Senin, 09 Februari 2015

Keutamaan 'Ammar bin Yasir radliallahu 'anhu dan Fitnah antara Ali ra - Muawiyah ra.

Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Abdul Malik bin Umair, dari Hilal —budak Rib'i—, dari Rib'i, dari Hudzaifah, ia berkata: Kami duduk-duduk di dekat Nabi SAW, kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tidak mengetahui seberapa lama aku akan (bersama) kalian. —Oleh karena itu—, ikutilah kedua orang ini sepeninggalku —beliau memberi isyarat kepada Abu Bakar dan Umar—, mintalah petunjuk kepada petunjuk Ammar, dan apa yang diceritakan oleh Ibnu Mas ud kepada kalian, percayailah itu'."
Shahih: Ibnu Majah (97). Lihat hadits no. 3423, secara ringkas.
Hadits ini adalah hadits hasan.
Keterangan:
1. Sesungguhnya Nabi itu manusia biasa, beliau tidak tahu hal2 yg ghaib dan juga tidak tahu umur beliau sendiri, dan hanya Allah yg Mengetahui segala hal yg ghaib.
2. Nabi telah diberi tahu mengenai beberapa hal yg ghaib (dari Allah), kalau sepeninggal beliau hendaknya mengikuti Abu Bakar dan Umar sebagai pemimpin.
3. Hendaknya meminta petunjuk kepada petunjuk Ammar, saat terjadi kekacauan dijaman setelah Nabi SAW wafat.
4. Hendaknya mempercayai perkataan dari Ibnu Mas ud mengenai Al Qur'an, bacaan dan tafsirnya.


Ibrahim bin Sa'ad meriwayatkan hadits ini dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Abdul Malik bin Umair, dari Hilal —budak Rib'i—, dari Rib'i, dari Hudzaifah, dari Nabi SAW... seperti hadits di atas.
Sementara Salim Al Muradi Al Kufi meriwayatkannya dari Amru bin Harim, dari Rib'i bin Hirasy, dari Hudzaifah, dari Nabi ... seperti hadits ini.
3800. Abu Mush'ab Al Madani menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Al Ala' bin Abdurrahman, dari ayah Al Ala' yaitu Abdurrahman, dari Abu Hurairah —radhiyallahu anhu—, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Berbahagialah wahai Ammar, (sebab) kelompok pembangkang (riwayat lain:kelompok yang berdosa) akan membunuhmu."
Shahih: Ash-Shahihah (710).
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini ada riwayat lain dari Ummu Salamah, Abdullah bin Amru, Abu Al Yasr. dan Hudzaifah."
Abu Isa berkata lagi, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib dari hadits Al Ala" bin Abdurrahman."


Muawiyah bin Abu Sufyan adalah pribadi yang bijak, lemah-lembut, dermawan, cerdas dan cerdik. Juga punya peran yg sangat besar dalam penyebaran Islam. Misalnya: membuka wilayah Kaesaria, menaklukkan Qabrush, dan mengepung Konstantinopel. Dan merupakan salah seorang kepercayaan Khalifah Umar ra. dan Utsman ra.
Namun sayang, ketika terjadi perang Shiffin pikirannya dirasuki fitnah yg tidak didasari alasan apapun sehingga ia dianggap sebagai pihak yang salah. Petunjuknya adalah hadits 'Ammar bin Yasir diatas, yg menyatakan bahwa 'Ammar bin Yasir akan dibunuh oleh pihak yang berdosa.

Ketika berlangsung konflik yang sengit antara Ali bin Abu Tholib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, para sahabat bertanya-tanya, kepada siapakah 'Ammar bin Yasir berpihak?. Ketika mereka melihat bahwa 'Ammar bin Yasir berada dibarisan Ali, mereka tahu bahwa pihak yg benar adalah pihak Ali bin Abu Thalib.
Banyak sahabat yang memposisikan diri mereka netral, tidak memihak siapapun, namun setelah 'Ammar bin Yasir dibunuh oleh pasukan Muawiyah (terkena panah atau pedang), yang berarti pihak yg benar adalah pihak Ali bin Abu Thalib, maka ada beberapa sahabat yang berpihak kepada Ali ra, dan sebagian lagi tetap netral.
Banyak sahabat yang tetap memilih netral, yakni diam dan memintakan ampun kepada para sahabat lainnya. Mereka tidak ingin mancampuri apa yang terjadi diantara Ali dan Muawiyah. Namun walaupun begitu, para sahabat yg netral itu memilih tunduk dibawah kepemimpinan Ali ra.

Setelah Kholifah Ali bin Abu Thalib dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, kedudukannya sebagai khalifah digantikan oleh putranya al-Hasan ra. Namun Hasan ra. tidak lama menjabat dan memilih menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah. Ia mengambil tindakan itu demi menjaga persatuan kaum Muslim. Benar sekali apa yg pernah disabdakan oleh kakeknya, Muhammad SAW dalam suatu hadits, "Putraku ini (sebutan untuk Hasan ra) adalah seorang pemimpin, dengannya Allah akan mendamaikan dua golongan besar". Al Hasan menemui Muawiyah dan menyerahkan kekuasaannya atas Irak, kemudian ia pergi dan menetap di Madinah. Peristiwa itu terjadi pada 41H, tidak berapa lama sebelum Muawiyah wafat, karena sakit.

Al Hasan melakukan Haji sebanyak 25 kali dng berjalan kaki. Dan akhirnya Hasan wafat karena diracun. Ada pendapat bahwa yang meracuni adalah istrinya sendiri yakni Ju'dah binti al-Asy'ats. Menjelang wafatnya, Hasan berkata kepada saudaranya Al Husain, "Saudaraku, aku telah minum racun tiga kali". Husain bertanya, "Siapa yang meracunimu?". Al Hasan menjawab, "Memangnya apa yang akan kau lakukan? Kau akan memerangi mereka? Aku sudah pasrahkan urusan mereka kepada Allah". Setelah mengucapkan kata² itu, ruhnya yg suci pergi menghadap Ilahi, dan Al Husain menguburkan jenasah saudaranya di pemakaman Baqi, Madinah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar