yang menyobek-nyobek pakaian, memukul-mukul pipi, dan memanggil seperti panggilan orang Jahiliyah'."
Shahih: Ibnu Majah (1584) dan Muttafaq 'alaih

Ali bin Khasram menceritakan kepada kami, Isa bin Yunus memberitahukan kepada kami dari Abu Laila, dari Atha', dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, "Nabi SAW memegang tangan Abdurrahman bin Auf, ia datang bersama Nabi kepada putranya (yaitu Ibrahim). Nabi mendapatkan putranya menghembuskan nafas (yang terakhir/wafat), maka Nabi mengambilnya dan meletakkan di pangkuannya dan Nabi menangis. Abdurrahman berkata kepadanya, 'Kamu menangis? Bukankah kamu melarang untuk menangis?' Nabi menjawab, 'Tidak(tidak melarang untuk menangis) , Tetapi aku melarang dari suara yang pandir dan lacur, yaitu suara ketika musibah datang, manampar-nampar muka, menyobek-nyobek baju, dan suara nyaring syetan (seruling dan lainnya)'. "
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih" - pada kitab Shahih Sunan Tirmidzi

Rasulullah bersabda, "... Allah menciptakan setiap jiwa lalu Dia telah mencatat (menentukan) kehidupannya (umurnya), rezekinya, dan bencana-bencana (musibah) yang akan menimpanya'."
Shahih: AshShahihah (1152) - pada kitab Shahih Sunan Tirmidzi

Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Amr bin Ashim menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Ali bin Zaid, dari Al Hasan, dari Jundab, dari Hudzaifah, ia berkata, Rasulullah bersabda, "Seorang mukmin tidak sepatutnya merendahkan dirinya sendiri". Para sahabat bertanya, "Bagaimana seorang mukmin merendahkan dirinya sendiri?" Rasulullah menjawab, "Dia menghadapi bencana (musibah) yang dia tidak mampu".
Shahih: Ibnu Majah (4016).

Qutaibah menceritakan kepada kami, AlLaits menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Abu Habib, dari Sa'ad bin Sinan, dari Anas, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Jika Allah menghendaki kebaikan pada hambaNya, maka Dia akan menyegerakan siksa kepadanya di dunia. Dan, jika Allah menghendaki keburukan bagi hambaNya, maka Dia akan menahan (menangguhkan) siksaan itu hingga Allah melakukannya pada hari kiamat kelak".
Hasan shahih: Ash-Shahihah (1220) Al Misykah (1565).
Dengan sanad seperti ini, dari Rasulullah, beliau bersabda, "Sesungguhnya besarnya pahala —itu sesuai— dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan cobaan kepada mereka. Siapa yang ridha (terhadap cobaan itu), maka baginya keridhaan dariNya. Siapa yang murka (terhadap cobaan itu), maka baginya kemurkaan dariNya".
Hasan: Ibnu Majah (4031).

Qutaibah menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami, dari Ashim bin Bahdalah, dari Mush'ab bin Sa'ad, dari bapaknya, ia berkata, Aku berkata, "Wahai Rasulullah, siapa manusia yang cobaannya paling besar?" Beliau menjawab, "Para nabi. kemudian orang yang setara dan yang setara dengan mereka. Seseorang itu diuji sesuai dengan tingkat keagamaannya (keimanannya). Jika agamanya (keimanannya) kuat, maka cobaan pun makin berat. Jika agamanya (keimanannya) tipis, maka ia akan diuji berdasarkan tingkat agamanya (keimanannya) itu. Bencana (musibah) itu tidak akan terlepas dari seorang hamba, hingga ia meninggalkan hamba itu berjalan di muka bumi ini tanpa ada kesalahan (dosa) ".
Hasan shahih: Ibnu Majah (4023).

Muhammad bin Humaid ArRazi dan Yusuf bin Musa Al Qaththan Al Baghdadi menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Abdurrahman bin Maghra' Abu Zuhair menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Abu AzZubair. dari Jabir. ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda, "Pada kari kiamat nanti orang-orang yang sehat —ketika orang yang terkena musibah diberikan ganjaran pahala— berandai-andai kalau seandainya kulit mereka dulu digunting (diiris) ketika masih di dunia(yakni meminta cobaan ketika masih didunia, seperti di zhalimi dng kulit diiris) ".
Hasan: AshShahihah (2206), AtTa'liq ArRaghib (4/146), dan Al Misykah (1570).

Keterangan:
Pada kari kiamat nanti orang-orang yang sehat, melihat orang2 yang dulunya ketika masih di dunia terkena musibah, sekarang di akhirat diberikan ganjaran pahala yg besar (karena musibah yg mereka terima dulu). Hingga mereka (orang2 yg sehat) berandai-andai, kalau seandainya kulit mereka dulu pernah digunting (diiris) ketika masih di dunia (yakni meminta cobaan ketika masih didunia, seperti di zhalimi dng kulit diiris).


Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ibnu Al Mubarak mengabarkan kepada kami, Yahya bin Ayyub mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin Zahr, dari Khalid bin Abu Imran, bahwa Ibnu Umar berkata: Jarang sekali Rasulullah SAW berdiri dari suatu majlis. hingga beliau mendo'akan para sahabatnya dengan do'a (berikut) ini.
"Ya Allah,
1. Jadikanlah rasa takut kami kepada-Mu sebagai penghalang antara kami dan maksiat terhadap-Mu.
2. ketaatan kami kepada-Mu sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan kami ke surga-Mu.
3. Keyakinan (kami kepada-Mu) sebagai sesuatu yang dapat
meringankan bencana-bencana dunia (yang menimpa kami), dan
4. Senangkanlah kami dengan pendengaran, penglihatan dan kekuatan kami —untuk taat kepada-Mu—, selama kami hidup.
5. Jadikanlah —semua— itu senantiasa ada pada diri kami, sampai kami meninggal dunia.
6. Jadikanlah dendam kami hanya untuk orang-orang yang
menganiaya kami.
7. dan tolonglah kami atas orang-orang yang memusuhi kami.
8. Janganlah Engkau menimpakan musibah kepada agama kami.
9. Janganlah Engkau menjadikan dunia sebagai —tujuan—
kami yang paling besar, atau puncak pemikiran kami.
10. Janganlah Engkau menguasakan atas diri kami orang-orang yang tidak menyayangi kami."
Hasan: Al Katun Ath-Thayib (225/169), Al Misykah (2492-tabqiq kedua).

Ketika mendekati kematiannya, Abu Salamah berkata, "Ya Allah, berilah pengganti untuk keluargaku dengan orang yang lebih baik daripada aku." Ketika Abu Salamah wafat, Ummu Salamah berkata, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali. Kepada Allah-lah aku memohon pahala dalam menghadapi musibahku, maka berilah pahala (kepadaku)."
Shahih sanad-nya: Ummu Salamah, seperti hadits sebelumnya.

Keterangan:
Setelah berdoa seperti itu, dan Abu Salamah r.a wafat (yakni suami Ummu Salamah r.a), maka Ummu Salamah r.a mendapat pengganti (suami) yg jauh lebih baik, yakni menjadi istri Nabi Muhammad SAW.


Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Hamad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Amru Al Fazari, dari Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, dari Ali bin Abu Thalib, bahwa Nabi SAW pernah berdo'a dalam (shalat) witirnya, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu. Aku berlindung dengan ampunan-Mu dari siksaan-Mu. Aku berlindung dengan —rahmat—Mu dari —musibah—Mu. Aku tidak dapat menghitung sanjungan kepada-Mu, sebagaimana engkau telah menyanjung atas Dzat-Mu."
Shahih: Ibnu Majah (1179).

Hadis riwayat Anas Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya dan apabila dia memang harus mengharapkan, sebaiknya dia berkata: Ya Allah! Hidupkanlah aku selama kehidupan itu yang terbaik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu yang terbaik bagiku. (Shahih Muslim No.4840)

Hadis riwayat Khabbab Radhiyallahu’anhu: Dari Qais bin Abu Hazim ia berkata: Saya datang menemui Khabbab yang sedang menderita tujuh luka bakar di perutnya, lalu dia berkata: Seandainya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam tidak melarang kita untuk memohon kematian niscaya aku telah memohonnya. (Shahih Muslim No.4842)

Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian dan jangan pula memohonnya sebelum kematian itu datang menjemputnya. Sesungguhnya apabila seorang di antara kamu meninggal dunia maka terputuslah amal perbuatannya dan sesungguhnya usia seorang mukmin itu akan menambah kebajikan (bagi dirinya). (Shahih Muslim No.4843)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar