Senin, 27 Februari 2012

Jangan memfitnah orang lain...


Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa (misal: mencuri, mencopet,atau kejahatan2 lainnya, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah (memfitnahnya), maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata...

Barangsiapa yang mengerjakan dosa (memfitnah orang lain ataupun dosa2 lainnya), maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri...
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana...

Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, dengan istighfar, memperbaiki diri, meminta maaf kepada orang yg disakiti dan tidak mengulangi perbuatan buruknya...
Maka ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...

Senin, 20 Februari 2012

KEHARUSAN MENJAGA KEBENARAN DAN KEADILAN

Seorang Muslim yg baik, wajib selalu menjaga kebenaran dan keadilan...
Siapapun dia, hukum harus ditegakkan...
Tidak peduli, apakah dia itu pejabat, orang kaya, orang miskin, muslim ataupun non muslim...

Seorang Muslim, wajib adil dan tidak memihak dalam menetapkan sesuatu hukum...
--------------------------------------------------------

Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi.
Thu'mah tidak mengakui perbuatannya itu, malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi.
Hal ini dilaporkan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi s.a.w. dan mereka meminta agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi.
Kendatipun mereka tahu (kerabat-kerabat Thu'mah) bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah.
Nabi sendiri hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.

Sehingga turunlah ayat ini sebagai teguran dan landasan hukum dalam bersikap untuk menegakkan kebenaran dan keadilan...
--------------------------------------------------------

Senin, 13 Februari 2012

Jangan ingkar Sunnah...

Sesungguhnya Al Qur'an itu Kalamullah, dan Al Hikmah adalah Sunnah Nabi SAW...
Tidaklah mungkin seseorang berbuat dan beribadah hanya berdasarkan Al Qur'an, namun juga harus berdasarkan Sunnah Nabi SAW, baik dari perkataan, tindakan(perilaku) ataupun persetujuan Beliau...
Dan hal tersebut hanya bisa didapatkan dari Sunnah Nabi SAW...

Sebagai contoh yg nyata: Perintah sholat ada dalam Al Qur'an, namun cara melakukannya tidak dijelaskan dalam Al Qur'an dan malah dijelaskan dalam Hadits Nabi SAW (yg shohih)...

Barangsiapa yang mentaati Muhammad SAW, maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah...
Sesungguhnya segala perkataan, tindakan, perilaku ataupun persetujuan Nabi SAW adalah dari Allah...

Barangsiapa membenci Sunnah Nabi SAW hendaknya memikirkan, kepada siapakah Al Qur'an diturunkan pertama kali melalui Malaikat Jibril a.s.? Dan siapakah yg paling paham dalam memahami kandungan Al Qur'an? Kita ataukah Nabi SAW?
Karena itu janganlah ingkar Sunnah dan jangan sombong dng merasa lebih pandai dari Nabi SAW...

Senin, 06 Februari 2012

Hati2 .... Allah mengampuni semua dosa, kecuali syirik ...

JENIS-JENIS SYIRIK

Syirik, bila ditinjau dari segi pengertiannya, mencakup dua macam:
Pertama, arti umum: yakni menyamakan selain Allah dengan Allah dalam apa-apa yang termasuk (hak-hak) khusus bagi Allah.

Atas dasar makna ini, maka syirik dibagi menjadi tiga jenis:
1. Syirik dalam rububiyah. Maksudnya menyamakan Allah dengan sesuatu yang lain dalam hal rububiyah yang menjadi kekhususan Allah atau menisbatkan salah satu makna rububiyah kepada benda, alat, makhluk  atau seseorang, seperti menciptakan, memberikan rezeki, menghidupkan, mematikan dan lainnya. Jenis ini biasanya disebut tamtsil (penyerupaan) atau ta’thil (peniadaan).

2. Syirik dalam uluhiyah. Maksudnya, menyamakan sesuatu atau seseorang dalam kelayakan disembah dan ditaati yang menjadi kekhususan Allah SWT. Seperti sholat, puasa, nadzar dan menyembelih kurban untuk selain Allah SWT. Jenis ini secara umum disebut syirik.

3. Syirik dalam al-asma’ was sifat (nama-nama dan sifat-sifat) Allah. Maksudnya, menyamakan sesuatu atau seseorang dengan Allah dalam nama dan sifat yang menjadi kekhususan Allah. Jenis ini biasanya juga disebut tamtsil (penyerupaan). Seperti: menyamakan sifat-sifat dzatiyah Allah (wajah, tangan, mendengar, melihat dan lainnya) serupa dengan sifat makhluk, atau memberikan sifat-sifat yang khusus bagi Allah untuk makhluk, seperti sifat mengetahui yang ghaib, mengetahui segala sesuatu, hadir dan melihat di setiap tempat.